Aksara

Aksara

Chapter 01 : Awal cerita

Dua puluh tahun kemudian.

Dorrr ....

Suara tembakan itu berbunyi hingga mengeluarkan 3 kali bunyi yang begitu keras sekali. Suara keras tersebut kira-kira berasal dari lantai ke dua, dan tempatnya berada di Hotel Elit Green House.

Hotel Elite Green House, merupakan salah satu hotel elit bintang lima di wilayah Republik, bagi orang-orang yang memiliki pangkat tinggi sajalah yang diperbolehkan masuk dan menginap di dalam sana.

Waktu itu, tepatnya di malam hari, Bos besar pemilik Perusahaan minyak bumi sedang merayakan pesta dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke 57 tahun, dan sekaligus merayakan keberhasilannya mengerjakan bisnisnya yang sudah bergerak selama 15 tahun.

Beliau memiliki banyak julukan, namun beliau hanya ingin dipanggil sesuai dengan nama yang telah almarhum ayahnya berikan kepadanya.

Julian Marga satya, itu merupakan nama Bos besar pemegang saham minyak bumi terbesar di wilayah Republik. Bukan hanya kaya, beliau merupakan Bos besar yang sangat cerdas, baik, ramah, dan suka membatu orang-orang yang membutuhkan.

Makanya tak heran, mengapa sampai saat ini, dan sampai detik ini beliau sering di incar oleh para pembunuh bayaran.

Pembunuh-pembunuh itu sebenarnya adalah pekerja suruhan yang bersifat sementara saja.

Kejadian di malam hari itu sungguh di luar dugaan, sehingga para tamu undangan dibuat takut berketerusan. Mereka semua takut dan lalu berhamburan pergi meninggalkan area ruang pesta.

Orang-orang yang berada di dalam ruang utama, khusnya bagi para tamu undangan wanita, mereka semua tidak bisa berbuat apa-apa selain berteriak meminta pertolongan serta perlindungan kepada anak buah Bos besar.

Sementara itu di dalam ruangan hotel, tepatnya di lantai utama, ternyata di dalam sana masih ada beberapa orang, dan orang-orang tersebut adalah anak buah milik tuan Julian.

"Perhatian untuk semua! cari sumber suara itu ada di mana, dan lindungi tuan Julian dari bahaya, ini semua pasti ada hubungannya dengan beliau. Tetap waspada! jangan lengah sedikit pun! pantau semua titik yang paling strategis di hotel ini, dan lindungi semua tamu undangan tuan Julian," ucap salah satu orang kepercayaan yang di utus langsung oleh tuan Julian, sekaligus orang yang dipilih langsung oleh tuan Julian untuk menjadi tangan kanannya.

Tak lama kemudian, salah satu rekan sepekerjaannya datang menghampiri dirinya dengan raut wajah yang penuh kepanikannya itu.

Dia memberikan sebuah kabar bahwa tuan Julian hilang entah ke mana, padahal 5 menit yang lalu beliau ada dan berdiri tepat di depannya.

"Tuan Julian hilang!", ucap rekan kerjanya sambil menelan ludah.

Plakkk ....

Dengan seketika orang kepercayaan tuan Julian menampar wajah rekan kerjanya di saat itu juga. Dia sudah mengingatkan mereka untuk tetap siaga, namun mereka semua malah lengah.

"Jangan main-main kamu! bila sesuatu hal terjadi kepadanya bagaimana?", tegasnya sambil memegang erat kedua kerah baju kemeja putih rekannya itu.

"Dari awal saya sudah bilang kepada kalian semua, bahwa kita harus tetap waspada, tapi kenapa kalian malah mengabaikan perintah itu! saya engga mau tahu, cepat cari tuan Julian sampai ketemu!", perintahnya sambil melepaskan kerah baju rekannya.

Ucapan yang penuh kebencian telah dia gumamkan. Tak lama kemudian suara tembakan itu kembali berbunyi, namun sekarang suara tersebut bergema dan terdengar di lantai paling atas, tepatnya di lantai 100.

Tapp, tapp, tapp ....

Orang-orang kepercayaan tuan Julian mulai berlari ke titik di mana suara itu bergema.

....

"Haha ... , menyerah lah Bos! lebih baik sekarang anda serahkan saja semua aset berharga milik anda itu kepada kita, dan semuanya akan baik-baik saja," ancam pembunuh bayaran itu sambil menodongkan pistol ke arah kepala tuan Julian.

"Tembak saja, itu pun kalau anda berani," ucap tuan Julian seraya menatap pembunuh bayaran itu sambil tersenyum tipis.

"Ayolah ... , saya tidak mau berbasa-basi lagi Bos, lagi pula pembantu-pembantu anda itu tidak akan menjemput anda di sini, melainkan menjemput anda di pemakaman, haha," ejek sang pembunuh bayaran dengan tawa lepasnya itu.

Tuan Julian menanggapi ucapan tersebut dengan senyuman tipisnya itu. Ia sangat yakin, bahwa orang kepercayaannya akan datang menghampirinya di saat itu juga. Para pembunuh bayaran mulai muak melihat senyuman tuan Julian itu.

Ia terlihat seperti meremehkan niat mereka, padahal pistol sudah mereka todongkan, dan pemimpin dari si pembunuh bayaran itu sudah mulai menghitung waktu mundur.

"Ada pesan terakhir Bos?", tanya pembunuh bayaran seraya memberikan tatapan keseriusannya itu kepada tuan julian.

"Neraka menunggu mu," ucap tuan Julian singkat.

Clikkk ....

Suara saklar lampu tiba-tiba berbunyi.

Pada saat itu, lampu ruangan yang dijadikan sebagai tempat penyandraan pun mati. Sontak pembunuh bayaran itu terkejut, lalu dia melihat ke atas lampu yang entah kenapa bisa mati disaat seperti ini.

Tak hanya itu, orang-orang kepercayaan yang sedang menjemput tuan Julian pun panik, mereka mulai menambah kecepatan langkahnya tanpa ragu lagi.

"Ada apa ini? apakah para pembantu itu sengaja mematikan semua arus listrik di hotel ini? dasar bodoh! mereka engga tahu apa bahwa mereka membutuhkan penerangan yang jelas bilamana mereka mau menjemput mayat Bos besarnya ini."

Mereka kembali tertawa, namun tawa itu tiba-tiba terdengan semakin melemah. Dan ternyata di balik kegelapan itu ada seorang pria muda yang tentunya dia sudah ada di dalam sana sejak awal, bahkan dia mendahului para pembunuh bayaran itu.

Clikkk ....

Saklar lampu berbunyi kembali.

Satu-persatu semua lampu di dalam ruangan mulai menyala, namun tak lama kemudian lampu itu mati kembali.

Di mana disetiap lampu yang dimatikan itu, akan ada salah satu pembunuh bayaran yang mati juga.

Pada saat lampu di dalam ruangan tersebut benar-benar menyala kembali, sontak pimpinan dari pembunuh bayaran itu dibuat terkejut ketika dia melihat semua rekannya telah mati tanpa suara jeritan rasa sakitnya.

"Anda adalah pembunuh bayaran tingkat atas, nama anda sudah tersebar keseluruh dunia, namun anda terlalu naif! mengapa anda bisa mengabaikan orang seperti saya," ucap seseorang yang sedang berdiri di belakang tubunya.

Pada saat itu, pembunuh bayaran tersebut menarik pelatuk pistolnya, namun tembakan tersebut tidak membuahkan hasil dikarenakan seseorang itu menghilang dalam kedipan mata.

Duar ....

Tembakan tersebut kembali berbunyi, dan hasilnya masih sama, tidak membuahkan hasil.

Seseorang itu berseru, "Revolver 200! itu hanya senjata biasa! mengapa anda menggunakan senjata ini? padahal anda pembunuh bayaran yang sangat terkenal itu? memalukan!".

Seseorang itu mulai menunjukan jati dirinya, ia berdiri tepat di hadapan sang pembunuh. Tanpa ragu, pembunuh tersebut langsung menekan pelatuk senjatanya.

"Ini hanya peluru biasa, anda belum bisa membunuh saya bila mengandalkan senjata mainan itu," ucap seseorang itu sambil menatap model peluru Revolver tersebut yang sekarang tengah ia pegang.

Sosok itu adalah Aksara. Dia merupakan tentara yang termasuk ke dalam golongan pasukan elite, sekaligus seorang Detective yang bisa dibilang tingkat kekejamannya melebihi para pembunuh bayaran yang sekarang ada di hadapannya.

Umurnya bisa dibilang masih sangat muda, kurang lebih sekarang dia berumur 25 tahun. Azka merupakan anak dari anggota keluarga bangsawan bermarga mata biru, yang di mana seluruh anggota keluarganya memiliki mata biru, namun dia berbeda dari yang lainnya.

Askara bukan pewaris mata biru dari kedua orang tuanya, melainkan ia mewarisi sebelah mata ungu dari kakek buyutnya yang sudah lama meninggal.

Sang kakek memiliki dua warna mata yang berbeda, di sebelah kanan mata kakek buyutnya berwarna ungu, sementara di sebelah kiri matanya berwarna biru.

Askara hanya memiliki satu mata ungu saja di sebelah kirinya, sementara mata kanannya sama dengan mata elang, namun mata itu terlihat lebih indah, tajam, dan bersinar-sinar.

Tentunya kedua mata milik Aksara itu berbeda dari anggota keluarga yang lainnya, dan kedua mata tersebut memiliki kekuatan yang istimewa.

Ia merupakan sosok yang sangat misterius dan ia begitu dingin, bahkan tingkat kedinginannya itu membuat seorang Askara terlihat menyeramkan.

"Mengapa anda terdiam? apakah anda terkejut melihat keterampilan saya. Ya, itu adalah salah satu kelebihan yang tertanam dalam diri saya."

"Apakah anda mau melihat kelebihan saya yang lain?" tanya Askara sambil mematikan lampu ruangan kembali.

Ruangan pun kembali gelap, dan di sana si pembunuh terkejut , mengapa Aksara sudah berada di hadapannya, padahal di dalam sana tak ada satu pun penerangan yang dapat menerangi arah pandangannya.

"Ya, dan ini adalah kelebihan saya yang kedua, yakni menjadi pembunuh berdarah dingin meski sekali pun gelap menutupi arah pandang mata elang ini," sinar mata elang itu membutakan mata sang pembunuh, dan kemudian.

Syattt ....

Suara sayatan itu terdengar jelas ditelinga tuan Julian, namun sayangnya beliau tak diizinkan melihat kekejaman yang dimiliki oleh Askara sekarang ini.

Terpopuler

Comments

Šultan_•

Šultan_•

Asik, terima kasih 😀

2024-12-06

1

Perindu

Perindu

asik, seru nih hehe

2024-12-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!