NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SI BUNGSU

BALAS DENDAM SI BUNGSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Balas Dendam / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Teen School/College / TKP / Trauma masa lalu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.

Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.

Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."

Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.

Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.

Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.

PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20 POPULAR

Tiga hari kemudian.

Di ruangan Dewan Kedisiplinan.

Gandi baru saja masuk dari luar, nafasnya terengah-engah nampaknya dia baru saja lari untuk datang kesini.

Di dalam hanya ada Evan sendirian. Entah dimana anggota yang lain berada.

Mendengar pintu terbuka Evan hanya melirik singkat, melihat Gandi pelakunya, tanpa memperdulikannya lagi, Dia kembali melanjutkan bacaannya.

Gandi yang telah mengatur nafas, buru-buru duduk di depan ketuanya, memandangnya dengan mata berapi-api.

Merasakan tatapan itu, tanpa mengalihkan pandangan dari bacaannya, Evan bertanya, "Apa?"

"Ketua, Louis telah kembali dari pertukaran pelajar. Baru saja aku melihat nya di gerbang sekolah."

"Itu bagus," komentar Evan singkat.

"Tapi dia tidak langsung kesini."

"Hmm."

"Dia juga tidak ke kelasnya."

Evan menghentikan bacaannya, dia mendongak, dan berkata, "Kau bertele-tele."

"Hehe, aku akan mengatakannya. Louis tidak ke sini ataupun ke kelasnya, tapi dia pergi ke klub Kesehatan. Aku sudah baik-baik menyambutnya di gerbang, dia malah mengabaikan ku dan meninggalkanku begitu saja. Dia berkata memiliki urusan penting. Tapi saat aku mengikutinya, dia pergi ke klub Kesehatan."

Evan mengerutkan kening saat mendengar itu, tapi saat teringat sesuatu, ekspresinya kembali normal.

"Biarkan saja."

Gandi cemberut, "Ketua kau harus memarahinya."

Evan menatap, dengan pandangan menanyakan, kenapa dia harus repot-repot melakukan itu.

"Ketua, kamu tidak tahu. Louis pasti sudah mendengar tentang murid baru. Dan dia datang ke klub Kesehatan untuk melihatnya. Bukankah itu seperti dia berniat menikungmu, ketua."

Evan tercengang mendengar murid baru disebutkan lagi, dia tidak terlalu menanggapi kalimat akhir Gandi, dia malah bertanya, "Gadis itu di klub Kesehatan?"

"Hum, gadis itu memang aneh. Saat banyak klub bagus di sekolah. Dia malah memilih klub Kesehatan yang akan segera bubar."

Gandi mengelas nafas dengan emosi, selalu menyedihkan untuk sebuah klub yang sebelumnya popular, akan hancur dengan sia-sia. Dia telah mendengar kejadian setahun lalu. Bahkan bukan hanya mendengar tapi menyaksikannya. Kejadian itu sangat menyedihkan sekaligus mengerikan

Dia juga mendengar rumor yang beredar. Tapi tak logis rasanya jika mengatakan suatu klub sekolah memiliki praktik yang tidak benar. Sehingga memaksa siswinya bunuh diri.

Bukankah jika itu benar terjadi, sekolah akan menghentikannya. Atau mungkin Dewan Kedisiplinan yang akan membereskan. Tapi semua orang mempercayai rumor-rumor itu tanpa syarat.

Gandi baru akan bicara lagi, saat mendengar ketuanya mengatakan kata yang mengejutkannya.

"Mungkin klub itu akan bertahan lama," kata Evan sambil memandang jauh ke depan.

"Itu tidak mungkin, Ketua. Dari angkatan baru saja, hanya Aria yang bergabung. Itupun dia bergabung saat setengah semester. Bukannya setelah setengah semester lagi, hanya akan tersisa Aria seorang. Sekolah tak akan mengizinkan klub yang hanya memiliki 1 anggota saja."

"Itu mungkin," balas Evan tegas. "Karena sekarang ada variabel murid baru. Gadis itu benar-benar selalu membuat masalah," lanjutnya dalam hati.

Gandi menatap wajah Evan, yang masih memasang ekspresi datar namun tertarik saat mendengar murid baru disebutkan, otaknya membuat dugaan, "Apa maksudnya ketua akan mempertahankan klub Kesehatan karena murid baru. Woahhh, rahasia apa yang kuketahui ini."

...----------------...

Aria yang dibicarakan tak tahu menahu pembicaraan di ruangan Dewan Kesehatan, dia tengah sibuk menyeduh teh.

Setelah dua teko air panas sebelumnya habis, rebusan ketiga diatur di atas kompor. Dalam tiga hari ini peminat teh Chamomile membludak. Mereka hampir tidak bisa menanganinya untuk sesaat. Kemudian mereka membuat sistem nomor untuk pesanan antar. Sedangkan untuk yang mau datang ke klub Kesehatan tidak akan dibatasi, asalkan mereka bubar sepuluh menit sebelum waktu ujian.

Dari tempat Aria berdiri, dia bisa mendengar seniornya mengobrol dengan seorang pria. Dia tidak tahu siapa pria itu, wajahnya sangat asing baginya.

"Bagaimana rasanya?" tanya Jessica antusias

"Tidak buruk."

"Apa yang bisa aku harapkan dari seorang Louis. Sulit sekali pujian keluar dari bibirmu."

Louis tersenyum tipis, tidak marah pada sindiran Jessica, dia hanya mengalihkan pada topik lain, "Klub menjadi ramai, sekarang."

"Ini semua berkat, Aria. Jika bukan dia yang memberikan ide tentang teh herba ini, semua ini tidak akan terjadi," Jessica bukanlah orang yang akan mengambil pujian orang lain. ".... Ohh, ya kamu pasti tidak mengenalnya, Aria kemari sebentar," dia melambai kecil saat melihat Aria menatapnya.

Aria bergerak perlahan, ke sisi Jessica. Dia tetap diam, menunggu seniornya bicara.

"Kenalkan dia ini temanku sejak kecil, dia senior mu juga, tingkat 2 sama sepertiku dan Sammy, tapi kami berada di kelas yang berbeda, namanya Louis.... Nah, Louis, ini Aria, dia anggota baru klub kami."

Aria dan Louis sama-sama mengangguk sebagai salam.

"Kalian berdua memang memiliki sifat yang sangat mirip."

Mereka berdua kembali menatap satu sama lain, seolah ingin menilai, apakah yang dikatakan Jessica benar. Setelah menilai satu sama lain, keduanya memalingkan muka dengan acuh.

Aria melihat ke seniornya, lalu berkata, "Aku akan menyeduh untuk stok terakhir, Senior."

"Ya, baiklah. Perlahan saja, jangan buru-buru, kita masih punya waktu," kata Jessica menasehati.

"Baik," jawab Aria singkat.

Setelah mengatakan itu, Aria kembali ke dapurnya. Air rupanya sudah mendidih sempurna. Dia hanya perlu mematikannya sekarang.

'Klekk'

Saat itu dua senior dibelakangnya kembali bicara.

"Apa kamu akan tinggal lama kali ini?" tanya Jessica mengganti ke topik lainnya.

Tanpa banyak berfikir, Louis langsung menjawab, "Ya."

"Tidak ada pertukaran siswa lagi?"

"Apa kamu pikir itu seperti makan bakpao. Harus ada tujuan dan kepentingan. Itu tergantung pada maksud sekolah."

Jessica mengangguk, lalu berkata dengan nada menuduh, "Tapi pasti kamu sengaja kan. Dari SD, SMP, dan sekarang SMA. Setiap kali ada pertukaran siswa kau terpilih."

"Ada apa, kamu merindukanku, ya," kata Louis menggoda.

"Cuihhh," Jessica pura-pura meludah. "Aku malah senang, tak ada yang mengganggu ku."

"Begitu, hmmm," Louis merasa sedikit kecewa, tapi dia tak menunjukkannya, "Aku bukannya sengaja mengajukan sendiri, sekolah yang tiba-tiba memasukkan namaku. Mungkin karena aku yang nampak tidak akan memalukan di sekolah lain."

"Hah, tidak memalukan bagaimana," kata Jessica tak bisa mengerti.

Louis tersenyum bangga, "Kamu lihat wajah ini....," dia menopang dagu nya, lalu berkedip nakal, "-Dan ditambah otakku yang jenius," katanya dengan penuh arti.

"Tidak tahu malu," kata Jessica memasang wajah jijik. Tapi dalam hati dia mengakui pernyataan Louis. Pria itu memang memiliki wajah yang tampan dan otak yang pintar.

"Kenapa aku harus malu, itu adalah fakta."

"Terserah kau saja," Jessica memutar mata, dia lelah berdebat.

"Jangan marah. Aku sudah membelikan oleh-oleh pesananmu. Apa kamu tak ingin melihatnya," Louis mengeluarkan paperbag, dan menaruhnya di atas meja. "Sulit sekali menemukan benda ini, kalian para wanita memang merepotkan," meski kata-katanya buruk, senyum lembut di bibirnya jelas tak pernah pudar saat menghadapi Jessica.

Mata Jessica berbinar, dia tak memperdulikan ejekan Louis di akhir kalimat. Dengan penuh minat, dia melihat isi di dalam paperbag. "Kau bahkan menemukan ini!?"

"Hmm."

"Aaaa, terima kasih, Louis. Kamu memang yang paling baik," kata Keira semangat. Dia memeluk Louis dan melepaskannya dalam detik berikutnya.

Kejadiannya sangat singkat, seperti hanya hembusan angin, Louis berdecak dalam hati.

Aria yang melihatnya menahan rasa geli. Seniornya seperti sedang menyodorkan ikan pada kucing, lalu mengambilnya kembali, tak memberinya kesempatan untuk makan.

Louis tiba-tiba menatap ke arah Aria. Tapi yang dilihatnya hanyalah punggung gadis itu. "Apa aku terlalu banyak berpikir. Kenapa aku merasa gadis ini menertawakan ku."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!