NovelToon NovelToon
Sihir Brengsek

Sihir Brengsek

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Fantasi Isekai
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Arifu

Shin adalah siswa jenius di Akademi Sihir, tapi ada satu masalah besar: dia nggak bisa pakai sihir! Sejak lahir, energi sihirnya tersegel akibat orang tuanya yang iseng belajar sihir terlarang waktu dia masih di dalam kandungan. Alhasil, Shin jadi satu-satunya siswa di Akademi yang malah sering dijadikan bahan ejekan.

Tapi, apakah Shin akan menyerah? Tentu tidak! Dengan tekad kuat (dan sedikit kekonyolan), dia mencoba segala cara untuk membuka segel sihirnya. Mulai dari tarian aneh yang katanya bisa membuka segel, sampai mantra yang nggak pernah benar. Bahkan, dia pernah mencoba minum ramuan yang ternyata cuma bikin dia bersin tanpa henti. Gagal? Sudah pasti!

Tapi siapa sangka, dalam kemarahannya yang memuncak, Shin malah menemukan sesuatu yang sangat "berharga". Sihir memang brengsek, tapi ternyata dunia ini jauh lebih kacau dari yang dia bayangkan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arifu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Misi pertama yang gagal total

Hari-hari Shin di Akademi berjalan seperti yang bisa diduga—kacau, penuh ledekan, dan tentunya, banyak tawa. Tapi pagi itu, ada sesuatu yang beda. Seorang guru masuk ke kelas dengan ekspresi serius, membawa gulungan kertas yang terlihat penting.

“Baik, siswa-siswa baru. Hari ini, kalian akan menjalani misi pertama kalian di luar Akademi,” kata guru itu, suaranya tegas.

Shin yang lagi asyik ngelukis kumis di foto guru di bukunya langsung ngangkat tangan. “Misi? Maksudnya, kita bakal dikirim ke luar buat main-main?”

Guru itu melotot ke arah Shin. “Ini bukan permainan, Shin. Ini adalah misi nyata untuk menguji kemampuan kalian.”

Shin menyeringai. “Kalau begitu, pas banget. Gue ini ahli dalam ngerjain hal-hal nggak penting.”

Kelas langsung dipenuhi suara tawa, sementara Leo—yang duduk di sebelah Shin—cuma bisa menepuk dahinya. “Tolong, jangan bikin kita kena hukuman sebelum misinya dimulai.”

Beberapa jam kemudian, semua siswa baru sudah berkumpul di lapangan Akademi. Guru tadi berdiri di depan mereka, menjelaskan detail misi.

“Kalian akan pergi ke Hutan Kelam untuk mengumpulkan tanaman sihir bernama Aurum Vinea. Tanaman ini hanya tumbuh di tempat yang berbahaya, jadi kalian harus berhati-hati. Dan ingat, ini misi kelompok. Saling bekerja sama adalah kunci keberhasilan.”

Shin langsung melirik ke Leo, yang otomatis menjadi satu tim dengannya. “Eh, Leo. Lo tau, kan, cara kerja sama itu apa? Jangan sampe lo cuma jadi beban.”

Leo menatap Shin dengan dingin. “Justru aku yang khawatir kamu akan membuat masalah.”

Shin ketawa kecil. “Santai aja, bro. Gue ini jagoan kalau soal ngelewatin masalah.”

Begitu sampai di Hutan Kelam, tim Shin langsung dihadapkan dengan tantangan pertama: medan yang gelap dan penuh jebakan. Suara binatang buas terdengar di kejauhan, sementara angin dingin bertiup membawa aroma tanah basah.

“Baik, fokus. Kita harus tetap bersama dan mencari tanaman itu,” kata Leo dengan nada memimpin.

Shin melirik ke sekeliling dengan santai. “Wah, hutan ini serem juga, ya. Apa mungkin ada monster kayak waktu gue kecil? Kalau ada, gue bakal tanya: ‘Eh, lo mau ngebunuh gue juga, apa gimana?’”

Leo menepuk dahi. “Bisakah kamu serius, setidaknya sekali?”

“Nggak bisa,” jawab Shin dengan santai.

Mereka mulai berjalan lebih dalam ke hutan. Sepanjang jalan, Shin nggak berhenti ngomong, ngeledek, dan bikin suara-suara aneh yang jelas-jelas bikin Leo frustrasi.

“Apa sih yang lo lakuin?!” tanya Leo akhirnya.

“Gue lagi nyoba manggil monster, siapa tau mereka bisa bantu cari tanaman itu. Coba bayangin, kalau monster ngeluarin jurus, kita nggak perlu kerja keras lagi,” jawab Shin sambil tertawa.

Leo menatap Shin dengan tatapan kosong. “Aku mulai merasa ini adalah hukuman Tuhan.”

Setelah beberapa jam mencari, mereka akhirnya menemukan sesuatu yang mirip dengan tanaman Aurum Vinea. Tapi tentu saja, nggak ada yang berjalan mulus. Begitu Shin mendekat, segerombolan serigala sihir muncul dari semak-semak, mata mereka bersinar merah.

“Oh, asik! Ada penonton!” kata Shin sambil mundur pelan.

Leo langsung mengangkat tongkat sihirnya. “Ini bukan waktu bercanda! Kita harus melawan mereka!”

“Melawan? Lo gila, ya? Mereka ada enam, kita cuma dua. Lo punya plan B?” tanya Shin.

“Plan B-nya adalah: bertarung atau mati,” jawab Leo tegas.

Shin mendengus. “Gue lebih suka plan C: kabur.”

Salah satu serigala melompat ke arah mereka, dan Leo langsung melancarkan serangan sihir. Api biru keluar dari tongkatnya, menghantam serigala itu hingga terlempar. Sementara itu, Shin... ya, Shin malah lari ke belakang sambil berteriak.

“Leo, lo ngapain nyerang?! Kita nggak punya backup plan, bro!” teriak Shin.

“Tolong berhenti teriak dan bantu aku!” balas Leo.

Shin menatap sekeliling, mencoba menemukan sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata. Akhirnya, dia menemukan batang kayu besar yang kelihatan cukup kuat. Dia mengangkatnya dengan susah payah, lalu berdiri di belakang Leo.

“Oke, gue siap! Kalau mereka nyerang lo, gue bakal mukul mereka pake ini.”

Leo melotot. “Kamu serius?! Itu bukan bantuan!”

“Eh, lo butuh backup, kan? Ini gue bantu pake senjata darurat!” jawab Shin.

Pertarungan berlangsung kacau. Leo berhasil melawan dua serigala dengan sihirnya, tapi yang lain mulai mengepung mereka. Sementara itu, Shin lebih banyak teriak dan lari-lari sambil mencoba menghindari serangan.

Satu serigala menyerang Shin dari samping, tapi Shin berhasil mengelak dengan lompatan yang kelihatan lebih kayak kecelakaan daripada gerakan terencana. Dia jatuh ke tanah, tapi batang kayu yang dia pegang secara nggak sengaja menghantam kepala serigala itu. Serigala itu terhuyung, lalu pingsan.

“Wah, keren juga gue! Gue bisa jadi pahlawan tanpa sihir,” kata Shin sambil tertawa, padahal dia jelas-jelas cuma beruntung.

Leo menatap Shin dengan frustasi. “Tolong serius, atau kita akan mati di sini!”

“Tenang aja, gue masih hidup, kan?” balas Shin sambil berdiri lagi.

Akhirnya, setelah perjuangan panjang dan kekacauan tanpa akhir, mereka berhasil mengalahkan para serigala. Tapi keadaan mereka berantakan. Leo kelelahan, dan Shin... ya, Shin masih ketawa-tawa seperti biasa.

“Gila, misi ini seru banget! Kita harus sering-sering begini,” kata Shin sambil duduk di tanah.

Leo menatap Shin dengan tatapan lelah. “Aku benci mengakuinya, tapi tanpa keberuntunganmu, kita mungkin sudah mati.”

Shin nyengir. “See? Gue ini jagoan. Meskipun gue nggak bisa sihir, gue tetep berguna.”

Leo menghela napas panjang. “Kau lebih seperti masalah berjalan.”

“Masalah yang bikin lo tetep hidup, bro,” balas Shin dengan santai.

Mereka akhirnya membawa tanaman Aurum Vinea kembali ke Akademi, tapi bukan tanpa banyak pertanyaan dan tatapan aneh dari guru mereka. Shin, seperti biasa, malah sibuk menceritakan betapa heroiknya dia, meskipun jelas-jelas Leo yang melakukan sebagian besar pekerjaan.

Dan begitu hari itu selesai, Shin hanya punya satu komentar: “Akademi ini nggak seserem yang gue pikir. Gue malah suka tantangannya. Tapi... kalau ada yang bisa ngeganti monster sama makanan enak, itu bakal lebih keren.”

Leo cuma bisa menepuk dahinya. “Tolong jangan pernah berubah, Shin. Dunia ini butuh orang aneh seperti kamu... entah kenapa.”

1
Ajeng Sripungga
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!