Layaknya matahari dan bulan yang saling bertemu disaat pergantian petang dan malam, namun tidak pernah saling berdampingan indah di langit angkasa, seperti itulah kita, dekat, saling mengenal, tapi tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.
Aku akan selalu mencintaimu layaknya bulan yang selalu menemani bintang di langit malam. Diantara ribuan bintang di langit malam, mungkin aku tidak akan pernah terlihat olehmu, karena terhalau oleh gemerlapnya cahaya bintang yang indah nan memikat hati itu.
Aku memiliki seorang kekasih saat ini, dia sangat baik padaku, dan kita berencana untuk menikah, tetapi mengapa hatiku terasa pilu mendengar kabar kepergianmu lagi.
Bertahun-tahun lamanya aku menunggu kedatanganmu, namun hubungan kita yang dulu sedekat bulan dan bintang di langit malam, justru menjadi se-asing bulan dan matahari.
Kisah kita bahkan harus usai, sebelum sempat dimulai, hanya karena jarak yang memisahkan kita selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roshni Bright, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Beda Dunia
Ji-hyeon seketika menghilang dari sana, dan tiba-tiba berada di rumahnya yang sedang tersenyum memandangi Ibu dan Adiknya.
“Berbahagialah Mah! Dek! Aku sudah menghilangkan luka Kalian selama ini! Pria itu dan Keluarga Barunya sudah tewas terpanggang si jago merah,” ucap Ji-hyeon dan seketika menghilang dari sana.
Ji-hyeon seketika muncul di kamar Aisyah, namun Aisyah tidak menyadarinya, karena sedang menatap foto kebersamaannya dengan Ray.
“Ray, kenapa Kamu setega itu padaku? Kenapa Kamu lebih memilih Wanita itu daripada aku, padahal, sebentar lagi Kita akan menikah, tapi ternyata, posisiku sudah tergantikan oleh Wanita Lain di dalam hatimu ...”
“... Memang rasanya sangat menyakitkan, mengingat rencana pernikahan Kita yang tinggal beberapa bulan lagi, walaupun begitu, setidaknya Kamu belum melamarku, jadi Kita belum sempat mengurus segala pernikahan Kita ...”
“... Ray, aku tahu, kalau aku banyak melakukan kesalahan sama Kamu, aku maafkan segala pengkhianatan mu selama ini dibelakangku. Maaf Ray, aku harus menghapus foto-foto kebersamaan Kita, agar aku, tidak terus-menerus mengingatmu ...”
“... agar aku bisa melupakan Kamu, dan biar Kamu bisa bahagia bersama dengan pilihan barumu,” ucap Aisyah menghapus semua foto Raymond mantan kekasihnya dari galeri ponselnya.
Ji-hyeon sedari tadi menyaksikan dan mendengar perkataan Aisyah dari arah belakang.
“Ternyata selama ini, Aisyah tidak mencintaiku. Aisyah hanya menganggap ku sebagai seorang sahabat, dan tidak lebih dari itu, padahal aku sangat mencintainya, tapi tak apa, lagipula, duniaku dan Aisyah juga sudah sangat jauh berbeda ...”
“... Sebesar apapun perasaanku padanya, tetap tidak akan bisa merubah takdir Kita yang harus terpisahkan oleh kematianku,” ucap Ji-hyeon yang nampak bersedih mengetahui hal itu.
“Ji-hyeon,” panggil Aisyah yang mulai menyadari kehadirannya.
“Ii-iya Aisyah, Kamu bisa melihatku?” tanya Ji-hyeon.
“Apa Kamu lupa denganku? dari Kita masih bersama kan aku bisa lihat hantu,” jawab Aisyah tersenyum menatapnya.
“Oh iya!” ucap Ji-hyeon tersipu malu.
“Duduk sini! Kamu kenapa ke sini? Apa ada sesuatu yang ingin Kamu sampaikan padaku?” tanya Aisyah.
“Hm.. tidak ada!” jawab Ji-hyeon yang nampak menyembunyikan sesuatu.
“Aku tidak mengenalmu dalam waktu satu sampai dua tahun yang bisa dengan mudahnya Kamu tipu! Dari raut wajahmu, nampak sekali ada sesuatu yang Kamu sembunyikan dariku, ada apa Ji-hyeon?” tanya Aisyah menatapnya.
“Jadi, kepergianku selama ini, membuat Kamu melupakanku?” tanya Ji-hyeon.
“Kata siapa?” tanya Aisyah.
“Hm.. Pacar Kamu?”
“Aku tidak tahu mengapa Ji-hyeon, selama ini, aku menjalin hubungan dengan Pria Lain setelah hubungan Kita asing begitu saja, tapi aku merasakan kehampaan di dalam hubungan yang aku jalani bersama dengan Pria Lain. Aku tersenyum, aku bahagia, tapi entah mengapa, ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatiku.”
“Apa Kamu mencintaiku Aisyah?” tanya Ji-hyeon.
“Iya! Aku mencintaimu Ji-hyeon! Namamu seperti terkunci rapat di dalam hatiku yang aku sendiri kesulitan untuk membuka dan mengeluarkan namamu dari dalam sana ...”
“... Ji-hyeon, apa Kamu mencintaiku juga?” tanya Aisyah menatapnya.
“Iya, aku mencintaimu sejak awal pertemuan Kita,” jawab Ji-hyeon menundukkan wajahnya.
“Lantas mengapa Kamu menjaga jarak denganku? Kata Kamu, Kamu mencintaiku, namun mengapa Kamu malah menjauhiku?”
“Karena aku tulus mencintaimu, dan aku tidak ingin menodai ketulusan cinta itu dengan berzina ...”
“... Jika aku mendekatimu, dan Kamu menjadi kekasihku, itu sama saja, Kita sudah berzina, aku tidak ingin hubungan yang diawali dengan perzinahan dan hubungan yang haram ...”
“... Aku bermaksud ingin langsung melamar mu jika tidak keduluan oleh Pria lain, tapi ternyata, yang mendahuluiku malah kematianku sendiri. Aku menyesal sudah menunda waktu itu Aisyah ...”
“... Aku merantau, karena ingin mengumpulkan uang untuk bisa langsung melamar Kamu, tapi nahasnya, aku malah tewas di tangan begal motor yang sengaja mendorongku ke bawah jurang, dan mengambil barang-barang ku, untung saja ...”
“... Mereka tidak mengambil kalung Kita, jadi aku bisa memberikannya kembali padamu untuk Kamu jaga dengan baik, karena masaku di dunia telah selesai, dan aku tidak bisa menjaga kalung Kita,” jawab Ji-hyeon yang nampak bersedih.
“Kamu pernah mendengar kisah Qais dan Laila?” tanya Aisyah.
“Iya,” jawab Ji-hyeon.
“Keduanya tidak bisa bersatu di dunia, karena terhalang adat dan larangan orangtua Layla yang akhirnya Layla dijodohkan oleh Pria pilihan Ayahnya yang bernama Ibnu Salam ...”
“... Qais dan Layla sama-sama menderita karena harus terpisah satu sama lain dengan hati yang sebenarnya masih ingin selalu bersama ...”
“... Ketika Ibnu Salam tiada, Layla dibantu Zayd untuk bertemu dengan Qais, namun pertemuan keduanya berakhir luka, Layla pun meninggal dunia yang membuat seluruh Istana berduka ...”
“... Zayd mengabari Qais, dan Qais pun menangis tersedu-sedu diatas pusara Layla, sampai akhirnya jiwanya menyatu dengan Layla dan menyusulnya ke alam yang berbeda ...”
“... Qais dan Layla tidak bisa bersatu di dunia, tapi bisa bersatu di alam lain, apa Kamu mengerti apa maksud perkataan ku Ji-hyeon?” tanya Aisyah menatapnya.
“Apa Kamu ingin ikut bersama denganku Aisyah?” tanya Ji-hyeon.
“Iya, aku mencintaimu Ji-hyeon. Aku sudah berusaha untuk menghapus perasaanku ini, namun aku selalu kalah dengan perasaanku sendiri,” jawab Aisyah meneteskan airmatanya.
“Tap, aku tidak bisa membawamu untuk ikut pergi denganku Aisyah, karena itu sama saja, aku telah membunuhmu, dan aku tidak ingin membunuh Wanita yang sangat aku cintai selama ini, maafkan aku Aisyah!” ucap Ji-hyeon yang langsung menghilang dari sana.
“Ji-hyeon!” teriak Aisyah dan airmatanya pun sudah tidak bisa terbendung lagi.
Ibunya yang mendengar pun segera menghampirinya. Ibunya datang ke dalam kamar Aisyah dan langsung memeluknya.
“Daripada Kamu sedih terus, ikut Ibu yuk!” ajak Ibunya tersenyum menghapus airmatanya.
“Mau ke mana Bu?” tanya Aisyah.
“Kita jalan-jalan ke Mall. Kamu siap-siap ya! Ibu juga mau siap-siap!” ucap Ibunya tersenyum mengelus kepala Aisyah.
“Iya Bu!” jawab Aisyah.
Aisyah dan Ibunya bersiap-siap untuk pergi ke Mall, sedangkan Ayah Aisyah kini sedang tidak berada di rumah, karena sedang pergi bersama teman-temannya.
Aisyah dan Ibunya naik taksi online untuk sampai ke depan Mall.
Aisyah dan Ibunya nampak bahagia mengelilingi Mall yang ramai pengunjung.
“Ramai banget ya Bu, biasanya gak seramai ini deh!” ucap Aisyah.
“Iya, biasanya sepi, ini tumben ramai pengunjung, apa mungkin tanggal muda kali, baru pada gajian, makanya pada pergi jalan-jalan ke Mall, biasanya kan Orang-orang kayak gitu!” ucap Ibu Aisyah tersenyum menatapnya.
“Iya Bu, mungkin karena lagi pada gajian kali ya,” ucap Aisyah.
“Iya, ya udah yuk! Kita muter-muter, cari makanan yang enak!”
“Iya, Bu!”
Aisyah dan Ibunya mengelilingi Mall untuk mencari makanan yang enak.