Karin, terpaksa menikah dengan Raka, bosnya, demi membalas budi karena telah membantu keluarganya melunasi hutang. Namun, setelah baru menikah, Karin mendapati kenyataan pahit, bahwa Raka ternyata sudah memiliki istri dan seorang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cecee Sarah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh
Karin menerima ajakan Jino untuk pergi bersamanya. Di tengah perjalanan, Karin meraih ponsel di tasnya. Sudah seharian ini ia tidak mengecek ponselnya sama sekali. Takut Jean menghubunginya.
Karin terkejut melihat ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Raka. Saat memeriksa riwayat panggilan, ternyata ada juga obrolan selama hampir sepuluh menit. Gadis itu mencoba mengingat apa yang dikatakan di telepon tetapi tidak dapat menemukannya.
Karin menepuk dahinya dengan telapak tangannya. Takut kalau-kalau saat berbicara di telepon dia mengatakan sesuatu yang aneh. Karena dia tidak dapat mengingat sedikit pun.
"Ada apa?" tanya Jino sambil fokus menatap jalan di depannya. Sesaat melirik Karin yang terlihat gugup.
“Ah, tidak... tidak apa-apa,” kata Karin sambil tersenyum lebar.
“Kamu kelihatan cemas!” kata Jino.
"Hmm, apa yang Raka katakan padamu sebelum kau datang ke vila?" Karin yang sudah merasa penasaran bertanya. Menggigit bibir bawahnya karena gugup.
"Dia bilang istrinya sangat tidak teratur, jelek, dan penampilannya berantakan. Bahkan berencana untuk tidak pergi ke pesta," kata Jino santai.
"Ih, menyebalkan sekali!" gerutu Karin sambil mengernyitkan dahinya.
"Ha ha ha, aku hanya bercanda. Kau tidak perlu cemberut seperti itu. Raka hanya khawatir dengan kondisimu, jadi dia menyuruhku untuk menemuimu
Kenapa dia tidak menemuiku sendiri?" tanya Karin sambil mengerucutkan bibirnya.
"Dia pergi bersama Aeri dan putra mereka," jawab Jino.
Karin memilih untuk tetap diam dan tidak berkata apa-apa lagi. Semakin banyak pertanyaan yang diajukan, semakin sakit hatinya menerima kenyataan bahwa dia bukanlah prioritas utama Raka.
'Apa yang kupikirkan? Seharusnya aku senang jika Raka tidak peduli padaku lagi. Agar aku segera terbebas darinya,' Karin mengumpat dalam hatinya yang tidak sejalan dengan pikirannya.
"Mulai sekarang, kau harus berusaha menjadi prioritas utama dibanding Aeri." Jino tahu apa yang dipikirkan Karin jadi ia memberinya sedikit nasihat.
Karin hanya melirik sekilas ke arah Jino lalu kembali memalingkan wajahnya ke depan. Harus berusaha menguatkan hatinya sebelum sampai di perusahaan. Ia yakin akan ada banyak adegan yang akan membuat hatinya semakin membara.
Setelah tiga puluh menit mereka akhirnya tiba di halaman depan perusahaan. Jino memarkir mobilnya terlebih dahulu.
Saat mobil berhenti, Karin tetap diam tanpa berniat keluar. Sedikit gugup karena dia tidak pernah berpakaian seperti itu.
"Keluarlah! Apa kau akan terus berada di dalam mobil?" bentak Jino yang baru saja keluar.
"Tapi ...." kata Karin.
Jino membukakan pintu mobil untuk Karin lalu meraih lengannya untuk keluar.
Dengan perasaan malas, Karin akhirnya keluar dan mengikuti langkah Jino memasuki perusahaan.
Acara ulang tahun perusahaan biasanya berlangsung sangat meriah sehingga ada karpet merah untuk memasuki area pesta. Ada juga fotografer yang siap mengabadikan foto mereka. Banyak selebriti dan pengusaha kaya yang datang.
"Ayo berpegangan tangan seperti pasangan lainnya," bisik Jino di telinga Karin.
“Hah?” Karin berkata sambil berkedip, tidak mengerti kata-kata Jino.
Tanpa menunggu persetujuan, Jino menggandeng tangan Karin di lengannya. Berjalan di karpet merah dan tersenyum ke arah kamera. Jino pun mengajak Karin untuk berfoto bersama di photo booth yang telah disediakan panitia.
Para lelaki yang datang begitu terpesona dengan penampilan Karin malam ini. Termasuk Manajer Han yang memperhatikan mereka dari kejauhan hingga ia terkesima. Ia mengira bahwa Karin adalah kekasih Jino.
Karin merasa tidak nyaman saat semua orang menatapnya. Ada juga yang mengajaknya berkenalan. Karin hanya menjawab dengan senyuman.
Karin merasa bersalah dengan rekan kerja lainnya. Saat ini dia juga harus menyambut tamu bukan sebagai tamu undangan.
Jino menghilang di antara kerumunan, jadi Karin memilih menyendiri di sudut aula. Mengutuk nasibnya, yang datang ke acara di tempat kerjanya tetapi tidak mengenal satu pun dari mereka. Sungguh menyedihkan menjadi seperti orang asing.
Sambil terus memperhatikan kerumunan, Karin tiba-tiba seperti melihat sosok Jean lewat di depannya.
"Hai, Jean?" panggil Karin.
Jean menoleh ke sumber suara, sepertinya mendengar suara Karin tetapi dia tidak yakin.
"Siapa kamu?" tanya Jean sambil mengerutkan kening.
"Kau tidak mengenaliku? Aku Karin," jawab gadis itu sambil tersenyum lebar.
"Ya ampun. Aku hampir tidak mengenalimu, kamu terlihat sangat berbeda!" kata Jean dengan mata berbinar.
“Benarkah?” tanya Karin malu-malu.
"Kita sebaiknya mengabadikan momen itu malam ini," kata Jean. Ia mengambil ponsel di sakunya dengan satu tangan.
Karin sebenarnya merasa malu ketika beberapa orang melihat mereka berdua. Namun ia memilih menuruti perintah Jean untuk berfoto karena Jean tampak tidak peduli. Bersyukur setelah Jean pergi karena ada tamu yang meminta ia mengambil minuman lagi.
"Ayo, acaranya akan segera dimulai. Kita buktikan di depan semua orang bahwa kau lebih pantas daripada Aeri," kata Jino sambil menarik pergelangan tangan Karin agar mengikutinya.
*****
Raka berdiri bersama Aeri untuk menyambut para tamu undangan. Mereka berdua mengenakan pakaian dengan warna senada. Terlihat sangat serasi, terutama saat Aeri terus memegang lengan Raka.
Meskipun sedang berbicara, Raka merasa gelisah karena dia tidak melihat Karin. Namun menurut Jino, gadis itu ikut bersamanya. Matanya sibuk mencari-carinya di sekitar aula.
"Apa kau sedang mencari sesuatu?" tanya Aeri saat mendapati Raka yang tidak fokus mendengarkan para tamu undangan yang sedang berbicara dengan mereka.
"Ah, aku hanya... hanya mencari Rio," Raka tergagap. Tidak ingin Aeri mencurigainya.
Pandangannya tertuju pada seorang gadis yang berjalan bersama Jino. Semua orang bahkan minggir untuk memberi jalan bagi mereka.
Raka tak berkedip, ternganga melihat sosok Karin yang bak bidadari. Malam ini ia begitu anggun meski terlihat sedikit dewasa karena gaun dan riasan yang dikenakannya. Sangat berbeda dengan Karin yang dulu dikenalnya.
Tak hanya Raka, beberapa pria pun merasakan hal serupa, saking terpesonanya