seorang anak yang memiliki kelebihan bisa mendengarkan bisikan-bisikan dari alam dan hewan-hewan, hingga dia dianggap gila oleh warga desa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hambali balon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22 : Mengungkapkan Kisah Yang Disembunyikan
Raya “Assalamualaikum, Mah, Mama dimana?”
Sari “mama di dapur, Raya”
Dua puluh lima tahun sudah berlalu setelah kepergian Danu, Sari membesarkan Raya hingga dewasa, Raya Vishwa nama lengkap dari raya, setelah lulus raya tinggal bersama ibunya di desa.
Raya segera ke dapur melihat mamanya.
Raya “oh, ngapain mama di dapur?”
Sari “mama lagi buat makanan kesukaan kamu raya”
Raya “hmmm, wanginya mau dong mah”
Sari “iya, sabar dikit kamu, kamu seperti tante sarah gak sabaran”
Raya “iya mau gimana lagi mah, orang raya lama sama tante sarah”
Sari “iya-iya, kamu dari mana saja”
Raya “dari pohon beringin mah”
Sari “kamu lah ini. sudah, bersih-bersih kamu dulu sana, baru makan”
Raya “ok, siap mama ku sayang”
setelah raya selesai mandi, raya langsung duduk di meja makan yang sudah terhidang makanan yang dibuat oleh sari, mereka pun makan bersama dan berbincang-bincang.
Sari “raya”
Raya “iya, Ma,”
Sari “sampai kapan kamu di desa nak?”
Raya “sampai mama bosen lihat raya, hehehe”
Sari “mamah serius loh Raya, Mama mau tanya sama kamu”
Raya “tanya apa sih mah”
Sari “kamu sudah lulus kuliah, terus kamu setelah ini kedepannya mau ngapain raya”
Raya “mah, raya sudah lama tinggali sama tante sarah, terus raya baru pulang dari paris, baru saja satu bulan, mama mau tanyakan raya mau ngapain lagi, raya mau jagain mama, mama sudah mulai tua, raya khawatir kalau mama tinggal sendiri di desa, sudah puas mama ku sayang”
Sari “terus masa depan kamu bagaimana?”
Raya “kalau masa depan, biar alam saja yang menentukan mah hehehe”
Sari “dasar, kamu dari dulu tidak berubah, sifat mu seperti papamu, yang tidak mau ambil pusing, karena semua sudah yang atur”
Raya “ya kan benar mah, emang benar papa mah,”
Sari “ya sudah lah payah kalau berdebat sama kamu”
Raya “hehehe, mah walau raya tidak pernah melihat langsung papa, tapi raya selalu merasakan kehadiran papa, di setiap raya punya masalah, apa lagi kalau raya duduk di pohon beringin, sepertinya papa ada di sana mah”
sari hanya bisa tersenyum.
Sari “(didalam hati) danu anak kita sudah besar, lihat lah di cantik seperti ku, dan cerdas seperti mu”
Raya “mah kok menung, oh iya ma, novel-novel mamah bagus-bagus deh, raya pengen juga di buat kan kisah hidup raya, boleh gak mah”
Sari “hmmm, kamu belajar, punya mama yang penulis kok malah minta buatkan novel, belajar loh sayang”
Raya “iya mama ku sayang”
setelah makan malam selesai sari langsung masuk ke kamar untuk beristirahat, sedangkan raya masih di ruang tamu sambil membongkar-bongkar buku hasil karya mamanya.
Raya “(didalam hati) buku apa ini, “Anak Yang Dianggap Gila” kok gak mama tibitkan ya”
rasa penasaran raya semakin menggebu-gebu
Raya “(didalam hati) ini tulisan mama, kalau aku lihat, Mama gak pernah bilang kalau ada buku ini, aku simpan saja deh, biar aku baca dulu sampai selesai, baru aku tanya mama”
beberapa hari ini, Raya tidak keluar rumah, karena dia sibuk membaca buku yang ditulis oleh mama nya, yang tidak pernah mama nya beritahukan kepada raya.
tiga hari Raya menyelesaikan bacaannya, dipagi hari setelah mereka sarapan pagi Raya mempertanyakan tentang buku yang ia baca selama beberapa hari ini.
Raya “mah, Raya mau tanya sama mama”
Sari “iya, Raya. apa yang kamu tanyakan sama mama”
Raya “ini mah”
Raya menunjukan sebuah buka tulisan sari yang tidak pernah raya ketahui, sari terkejut, ketika sari melihat buku itu sudah ada di tangan raya.
Sari “dapat dari mana kamu”
Raya “Mamah, tidak perlu tau, Raya dapat dari mana buku ini? yang raya tanyakan sama Mamah, kenapa Mamah menyembunyikan buku ini dari Raya?”
Sari ”bukan gitu, Raya anak ku”
Raya “apalagi alasan Mamah sama Raya, atau Raya tidak boleh tau tentang Papa!”
Sari hanya terdiam, sambil meneteskan air matanya
Raya “kenapa Mamah menangis, beritahu Raya dulu, Kenapa?”
Sari “Mamah bukan tidak mau memberitahukan sama Raya, tetapi mama tidak mau membuka kenangan mama dengan siapa pun,”
Raya “ok, kalau itu maunya Mamah, tapi mengapa Mamah tidak pernah sedikit pun memberitahukan tentang kelebihan Papa, mamah malah berbohong selama ini tentang Papa!”
Sari “Mamah takut kalau kamu tau, kamu malah menertawakan Mama, karena kelebihan Papa di luar nalar kita”
Raya “tidak mungkin, Raya menertawakan kelebihan Papa, Raya sendiri, itu alasan yang tidak masuk di akal, menurut Raya mah”
Sari “sudah lah, apa Mamah menceritakannya semua”
Raya “iya, Mah. Mamah harus menceritakannya dengan Raya, Raya tidak mau hanya membaca buku ini”
Sari “Baiklah Raya, Mamah akan menceritakannya semua. Raya mau darimana mamah ceritakan”
Raya “terserah Mamah, mau dari mana ceritanya”
Sari mulai menceritakan tentang kehidupan dia dengan danu, tentang kebahagiaan, tentang kesedihan dan tantangan yang mereka berdua alami.
Sari “baiklah Raya, Mamah akan menceritakan kisah mama dari ketika mamah selesai kuliah, di salah satu universitas ternama di kota”
Raya “iya, Mah.”
Kembali ke masa lalu, setelah sari selesai studi dari universitas ternama di kota.
Ayu “selamatnya nak”
Abizar “selamat ya sayang”
Sari “iya Bu, iya Pa”
sari wisuda terlebih dahulu ketimbang sarah, sari mendapatkan comlout, ini kerena hasil kerja kerasnya selama ini, mereka berempat berfoto bersama.
Ayu “Sari, sehabis ini kamu mau kemana sayang”
Sari “hmmm, Sari mau istirahat dulu Bu, rencana sari mau balik ke desa dulu Bu”
Ayu “mau ngapain kamu ke desa sari”
Sari “iya, mau istirahat dulu Bu, sekalian nulis buat novel dan buku sih mah, kalau di kota sedikit sulit cari rekomendasinya Bu,”
Abizar “biar kan lah dik, Sari kan mau menenangkan pikirannya dulu, selama ini dia kan terus belajar, kita sudah lihat buktinya, Sari dapat cumlout”
Ayu “iya sudah kalau itu mau kamu, ibu tidak paksakan kamu, yang penting kamu itu bahagia, tapi jangan lupa kamu ingat masa depan kamu juga.”
Sari “iya Bu, kalau itu sari tahu kok Bu”
Abizar “Sarah gimana skripsinya?”
Sarah “hmmm, masih proses pa. ya, lumayan sedikit pusing sih pa”
Abizar “iya sudah, yang penting kamu selesaikan saja skripsimu, jangan terlalu banyak pacaran”
Sarah “iya Pa”
pembicaraan ini dilakukan saat mereka di mobil menuju pulang kerumah, sesampainya mereka di rumah, sari langsung bergegas untuk merapikan pakaiannya, karena besok dia mau balik ke desa.
Sarah “mau kemana kamu Kak”
Sari “mau beres-beres pakaian lah Dik”
Sarah “emang mau kemana kau Kak”
Sari “ya besok kan kakak mau langsung ke desa”
Sarah “emang kau Kak, sebenarnya kau kangen sama Kak Danu kan”
Sari “hehehe, tau aja si bawel kakak ini”
sari sambil mencubit pipinya sarah.
keesokan harinya sari langsung berangkat ke desa diantarkan oleh pak manto.
Sari “(didalam hati) Danu, aku balik, tunggu aku, aku sudah rindu, apa kamu juga sama dengan ku.”