PERFECT ACCIDENT
***
Dentuman keras musik DJ menggema mengisi seluruh penjuru ruangan sebuah club elite yang ada di pusat kota. Selain itu suasana tempat tersebut nampak sedikit remang karena lampu utama dimatikan dan digantikan dengan lampu warna warni yang menyala bergantian. Di sudut kiri sebuah ruangan vip, tampak tiga orang gadis tengah terawa riang sembari memainkan sebuah permainan disana.
Truth or dare. Bukankah itu permainan biasa? Tapi jika dimankan oleh ketiga gadis tersebut, ToD tersebut menjadi berbeda. Bedanya, ToD ini tidak seperti ToD biasa. Sebab jika mereka menolak melakukan dare atau menjawab jujur pertanyaan yang diberikan, mereka harus meminum satu sloki minuman merah pekat yang biasa disebut wine.
Sebenarnya mereka bertiga sudah sering bermain seperti ini. Mereka juga kompak mengatakan kapok dengan permaian seperti ini. Karena pada akhirnya mereka akan tepar sebab terlalu banyak minum. Namun entah kenapa mereka malah kembali memainkannya. Seolah permainan dengan peraturan seperti itu sangat nagih sekali.
"Lo semua udah ngerti cara mainnya kan? Masa iya enggak, kan udah sering main," celetuk seorang gadis berambut panjang berwarna blonde.
"Tahu. Kita berdua gak bego kayak lo."
"Bajingn sekali ya moncongnya!" rutuknya kesal.
"Udah kali, malah adu bacot. Main cepet lah," lerai temannya yang lain.
"Ya udah iye!"
Botol kosong bekas wine mereka pinjam dari meja bartender. Botol tersebut pun berputar diatas meja di depan mereka bertiga. Dengan antusias mereka melihat ujung botol ituu yang terus berputar dengan cepat, lalu lambat laun mulai melambat. Sampai akhirnya ujung atas botol tersebut mengarah pada seorang gadis berambut bop.
"Anj-, kenapa gue duluan?!" umpatnya kesal.
"Truth or dare?"
"Truth," jawabnya.
"Tumbenan banget lo milih truth."
"Ssstt, diem Ce."
"Lo pernah HS?"
"Najong! Napa nanyanya langsung begitu amat! Serasa ditodong gue!"
"Jawab!"
"Kagak lah. Gue masih perawan ting-ting. Tapi gue penasaran, kapan-kapan kayaknya gue coba deh," jawabnya santai.
"Orang gila!!" rutuk Grace.
Sebelumnya perkenalkan, gadis yang baru saja merutuki temannya itu bernama Gracellina. Berparas cantik, tubuh tinggi dan berkulit putih. Grace sapaan akrabnya, tapi lebih sering dipanggil Cece karena lebih mudah disebut. Gadis muda yang baru saja lulus kuliah. Saat ini dia sedang menganggur dan bingung harus mencari pekerjaan seperti apa.
Grace memiliki dua orang teman setia sejak berada di taman kanak-kanak. Mereka bernama Arleta Natasha dan Rea Alisya. Dua orang manusia yang selalu mengajaknya dan memaksanya untuk ikut mereka ke club. Selain hobby clubbing, keduanya juga cukup nakal. Namun anehnya Grace tidak pernah bermain sejauh kedua temannya ini. Dia masih memiliki batasannya sendiri dalam bermain dan bergaul. Yang penting tidak ketinggalan saja.
"Come on, girl. Kita udah dua puluh dua tahun loh. Masa lo gak mau main jauh kayak gue," ucap Rea penuh rayu. Memang diantara mereka bertiga, Rea lah yang sangat nakal sekali.
Namun dibalik sifat nakalnya itu, Rea tetap menjadi teman yang baik untuk Grace dan juga Leta. Meskipun sesekali dia juga mempengaruhi keduanya untuk ikut clubbing menemaninya.
"Cece mah anak baik. Dia gak mungkin terjun ke dunia lo, Re." Celetuk Leta.
"Lo juga sama kayak gue ya anjir. Bedanya belum sejauh gue!"
"Iye deh. Ngikut aja gue mah."
"Gue emang nakal. Tapi gue gak bisa senakal kalian. Kalian tahu bokap gue seremnya kayak gimana. Kalo aja gue ke gap lagi HS, bisa-bisa nyawa gue melayang detik itu juga," tutur Grace.
"Tapi kan gak ada yang tahu identitas lo yang sebenarnya, Ce. Lagian bokap lo juga sibuk banget kayaknya. Gak mungkin ketahuan lah."
"Mainnya gak gitu. Lo berdua aja yang gak tahu gimana dia kalo bertindak buat dapet info tersembunyi soal gue. Intinya bokap gue nyeremin mampus. Gue masih pengen hidup aman dan nyaman."
"Tapi menurut kalian berdua nih ya, mendingan HS sesudah atau sebelum nikah?" tanya Leta.
"Gue udah jebol, neng. Gue juga bukan penganut no s*x before marriage. Gak tahu kalian berdua gimana," timpal Serlin.
"Cece udah pasti penganutnya ini. Kalo gue belum tahu. Tapi ngomong-ngomong, diantara kita bertiga cuma Cece yang gak pernah pacaran. Dia cuma sekedar deket aja sama cowok-cowok," ucap Luna.
"Nah iya, kapan lo punya cowok, Ce?"
"Gak tahu. Gue kan udah bilang sama kalian kalo gue sukanya sama cowok yang uumuurnya dua sampe tiga tahun lebih tua dari gue. Selama ini kan yang deketin gue kebanyakan seumuran. Paling parah om-om. Ya gue gak mau lah anjir! Apalagi om-om, iuhhh!!"
"Demen yang tua tapi gak minat om-om maksudnya kek mana, Ce? Kan mereka juga umurnya lebih tua dari lo."
"Ish, maksudnya gue gak mau kalo sama om-om. Mana lagi mereka pasti udah punya bini anjir. Masa iya gue jadi pelakor. Gue cantik, gue bervalue, masa iya dapetnya om-om hidung gajah!"
"Hidung belang! Sekate-kate bawa gajah!"
Grace dan Rea terkekeh pelan mendengar ucapan Leta barusan. Mereka pun melanjutkan permainan. Botol kembali berputar cepat sampai akhirnya berhenti. Awalnya botol itu terlihat akan berhenti di depan Rea. Namun ternyata dugaan tersebut salah. Sebab botol tersebut berhenti tepat di depan Grace.
"Dare or dare?" tanya Rea.
"Gak boleh gitu. Yang bener," ucap Grace.
"Khusus lo gak ada truth ya!"
"Mana bisa!!"
"Udah, berantem mulu. Lo pilih apa?" lerai Letta.
"Truth."
"Siapa sebenarnya orang tua lo? Selama bertahun-tahun gue kenal sama lo, gue belum pernah lihat orang tua lo dan gak pernah tahu lo itu siapa," ucap Rea.
"Anjir," gumam Grace.
"Ada deh pokoknya. Kalian kan tahu ibu asuh gue, itu juga orang tua gue."
"Gak ada. Kalo lo gak mau jawab, minum sloky itu atau pilih dare."
"Gue gak mau mabok malam ini," erang Grace.
"Ya udah dare. Salah sendiri gak mau jawab jujur."
"Ya udah dare," putus Grace. Dari pada kedua temannya ini kembali mencecarnya dengan pertanyaan seperti tadi. Dia juga enggan minum malam ini.
Sebelum memberikan dare, kedua mata Rea celingukan kesana kemari. Seolah sedang mencari target. Sampai akhirnya dia menemukan seseorang yang cukup tepat untuk mengerjai temannya ini.
"Lo lihat cowok itu?" tanya Rea seraya menunjuk ke arah pria yang sedang duduk dikurusi depan bartender.
"Lihat."
"Lo samperin dia, bertingkah seolah lo suka sama di-,"
"MOH! Ganti darenya!"
"Ya udah, langsung lo kiss aja itu cowok."
"Makin gila!!"
"Kalo lo gak setuju, gampang aja. Kasih tahu gue sama Letta siapa orang tua lo sebenarnya."
"Fine!!" putus Grace sembari berjalan pergi dari hadapan kedua temannya.
Melihat Grace yang menurut, Rea dan Letta pun tersenyum puas. Siapa suruh so misterius, bahkan sudah bertahun-tahun.
tbc.
im back!!! Kangen ndakk? heheh. komen-komen yup, biar aku bertahan disini wkwk
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments