Nathan merasa dirinya tidak normal. Sudah banyak gadis yang dia pacari mulai dari lokal, sampai internasional. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa membuatnya bergairah. Sampai akhirnya, orang tua Nathan memaksanya menikah dengan wanita pilihan mereka.
Sayangnya, takdir membawa Nathan bertemu dengan Sheren, gadis malang yang dikhianati pacar dan kakak tirinya saat baru kembali dari luar negeri. Akibat jebakan ibu tiri Sheren, membuat pertemuan pertamanya dengan Nathan harus berakhir dengan cinta satu malam.
Akankah Sheren benar-benar menjadi penyembuh untuk kelainan Nathan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HTI | Bab 27
Nathan dan Sheren akhirnya bisa istirahat setelah kelelahan menemui para tamu yang datang ke pesta resepsi pernikahan mereka. Kedua pengantin baru itu, akhirnya memasuki lift menuju kamar yang telah disewa untuk mereka. Sheren dan Nathan sama-sama kelelahan dan ingin cepat-cepat istirahat.
“Aduh capek sekali rasanya,” kata Nathan saat mereka sudah berada di lift. Laki-laki itu memegangi pinggang dan tengkuknya yang terasa nyeri karena kelelahan.
Sheren memperhatikan gerak-gerik sang suami yang sepertinya memang terlalu lelah karena dia sendiri pun merasakan lelah juga. Namun, yang heboh justru ibu mertuanya.
“Kamu jangan alesan ya, Nathan! Kamu harus kasih mama sama Papa cucu untuk membuktikan kalau kamu benar-benar normal kalau sama Sheren,” kata Nyonya Lita yang mulai berambisi untuk mendapatkan cucu. Semua itu karena obrolan para teman sosialitanya tadi.
“Mama apaan sih, orang aku capek kok. Kamu capek juga kan, Sheren?” Nathan melempar pertanyaan itu pada sang istri.
“Ah iya. Aku juga capek banget. Kayaknya besok aku izin nggak kerja ya, Pak Nathan!” balas Sheren tanpa sadar bahwa saat ini statusnya telah berubah menjadi istri atasannya sendiri, dan kedua mertuanya masih berada di lift yang sama dengannya.
“Kalian berdua ini masih sama-sama kaku saja, kalian sadar nggak sih kalau kalian sudah menikah?” sahut Tuan Winata. Laki-laki itu merasa aneh dengan sikap Sheren dan Nathan yang tidak selayaknya pasangan baru menikah. Bukankah seharusnya mereka saling bermesraan?
“Nah iya, Pa. Mama jadi khawatir jangan-jangan mereka hanya membahas pekerjaan saja, lalu kapan mama punya cucu?” adu Nyonya Lita pada suaminya.
Nathan membuang muka sambil menghela nafas. Dia sangat malas membahas cucu dengan ibunya itu. Sementara Sheren jadi mati kutu karena merasa malu dengan mertuanya.
“Papa nggak ada niatan nambah anak lagi, biar mama nggak sibuk ngomongin bayi terus,” celetuk Nathan yang langsung dihadiahi capitan gemas dari sang ibu di pinggangnya.
“Kamu pikir Mama nggak malu kalau punya anak di usia segini? Harusnya Mama itu sudah gendong cucu dari kamu, bukannya malah bikin anak sendiri.”
“Kalau bikin kan memang udah tiap hari, Ma,” sahut Tuan Winata.
“Ya Tuhan cepat buka liftnya! Rasa-rasanya aku sudah tidak tahan mendengar omongan kedua orang tuaku!” gumam Nathan.
Sheren semakin merasa aneh dengan keluarga suaminya. Dia tidak menyangka bahwa Nathan dan kedua mertuanya sama-sama aneh.
Doa Nathan terkabul. Pintu lift akhirnya terbuka dan Nathan bisa cepat-cepat keluar dan menuju kamarnya, sedangkan Sheren mengikuti di belakang.
Pintu kamar pengantin itu langsung tertutup begitu keduanya masuk. Nathan tidak ingin diganggu lagi oleh kedua orang tuanya, terutama sang ibu yang sangat cerewet itu.
Lalu keduanya menuju ke kamar utama yang telah dihias bunga-bunga dan lilin aroma khusus untuk pasangan pengantin baru. Kedua mata Sheren dan Nathan menatap keindahan yang ada di hadapan mereka.
Ini adalah kamar pengantin yang selalu diimpikan oleh Sheren. Dia menyentuh ribuan kelopak mawar yang disusun rapi di atas kasur. Senyum semringah menghiasi wajah cantik itu, seolah dia telah melupakan rasa pegal dan lelah yang sedari tadi dirasakannya.
Namun, hal berbeda justru dirasakan oleh Nathan. Laki-laki itu berpikir keras untuk apa ada banyak mawar di atas kasur.
“Sheren, apa mereka pikir kita akan mati di tempat tidur?” tanya Nathan sambil mendekati sang istri.
Mendengar pertanyaan dari sang suami, wajah Sheren pun berubah bingung dengan kening yang berkerut. “Apa hubungannya sama mati? Apa di sini pernah terjadi semacam pembunuhan?”
“Bukan, maksudku kenapa ada banyak bunga di tempat tidur? Apa mereka pikir kita ini akan mati di sini?”
Sheren menatap suaminya dengan sebal. “Memangnya orang mati saja yang dikasih bunga? Saya kalau dikasih bunga juga senang kok. Kamu saja yang nggak peka. Oh ya, maklum kamu kan impoten.” Sheren berbalik badan dan membelakangi sang suami yang sudah merusak suasana.
Tiba-tiba saja, Nathan memeluk Sheren dari belakang dan berkata,“Siapa bilang aku impoten? coba kamu rasakan ini!”
***
Rasakan apa Bang Nathan 🤕🤕 aku lelah dan resah seharian jalan-jalan sampek telaaaat ya upp nya😅😅😅😅