Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Pulang ke Tanah Air
"Iya, betul. Anda siapa?" tanya Tommy pura-pura tidak kenal.
"Perkenalkan saya, Reno. Maaf sebelumnya jika kemarin saya sempat memotret plat mobil Anda sewaktu di rumah sakit. Anda, pasien yang kemarin bertemu Aaron di rumah sakit bukan?"
Tommy terdiam sejenak dan sedang berusaha mencerna apa yang diutarakan Reno barusan padanya.
"Ah, dia pasti mengira kalau aku ini Arthur." Tommy berucap dalam hati.
Ya, kemarin karena Tommy tak bisa menjenguk Arthur di rumah sakit, ia sengaja mengirim sopir pribadi dan mobilnya untuk menjemput sahabatnya itu. Arthur sendiri sebenarnya memiliki kendaraan pribadi di Singapura. Hanya saja untuk urusan perjalanan bisnis, ia terbilang jarang menggunakannya. Hal ini juga sering dilakukan para pebisnis lain, hanya untuk sekedar kamuflase atau melindungi diri dari hal negatif.
"Maaf, saya datang ke sini guna meminta mainan mobil-mobilan milik putraku yang tak sengaja tertinggal di kamar Anda kemarin. Kata pihak rumah sakit, mainan itu tidak ada di kamar pasien. Otomatis pasti terbawa oleh Anda, bukan?"
"Oh, mainan itu." Tommy berceletuk santai.
"Iya, mainan mobil-mobilan perpaduan warna hitam dan merah. Putraku sedang tantrum di rumah. Sudah kami bujuk dengan menawarkan beli mainan baru yang sama persis, tapi enggak mempan. Dia tetap ingin mainannya yang lama. Boleh saya bawa kembali mainan milik Aaron? Jika Anda meminta sejumlah uang sebagai gantinya, akan saya berikan. Sebutkan saja nominalnya berapa?"
"Gile, nih orang. Sombong banget. Dikiranya aku butuh uangnya. Arthur saja yang lebih kaya dari dia, enggak pernah begini ke orang lain soal duit," batin Tommy seraya mendengus sebal dengan sikap Reno yang seakan merendahkan dirinya perihal materi.
Keduanya saat ini masih setia berdiri di depan pintu. Tommy enggan menyuruh Reno masuk usai melihat sikap lelaki ini. Terlebih Reno saingan Arthur buat mendapatkan kembali Devina. Tommy tentu saja akan membela sahabatnya daripada Reno.
"Ehm, gini Pak Reno. Sebelumnya maaf. Mainan milik Aaron tidak sengaja dibuang oleh kekasih saya. Dia pikir saya selingkuh sama janda anak satu. Jadi mainan punya Aaron, dia buang begitu saja tanpa sepengetahuan saya. Jika harus mengganti dengan sejumlah uang, saya rela melakukannya. Sebutkan saja nominalnya berapa?" balas Tommy yang sengaja di ujung kalimatnya mengcopy_paste kalimat Reno sebelumnya.
Seketika wajah Reno berubah masam. Tommy pun yang melihat hal itu, tetap santai tanpa beban.
"Anda ini bagaimana, Pak? Mainan itu bukan hak Anda! Kenapa Anda tidak bisa menjaganya?!" desis Reno.
"Maaf, Pak Reno. Anda katanya ayah Aaron, kenapa sampai membiarkan anak sekecil dia berkeliaran di rumah sakit sendirian? Bahkan sampai salah masuk kamar orang lain. Harusnya sebagai orang tua, jaga anak kita baik-baik. Ya, kecuali Aaron bukan anak kandung Anda. Semisal anak tiri atau anak angkat, pastinya kasih sayang Anda berbeda dengan orang tua kandungnya." Tommy sengaja menyindir Reno.
"Hei, Bung. Jangan asal bicara! Jika memang mainan itu sudah tidak ada di sini, aku akan pergi. Tak perlu ikut campur urusan keluargaku seperti apa. Aaron itu putraku. Aku sangat menyayanginya. Semoga ini menjadi pertemuan kita yang terakhir kalinya. Karena jika kita bertemu lagi, bisa saja aku akan menghajar wajahmu ini sampai babak b3lur. Camkan baik-baik!" ancam Reno.
Seketika ia membalikkan tubuhnya dan pergi dari apartemen Tommy dengan hati yang kesal. Sedangkan Tommy segera masuk ke dalam lalu mengunci apartemennya. Ia segera mengambil ponselnya dan mengirim pesan singkat pada Arthur.
Tommy
📩 [ Reno baru saja mendatangi apartemenku untuk mengambil mobil mainan Aaron. Ia tahu alamatku dari plat nomor mobilku yang bawa kamu pulang dari rumah sakit. Hati-hati, Bro. Saranku, kamu jangan sampai bertemu dulu dengan Reno atau mantan istrimu. Tahan emosimu. Jangan membuat dirimu jelek di mata Devina, Aaron atau keluarga mantan istrimu itu jika kamu berniat rujuk. Aku khawatir Reno berusaha semakin jauh memisahkan kamu dengan Devina serta Aaron. Usahamu untuk rujuk bisa gagal ].
Arthur
📩 [ Oke, Bro. Makasih informasi dan sarannya ].
☘️☘️
Apartemen Arjuna, Singapura.
"Gimana?" tanya Devina.
Reno menghela napas beratnya di depan Devina.
"Gagal ya?"
"Maaf. Orang itu bilang kalau mainan Aaron dibuang kekasihnya. Ia tak tahu dibuang di mana. Pacarnya mengira dia selingkuh dengan janda anak satu. Akhirnya mobil-mobilan Aaron dibuang," jawab Reno lesu. Ia merasa bersalah pada Aaron dan Devina. "Maafkan aku," sambungnya.
"Sudahlah, lupakan saja. Bukan salahmu juga. Aaron juga sudah tidak semarah kemarin kok," ujar Devina.
"Apa semuanya sudah siap?" tanya Reno.
"Sudah," jawab Devina.
"Ayo kita kembali ke Tanah Air. Angkat dagumu dan jangan pernah menundukkan kepalamu. Lupakan masa lalu dan tatap masa depan. Aku, Riri dan Aaron selalu bersamamu," ucap Reno berusaha meyakinkan Devina.
"Iya, aku sudah siap kok. Kamu enggak perlu khawatir,"
Akhirnya mereka semua meninggalkan apartemen dan menuju Bandara Changi, Singapura.
Setelah perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, mereka semua tiba di bandara. Tak perlu menunggu lama, waktu boarding sudah menanti. Mereka semua bersiap menuju pesawat.
Arthur dan Lisa ternyata juga pulang ke Indonesia dari Singapura pada jam serta naik maskapai yang sama dengan rombongan Devina. Arthur malas jika menggunakan privat jet miliknya. Sebab kini dirinya sedang bepergian dengan Lisa, tunangan yang tak dicintainya.
Berbeda ketika dahulu ia berstatus sebagai suami Devina. Arthur pernah mengajak Devina liburan ke luar negeri dengan menggunakan privat jet miliknya.
Saat Arthur memasukkan tasnya ke dalam kabin pesawat, mendadak ia mendengar suara seseorang dari kejauhan yang cukup familiar di telinganya.
"Sayangnya Mama, Aaron. Ayo duduk yang baik ya,"
"Iya, Ma. Hehe..."
Deg...
Seketika Arthur pun membalikkan tubuhnya seraya mengedarkan pandangan matanya guna mencari sumber suara yang sangat dirindukannya tersebut.
Bersambung...
🍁🍁🍁