Menjadi tulang punggung keluarga membuat Hanum harus berpikir kritis untuk mencari uang sedangkan dia juga kuliah demi menerus kan cita-cita nya.
Datang dari kampung dengan wajah polos membuat Hanum kesulitan mencari uang,biaya berobat yang mendesak membuat Hanum memilih menjadi sugar baby dari pengusaha kaya dan sukses.
Bagaimana kisah hidup Hanum selanjutnya yuk mampir di cerita terbaru ku Sugar Baby
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvaro zian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ingin hamil
"Menikah!!! om gila!"
"Kok gila!"
"Ya mana mungkin aku mau menikah dengan om yang sudah punya istri, Pelakor dong" tolak Hanum
"Terus sekarang apa nama nya?"
"Sugar baby"jawab Hanum polos,dia tidak mau di cap sebagai pelakor.
"Dari pada kita berzina lebih baik menikah siri Num, setelah kontrak selesai kita cerai" ujar Daniel
"Terus saya janda?"
"Tapi status kamu jelas Num,dari pada sekarang gadis nggak janda pun nggak,dan saya akan kasih kamu kompensasi dengan gelar baru mu itu" tekan Daniel membuat Hanum terdiam,ya benar yang di katakan Daniel status nya sekarang tidak jelas.
"Aku akan pikir kan nanti om, sekarang aku mau istirahat dulu"
"Tapi aku lapar Num,bisa kah kamu masak nasi goreng kampung untuk ku dulu sebelum tidur" pinta Daniel memohon
"Nasi goreng kampung?"
"Ya, yang warna putih itu"
Hanum menghela nafas berat,bukan nya sugar Daddy nya ini kaya raya banyak uang kenapa sekedar membeli makanan di luar saja dia tidak sanggup malah mengganggu waktu istirahat nya.
****
"Huek.....huek...." Vani dari tadi terus muntah padahal dia sudah berobat ke dokter umum,apa yang terjadi pada dirinya, tubuh nya terasa lemas, ingin menghubungi Hanum tapi Vani tidak enak hati karena Om Daniel sedang di apartemen dan Hanum tadi juga bercerita kalau dia sangat lelah setelah di beri sangsi karena telat.
"Apa aku akan mati" batin Vani
"Apa ini karma karena menjadi sugar baby" lanjut nya,dari tadi kepala nya terus pusing dan mual,ntah apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
Hampir satu Minggu tidak bertemu Om Roni membuat Vani rindu akan dekapan sang sugar Daddy tapi dia tidak berani menghubungi om Roni takut mengganggu karena sesuai perjanjian tidak boleh menghubungi kalau bukan om Roni yang meminta nya datang.
Sementara itu Daniel dengan lahap nya makan nasi goreng buatan Hanum,ntah kenapa lidah nya mendadak berubah menjadi lidah kampungan, lebih suka masakan tradisional.
"Uukkkhggg, Alhamdulillah" terdengar bunyi sendawa dari bibir lelaki Tampan ini yang membuat Hanum kaget.
"Kenyang om?" Sindir Hanum
"Iya, terimakasih ternyata nasi goreng kampung ini mampu membuat perut ku kenyang meskipun warna nya tak menarik"
"Dua piring om,wajar saja kenyang! masih saja menghina" kesal Hanum
"Hehehe......iya sangking lapar nya nggak sadar kalau habis dua piring" jawab Daniel sambil terkekeh kecil dan ini senyuman terindah yang pernah Hanum lihat dari bibir lelaki mapan ini,Jika sedang senyum Daniel sangat tampan bahkan dia mengalahkan senyuman anak remaja.
"Besok aku akan cari penghulu untuk kita"
"Saya belum bilang iya om,kenapa langsung cari penghulu"
"Num,coba kamu pikir buat apa kita kumpul kebo yang ada hanya dosa Num! lebih baik kita menikah meskipun hanya Siri jelas halal nya"
"Siapa yang kebo? om kali,aku nggak!" protes Hanum
"Itu perumpamaan Num,lagian nggak ada kebo di apartemen ini"
"Tapi aku punya satu syarat om"
"Apa?"
"Jangan ada yang tau pernikahan ini meskipun Vani dan om Roni,aku tidak ingin orang mengetahui status ku bersuami om meskipun nanti nya aku juga bakalan janda"
"Lalu siapa saksi kita?"
"Om kan kaya raya ya bayar lah,hanya sekedar saksi aku rasa tidak akan menghabiskan uang om"
"Kamu meremehkan ku?"
"Aku tidak bilang begitu"
"Ya sudah aku setuju" jawab Daniel,ntah kenapa dia ingin mengikat Hanum lebih kuat lagi agar perempuan ini tidak bisa di dekati oleh lelaki lain, egois memang kedengaran nya tapi itu lah Daniel dia ingin semua yang dia mau bisa terwujud.
"Dan satu lagi om, aku tidak ingin hamil" ucap Hanum lagi membuat Daniel terdiam, Daniel sebenarnya menginginkan anak tapi dia juga harus menghormati keputusan Hanum karena mereka hanya terikat kontrak.
"Aku tidak ingin ambil resiko setelah perceraian nanti, sudah pasti anak akan jadi rebutan dan om bisa saja menang di pengadilan lalu anak ku punya ibu tiri dan aku sulit untuk bertemu" jelas Hanum, meskipun dia polos tapi Hanum memikirkan nasib ke depan nya, perempuan ini cukup kritis dalam berpikir.
"Baiklah aku turuti semua nya dan Lusa kita menikah" tekan Daniel membuat Hanum terkejut, secepat itu mereka menikah.