Terlahir dari keluarga mata biru, namun nasib Aksara berbeda dari anggota keluarga lainya. Pada saat Aksara di lahirkan, ia tidak mewarisi mata biru dari kedua orang tuanya, melainkan ia terlahir dengan mewarisi mata ungu dari kakek buyutnya yang sudah lama tiada.
Aksara hanya mewarisi satu mata ungu di sebelah kirinya, begitu juga dengan kakek buyutnya yang hanya memiliki satu mata ungu di sebelah kanannya, dan mata di sebelah kirinya berwarna biru.
Dan kemudian di sebelah kanannya, Aksara memiliki mata sama persis seperti mata elang dengan warna yang lebih terang dan menyala-nyala.
Keluarga mata biru merupakan golongan keluarga bangsawan yang paling di segani di seluruh wilayah Republik. Keluarga mata biru merupakan keluarga terkuat saat ini, di tambah lagi dengan keahlian khusus mereka, hal itu yang membuat nama keluarga mata biru sangat ditakuti oleh keluarga besar yang lainya.
Setelah tumbuh menjadi pria kuat, Aksara meninggalkan anggota keluargnya dan memilih hidup sederhana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr Sad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20 : Aksi Aksara
"Cepatlah! saya sudah tidak sabar ingin menghajar wajah si tua itu," ucap tuan Edson masih saja kesal.
"Ehem, bukan kah anda lebih tua dari tuan Erick," ucap tuan Teja sambil tersenyum tipis.
"Diamlah!", seru tuan Edson terlihat malu.
Rona merah dipipi tuan Edson itu membuat nyonya cantik tertawa. Sementara tuan Teja hanya bisa menahan tawanya untuk menghargai perasaan tuan Edson di sana.
5 menit telah berlalu. Hingga pada akhirnya tuan David telah sadar, luka bekas peluru di tubunya juga telah menghilang. Semuanya sudah kembali sehat seperti semula.
"Bisakah anda tidak menyusahkan kami lagi! omongan besarmu itu tak sama seperti nyalimu. Mulai dari sekarang anda belajarlah dari kesalahan yang telah menimpa anda ini," ucap tuan Edson memberikan peringatan keras kepada tuan David.
Tuan David hanya bisa mengangguk saja, ia merasa malu dengan sikap yang telah dia perlihatkan di hadapan semua orang.
Sementara itu, semua keluarga dari seluruh negeri telah berkumpul. Mereka masih menunggu kehadiran para musuhnya di sana. Bila mereka bersatu, jumlah mereka begitu banyak sekali, sekiranya ada 1000 personel yang berada di lokasi tersebut.
Mereka belum mengetahui pasti jumlah pasukan musuh yang ada di sekelilingnya itu ada berapa. Tuan Arga masih menelusuri keberadaan para musuh yang sedang bersembunyi di balik sisi gelap belantara hutan.
"Bagaimana tuan Arga, apakah ada perkembangan?", tanya tuan Raga terlihat santai.
"Sepertinya belum ada tuan, saya hanya bisa menghitung sebagian para pengintai yang sedang mengawasi kita di dalam area gelap hutan," ucap tuan Arga berbicara dengan mata tertutupnya.
"Sudahlah, serahkan semuanya kepada saya, biar saya yang pergi mencari mereka," ujar tuan Erick tidak sabaran.
"Jangan berpencar! ini terlalu beresiko tuan, mungkin memang benar, anda adalah orang yang sangat kuat, sejarah anda dulu cukup terkenal, anda mampu mengalahkan 500 pasukan pembunuh berantai seorang diri, tapi satu hal yang harus anda ketahui, di luar sana ada banyak sekali pasukan hebat, bahkan tuan Raga yang disebut sebagai pelacak terhandal pun tidak mampu melacak jumlah keseluruhan musuh kita saat ini," ucap Aksara mencoba menahan jati diri tuan Erick.
"Jumlah kita pasti lebih banyak anak muda, anda tahu apa soal ini."
"Maaf, bukan maksud saya ingin menyela, tapi apa yang dia katakan itu ada benarnya juga tuan Erick, untuk sekarang ini saya hanya mampu setengah jumlah mereka saja," ucap tuan Raga.
"Memangnya ada berapa tuan?", tanya tuan Erick penasaran.
"Seribu lebih tuan."
Tuan Erick tercengang, mengapa jumlah pasukan musuh begitu banyak, dan itu pun baru setengah, belum lagi jumlah pasukan musuh yang masih dalam tahap pelacakan.
"Seribu lebih! apa-apaan mereka ini, apakah mereka berniat untuk memerangi kita," ucap Justin terkejut.
berhubung orang-orang di sekeliling kita itu merupakan para tokoh yang paling disegani di seluruh negeri, maka dari itu mereka menyadari potensi serta kemampuan yang dimiliki oleh musuhnya seperti apa dan sekuat apa," ucap tuan Julian berusaha memahami semua personelnya.
"Ya, anda benar tuan Julian, mereka tidak mau mengambil resiko, dan mereka juga tahu siapa lawan mereka saat ini," ucap tuan Raga terlihat begitu santai sekali.
Tuan Raga sudah tidak bisa menemukan keberadaan pasukan musuh yang sebagiannya lagi, beliau hanya mampu mendeteksi sekiranya 1000 lebih pasukan musuh yang ada di luar sana.
Mungkin ucapan pengawal tuan Raga itu memang benar, pasukan musuh bukan hanya kuat, akan tetapi mereka juga sangat cerdas, mereka mampu membutakan penglihatan sang pengintai dari keluarga bangsawan Mata Emas.
....
Aksara tidak bisa tinggal diam, dia pun akhirnya bergerak. Aksara pun pergi meninggalkan titik lokasi pertemuan untuk mengubah dirinya menjadi seekor elang.
Aksara terbang, ia mulai menelusuri ujung area yang terdapat perisai pelindung ciptaannya itu. Bila Aksara yang turun tangan langsung, tentunya bukan hal yang sulit bagi Aksara untuk menemukan keberadaan para musuh yang tengah bersembunyi di balik sana.
Aksara mulai menandai dan menghitung jumlah musuh-musuh yang tak mampu tuan Raga deteksi keberadaanya itu. Tak butuh waktu lama, Aksara telah menghitung jumlah keseluruhan musuh-musuhnya di sana.
Bila dihitung secara keseluruhan, kurang lebih ada 4,500 pasukan musuh, berikut dengan 1 penembak jitu yang sudah tewas itu.
Setelah Aksara menemukan keberadaan para musuh yang tidak bisa dideteksi itu, ia pun segera kembali ke wujud aslinya. Namun, di sana Aksara masih belum kembali ke titik pertemuan dikarenakan Aksara ingin membunuh pasukan penembak jitu yang sedang mengawasi para tamu undangan ayahnya.
"Sepertinya saya harus membunuh para pasukan penembak jitu itu terlebih dahulu untuk mempermudah ruang gerak rekan-rekan saya nantinya."
"Bila saya membiarkan mereka tetap hidup, maka akan ada banyak korban yang berjatuhan di pihak saya," ucap Aksara terlihat lebih dingin lagi jika mode pembunuhnya itu telah ia aktifkan.
Aksara sudah menandai semua pasukan penembak jitu itu, kurang lebih jumlah mereka ada 150 pasukan penembak jitu di berbagai titik tempat, dan kebanyakan dari mereka mengintai di lokasi-lokasi yang cukup tinggi.
"Jika kalian ingin bermain-main dengan lawan kalian yang sekarang, maka kalian sudah salah memilih lawan," ucap Aksara seraya mengeluarkan senjata magic dari dalam tubunya.
Senapan runduk, atau bisa disebut sebagai sniper rifle, yang merupakan senjata magic tingkat tinggi yang di miliki oleh Aksara. Senjata magic tersebut sering dia gunakan dalam berbagai misi militer, akan tetapi kali ini dia menggunakannya di luar operasi militer.
Senjata tersebut memiliki kekuatan yang sangat dasyat, selain itu peluru dari senapan runduk tersebut juga di lapisi oleh racun yang sangat mematikan, bagi siapa saja yang terkena tembakan dari senjata magic tersebut, mereka tidak dapat merasakan rasa sakit apa pun selama efek racunnya belum bereaksi.
Bila efek racun tersebut telah menunjukan raksinya terhadap calon korbannya, maka racun itu dapat melumpuhkan saraf-saraf organ tubuh sang korban, bahkan bila efek racun tersebut di tingkatkan lagi, maka yang akan terjadi lebih dari sekedar melumpuhkan saraf-saraf calon korban saja, akan tetapi efek racun tersebut juga mampu meledakan tubuh seseorang dalam hitungan detik saja.
Senapan magic tersebut Aksara dapatkan ketika dirinya tak sengaja bertemu dengan burung feniks, yang merupakan hewan magic mitologi tingkat tinggi.
Aksara mampu mengalahkan burung Feniks itu hingga membuat burung tersebut tunduk kepada dirinya. Maka tak heran bentuk dari senapan tersebut sama persis dengan bentuk tubuh dari burung feniks itu sendiri.
Senapan magic yang diberi nama feniks itu memiliki warna merah berlapis emas, sehingga senapan magic tersebut terlihat begitu menyala-nyala sekali, dan bahkan pelurunya pun berlapiskan emas, bila Aksara melepaskan tembakannya, peluru tersebut akan mengeluarkan api serta mengeluarkan bunyi layaknya seperti suara burung elang.