Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Bumi
Pagi-pagi di ruang rawat runa sudah ramai di isi suara runa dan Laras.
" Bunda sama dagingnya juga." protes runa saat Laras hanya memberikan nasi dan sayuran bening.
" Iya sayang, nih liat." Laras menunjukkan potong daging yang di rebus pada sendok.
Saat ini runa tengah di suapi bundanya. Meski tidak suka dengan menu makanan rumah sakit yang terasa hambar dan pait. Tapi pelototan Laras membuat runa terpaksa menurut.
Tadi malam orang taunya baru datang setelah di kabari Roy. Laras tidak berhenti-hentinya mengomel dengan ulah putrinya yang sangat sulit di kasih tahu berakhir di rumah sakit. Runa hanya memanyunkan bibirnya cemberut.
Sudah runa tebak pasti Laras akan marah-marah saat tau ia kembali lagi bertamasya ke tempat yang di hindari orang-orang sehat, rumah sakit. Mana tau kalau dirinya akan berakhir di sini. Lagian siapa sih orang yang membawanya ke rumah sakit, Kenapa tidak di UKS saja.
Bundanya ini udah tau anaknya sakit malah di omelin untung masih ada ayahnya yang sangat pengertian kepadanya. Sedangkan Hendra lebih banyak diam. Namun wajahnya kentara sekali raut khawatir terhadap putrinya. Ia hanya mengelus kepala putrinya sayang dan menasihati pelan-pelan agar putrinya tidak mengulangi lagi.
Yang buat runa lebih sebal adalah saat ia di paksa menginap. Padahal dokter sudah mengatakan kepadanya baik-baik saja. Tapi ayah dan bundanya kekeh agar runa di rawat tiga hari. Berlebihan sekali bukan kedua orang tuanya itu.
" Ayah ngga kerja?" tanya runa saat melihat Hendra yang duduk di sofa tak jauh dari ranjang runa. Sedang memainkan hpnya.
" Mana bisa ayah fokus kerja kalo putri nakal ayah selalu bikin khawatir." sindir Hendra mengalihkan perhatiannya dari ponselnya ke runa.
" Runa udah ngga papa kok." bela runa menatap ayahnya dengan mulut yang penuh dengan makanan.
" Telan dulu sayang." tegur Laras.
" Udah Bun, kenyang."
" Dikit lagi ini."
" Ngga mau, ngga enak."
Laras menghembuskan nafasnya pasrah. Porsi sedikit saja runa tidak habis bagaimana mau sembuh.
" Ya kalo mau enak makan bakso sambalnya sepuluh sendok!" sindir Laras saat tau penyebab putrinya pingsan.
" Wahh mau dong bun." ucap runa menampilkan cengirannya.
Mata Laras melotot. Putrinya ini suka sekali membuat orang darah tinggi. Untung ia punya kesabaran yang tebal. Laras dengan gemas menarik telinga putrinya pelan.
" Awouu sakit Bun!" teriak runa mengusap-usap telinganya bekas kdrt bunda mode galak. Pasti memerah.
" Lebay." perasaan dirinya menarik pelan.
" Ayah ngga mau tuker istri apa, yang ini galak banget." adu runa pada Hendra.
" HEEHH!" laras menyentil kening runa mendengar kalimat ngawur putrinya.
" Maunya sih gitu, tapi hati ayah udah di kunci sama bunda kamu." balas Hendra menatap penuh cinta istrinya.
" BUNCINNN." sindir runa keras.
Sedangkan Laras tersenyum penuh kemenangan. Susah ya Bun kalo suami udah bucin.
" Kenapa? iri?"
" Siapa juga yang iri." bantah runa pura-pura kesal. Aslinya hatinya sangat senang melihat keharmonisan kedua orang tuanya. Ia selalu bersyukur di lahirkan di keluarga cemara.
" Ehh...bunda jadi inget sama cowok yang tadi malam nungguin kamu. Siapa? ganteng banget." tanya Laras membuyarkan lamunan runa.
" Bukan siapa-siapa." balas runa cuek saat Laras membahas Abi.
" Bunda kaya pernah liat loh yah, tapi di mana yah?" Laras menatap suaminya mencoba mengingat wajah Abi.
Hendra juga merasa seperti pernah melihat laki-laki yang menemani putrinya semalam.
" Mirip anaknya bumi." ujar Hendra menebak.
" Iya....mas benar. wajahnya mirip banget perpaduan kak bumi sama Dania. Kok aku jadi lupa sih." ucap Laras heboh yang di angguki Hendra.
" Siapa namanya sayang? bunda ngga inget."
" Ngga tau lupa."
" Bohong banget masa sama temen sendiri lupa."
" Iya soalnya ngga penting." balas runa cuek memilin-milin rambutnya panjangnya uang kusut belum di sisir.
" Ngga boleh gitu sayang, dia itu anak sahabat dekat ayah sama bunda loh."
" Abian kaisar rakabumi Bun." bukan runa yang menjawab tapi Hendra.
" Kamu deket dek sama Abi?" tanya Hendra curiga.
Tidak mungkin laki-laki yang terkenal datar dan irit bicara seperti bapaknya itu mau meluangkan waktunya hanya untuk menemani putrinya tanpa ada sesuatu. Meski hanya pernah bertemu beberapa kali saja, tapi Hendra bisa tau jika Abi itu duplikat bumi.
mengatakan Abi itu mantannya.
Ia pun tidak tau kejadian yang sebenarnya. Saat bangun hanya ada Roy dan mantannya itu. Runa tidak tau siapa yang membawanya. Entah Roy yang mengantarkan ia kerumah sakit lalu abi menyusul saat tau atau sebaliknya. Ia pun tidak terlalu peduli.
" Bener?" tanya Hendra memincingkan matanya menatap putrinya. Belum puas dengan jawaban runa.
Mana mungkin hanya teman satu angkatan mau menunggu runa sampai tengah malam. Bahkan dirinya dan sang istri sudah memintanya untuk pulang istirahat. Tapi dengan kekeh ia mau menemani putrinya. Akhirnya setelah Hendra menyakinkan Jika keadaan runa sudah lebih baik. barulah Abi dengan berat hati meninggalkan ruang rawat kekasihnya.
Runa juga sudah beberapa kali mengusir Abi tapi tetap saja anaknya batu. Hatinya tidak tenang jika meninggalkan kekasihnya meski ada orang tuanya. Padahal Roy saja yang sahabat runa dari kecil sudah pulang setelah isya agar tidak menggangu istirahat runa. Hendra yakin pasti ada yang di sembunyikan putrinya.
" Iya ayahandaku tersayang."
" Lagian sikap ayah kok beda tadi malam?"
" Beda bagaimana?" tanya Hendra bingung.
" Biasanya kalo ada laki-laki selain Roy yang deketin runa pasti ayah akan marah. Kenapa semalam lembek?"
" Masa ayah mau marah sama orang yang udah nolongin kamu, lagian juga anaknya sopan." bela Hendra.
Sopan apanya, psikopat sih iya batin runa. Ternyata karena tau Abi anak sahabatnya, pantas saja sikapnya beda.
" Tadi Amel telpon katanya pulang sekolah mau ke sini jenguk kamu." beritahu Laras memotong perdebatan anak dan bapak itu.
" Kapan? Kok runa ngga tau?"
" Pas kamu belum bangun."
" Hp runa mana Bun?"
" Buat apa ?" tanya Laras galak. Putrinya itu kalau sudah main hp jadi lupa dunia. Bukannya istirahat lagi sakit juga masih sempet-sempetnya nyariin hp.
" Takut ada pesan penting Bun." rengek runa meminta hpnya.
" Ngga ada. Lagian siapa juga yang ngechat kamu? orang teman-teman kamu lagi sekolah."
" Tapi runa bosen bunn." tak menyerah runa menarik-narik baju istri ayah Hendra.
Tok
Tok
Semua orang menatap pintu, bertanya-tanya siapa gerangan yang datang.
" Masuk." ucap Hendra.
" Permisi pak, mau nganterin laptop sama berkas yang bapak minta." ucap Reno sekretaris Hendra.
Hendra memang meminta agar semua pekerjaannya hari ini di antarkan ke rumah sakit. Agar Hendra bisa sekaligus memantau putrinya.
" Makasih ren."
" Sama-sama pak."
" Non runa gimana keadaannya sekarang?" tanya reno mendekati ranjang runa.
" Udah sembuh kok om." balas runa. Reno mengagukan kepalanya tersenyum kecil.
" Alhamdulillah kalo seperti itu."
Runa dan Reno memang cukup dekat. Saat gabut runa sering mampir ke kantor ayahnya. Jadi hampir semua pegawai mengenalnya.
" Tadi om mampir ke toko buah semoga kamu suka." ujar Reno membawa buah tangan untuk runa.
" Wahh makasih om." balas runa menerima parcel yang berisi macam-macam buah.
" Sama-sama."
" Ya sudah saya permisi kembali ke kantor lagi pak , Bu Laras, non runa." pamit Reno.
" Iya."
" Makasih ya ren repot-repot segala." ucap Laras.
" Ngga repot kok Bu hanya buah belum Pajero. Kalo itu saya ngga mampu." ucap Reno bercanda.
" Hahaha....kamu ada-ada saja." balas Laras tertawa kecil.
" Kamu mau makan buah sekarang apa nanti?" tanya Laras setelah Reno pergi.
" Nanti aja Bun, runa masih kenyang." tolak runa.
" Ya udah." Laras merapihkan rambut putrinya yang kusut dengan tangannya.