Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31 Kantor pusat
"Pah,gimana ya mamah hawatir Rani di mana? Apa dia sudah dapat kontrakan? Mamah takut dia masih luntang-lantung dijalan." Isak Sarifah saat suaminya baru pulang dari kantor.
" Jangan hawatir mah,kita doakan saja dia.Papah yakin Rani sudah dapat tempat tinggal,dia pasti punya tabungan untuk menyewa kost yang bagus atu mungkin apartemen." Arman terus berusaha menenangkan istrinya kendati hatinya juga merasakan kehawtiran yang sama.
" Mamah coba telfon dia tapi nomornya tidak aktf,apa mungkin dia ingin menghilang dari kita pah? Hiks malang sekali nasibmu nak."
Karna hawatir Sarifah justru berfikir yang tidak-tidak,segala kemungkinan yang terjadi membuatnya merasa takut dan semakin cemas.
" Mah,jangan berfikir yang tidak-tidak! Papah sudah bilang Rani tak sebodoh itu mah.Nanti papah coba cari info ke teman papah yang ada dikantor cabang tempat Rani kerja.Kalau Rani masih masuk kerja berarti dia dalam keadaan baik-baik saja dan untuk nomor ponsel yang tidak aktif,mungkin dia ingin menenangkan diri mah.Sudah-sudah percaya sama papah putri kita baik-baik saja." Pungkas Arman.
" Ya sudah pah,semoga Rani benar-benar baik-baik saja." ujar Sarifah pada akhirnya.Hatinya masih diliputi kegelisahan namun ia mencoba untuk bersikap lebih tenang.
Malam harinya mertua Rani itu benar-benar mencari tau tentang kabar Rqni melalui salah satu temannya di kantor cabang.
" Hallo Man! Ada apa tumben nelfon?" Terdengar sapaan Fatah disebrang telfon.
" Hallo,em begini Fat.Kamu kenal sama Rani?" Tanya Arman.
" Rani?" Fatah terdiam sejenak.
" Iya Rani,dia menantuku yang dulu kamu pernah bertemu bukan disaat hari pernikahan dia.Dia bekerja dikantor cabang sama seperti kamu,tapi aku tidak tau di dibagian apa." Ucap Arman yang memang tidak tau dibagian apa dan jabatan apa Rani dikantornya.
" Oh ya ya,Rani saya tau.Ada apa memangnya?" Tanya Fatah.
" Apa dalam beberapa hari ini dia berangkat ke kantor?" Tanya arman.
" Ya,dia terbilang karyawan yang rajin dan tidak pernah absen.Kinerjanya juga bagus, akhir-akhir ini dia justru lebih sering membantu pak Ardan di ruangannya." Jelas Fatah.
Ada perasaan lega dalam hati Arman kehawatirannya sudah terjawab.Arman tersenyum.
" Syukurlah kalau dia baik-baik saja." Ucap Arman.
" Memangnya ada apa? Apa ada masalah? Atau bagaimana?" Fatah mulai tertarik untuk bertanya lebih.
" Tidak,tidak ada masalah.Kalau begitu saya ucapkan terimakasih.Maaf sudah mengganggumu malam-malam begini.Terimakasih.
Tuuut tuut
Tanpa persetujuan Fatah,Arman mematikan sambungan telfonnya secara sepihak.
Fatah hanya menggelengkan kepalanya dengan sikap temannya tersebut.
" Meskipun sudah lama mengenal dia tapi aku masih tidak faham dengan sikapnya.Selalu saja dia memutuskan sambungan telfonnya secara sepihak tanpa salam."
Puk
Fatah menepuk keningnya sendiri dengan telapak tangannya.
Berbeda dengan Arman,ayah kandung langit itu justru terlihat antusias saat ingin memberitahukan kepada istrinya tentang kabar menantunya.
" Maah,mamah!" Armab berteriak memanggil Sarifah yang sedang meringkuk diatas tempat tidur.
" Ya pah ada apa?" Sarifah yang enggan bangun hanya menjawab dengan suara lirih.
" Baik mah,dia baik-baik saja dia masih bekerja dikantor berati dia dalam keadaan baik-baik saja malah teman papah bilang dia sekarang kerjanya bantu-bantu pak Ardan di ruangannya.Semoaga saja anak itu naik jabatan,teman papah bilang kinerjanya sangat bagus.Setidaknya kita tenang kalau Rani baik-baik saja." Ujar Arman membuat senyum dibibir istrinya terbit.
" Allhmdulillah, akhirnya mamah bisa tidur nyenyak malam ini.Mamah yakin besok stelah dia tenang pasti dia akan menemui kita pah.Kalau tidak,kita bisa datang ke kantornya." Papar Sarifah yang langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Arman.
Malam berlalu begitu cepat, pagi-pagi sekali Ardan meminta Rani ikut bersamanya ke kantor pusat.
Akhir-akhir ini Rani selalu menjadi sorotan dan trending topik seantero kantornya karna kedekatannya dengan sang atasan.Beberapa orang memujinya namun tak banyak juga yang berfikiran buruk tentang kedekatan arani dan Ardan.
" Pak,apa harus banget saya ikut bapak?" Tanya Rani saat mereka dalam perjalanan menuju ke kantor pusat.
" Memangnya kenapa? Saya sudah bilang kamu asisten suka-suka, jadi suka-suka saya dong mau kasih kamu pekerjaan apa,yang penting saya gaji kamu kan.Kurang baik apa coba saya?" Tanya Adran yang justru terdengar sewot.
" Ya deh orang baik." Cicit Rani dengan mata menggerling.
Tak ada pembicaraan apapun lagi setelah itu, Ardan fukus dengan jalanan yang sedikit ramai sementara Rani menikmati pemandangan diluar dari jendela.
Tak selang beberapa lama mereka sudah sampai dikantor pusat dan beberapa orang staf terlihat menyambut Ardan dilobi kantor.
Arman salah satunya,dia berdiri dibarisan paling belakang.Betapa terkejut Arman saat melihat Rani yang berjalan berdampingan dengan Ardan.
Mereka tampak akrab ,bahkan Rani lebih terlihat seperti pendamping Ardan dibandingkan dengan karyawan.
" Rani." Lirih Arman.
" Selamat datang kembali pak, bagaimana perjalanan anda lancar?" Tanya Anas salah satu orang kepercayaan Ardan dikantor pusat.
" Baik, silahkan berkumpul di ruang meeting,5 menit lagi saya akan ke sana." Titah Ardan yang langsung dituruti oleh semua karyawannya.
Semua orang sudah berkumpul diruangan meeting termasuk Arman.Meskipun tubuhnya duduk diantara teman-teman namun otaknya tetep tertuju pada menantunya Rani.
Ardan masuk ke ruangan meeting dan memimpin rapatnya,membahas masalah yang memang terjadi beberapa hari terakhir di perusahaannya.
45 menit rapat itu berlangsung dan kini sudah selesai.Semua orang tampak meninggalkan ruangan meeting,menyisakan Ardan dan Arman.
Ardan sedikit terkejut saat melihat Arman masih duduk dikursinya.
" Pak Arman apa ada hal yang mau disampaikan ke saya secara pribadi?" Tanya Ardan yang seolah faham akan situasinya.
" Em ada pak,maaf sebelumnya ini mengenai Rani."
Deg
" Dari mana dia mengenal Rani." Batin Ardan yang memang belum mengenal seluk beluk keluarga Arman.
" Rani? Rani yang mana?" Tanya Ardan pura-pura tidak tahu.
" Rani yang datang bersama bapak,dia menantu saya." Ucap Arman yang lagi-lagi mengejutkan Ardan.
Sebisa mungkin Ardan bersikap biasa saja didepan Arman meskipun hatinya sangat penasaran dengan apa yang ingin Arman sampaikan.
" Oh dia,ya dia karyawan saya dikantor cabang.Memangnya ada apa dengan dia?" Tanya Ardan.
" Apa dia baik-baik saja selama beberapa hari ini, bagaimana bisa dia pergi bersama bapak setau saya dia staf biasa. Maaf kalau pertanyaan saya kurang sopan." Ucap Arman dengan wajah tertunduk.
" Kamu hawatir karna dia kabur dari rumah suaminya?" Todong Ardan langsung membuat Arman menatap tak percaya.
" Ck,saya tau ini bukan urusan saya tapi saya perlu sampaikan sama kamu karna kamu ayah dari laki-laki bajingan itu.Maaf pak Arman,jika anda tidak bertanya mungkin saya tidak tau hubungan anda dengan Rani.Tapi disini saya menempatkan diri saya sebagai sahabat Rani, tolong sampaikan pesan saya terhadap putramu itu.Dia akan menyesal membuang Rani dan menyakitinya sedemikian rupa,dihari dia merasakan penyesalan itu jangan harap dia akan bisa kembali lagi dengan Rani dan saya orang pertama yang akan mencegah Rani untuk bertemu dengan dia,saya juga akan bicara sama Rani dan minta dia untuk tidak memaafkan laki-laki bajingan itu. Dan satu lagi,jangan hawatirkan dia karna dia aman bersama saya,dia tinggal dirumah saya." Ucap Ardan sebelum pergi dari ruang meeting meninggalkan Arman dengan sejuta kemelut di hatinya.
Bersambung....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."