Ketika hidupnya terguncang oleh krisis keuangan dan beban tanggung jawab yang semakin menekan, Arya Saputra, seorang mahasiswa semester akhir, memutuskan memasuki dunia virtual Etheria Realms dengan satu tujuan: menghasilkan uang.
Namun, dunia Etheria Realms bukan sekadar game biasa. Di dalamnya, Arya menghadapi medan pertempuran yang mematikan, sekutu misterius, dan konflik yang mengancam kehidupan virtualnya—serta reputasi dunia nyata yang ia pertaruhkan. Menjadi seorang Alchemist, Arya menemukan cara baru bertarung dengan kombinasi berbagai potion, senjata dan sekutu, yang memberinya keunggulan taktis di medan laga.
Di tengah pencarian harta dan perjuangan bertahan hidup, Arya menemukan bahwa Main Quest dari game ini telah membawanya ke sisi lain dari game ini, mengubah tujuan serta motivasi Arya tuk bermain game.
Saksikan perjuangan Arya, tempat persahabatan, pengkhianatan, dan rahasia kuno yang perlahan terungkap dalam dunia virtual penuh tantangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miruのだ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Frost Wyvern II
Kira dengan mata melotot tak percaya, menyaksikan kakaknya yang ditelan bulat-bulat oleh Frost Wyvern. Gadis itu segera sadarkan diri, dan dengan ekspresi marah segera menarik kembali busurnya.
"Sialan! Jangan seenaknya memakan kakakku!!" Kira segera menembakkan beberapa anak panah, tanpa peduli panahnya dapat melukai lawannya atau tidak.
Kemarahan hampir membutakan mata Kira, meskipun begitu gadis itu masih cukup sadar tuk segera menghindar ketika melihat Frost Wyvern berniat menyerangnya. Reptil raksasa itu berniat terbang kembali, sayang hal itu gagal akibat sayapnya yang rusak.
Menyadari dirinya tidak bisa lagi untuk terbang, reptil raksasa itu segera mengayunkan ekornya. Duri-duri beku segera melesat kearah Kira, yang untungnya masih berhasil dihindari oleh gadis itu.
Walaupun Agility Kira tidak setinggi kakaknya, namun setidaknya dia memiliki skill tuk meningkatkan kecepatan geraknya selama beberapa waktu.
Baru saja Kira hendak menarik busurnya kembali, selepas menghindari semua duri beku Frost Wyvern. Reptil raksasa itu sudah kembali bergerak, kali ini karena sayapnya tidak dapat ia gunakan, Frost Wyvern itu melompat kearah Kira.
Membuat Kira yang baru saja berhenti berlari melotot tak percaya, dan segera kembali berlari mencoba menghindari Frost Wyvern itu yang hendak menerkamnya.
Baru beberapa meter Kira berlari dari tempatnya sebelumnya berhenti, sebuah ledakan tiba-tiba terdengar dari dalam tubuh Frost Wyvern, membuat reptil raksasa itu mengerang kesakitan.
Namun momentum yang telah terkumpul akibat lompatan yang ia lakukan sebelumnya tetap berjalan, ledakan itu meski berhasil mengganggu sang Reptil terbang, namun tak dapat menghentikan gerakan Frost Wyvern di udara.
Alhasil Frost Wyvern itu harus menghantam tanah dengan sangat keras, akibat dari gagalnya dia melakukan pendaratan sempurna.
Disisi lain, kembali saat Ferran dimakan oleh Frost Wyvern. Pemuda itu mengumpat keras, ketika reptil raksasa itu tanpa pikir panjang merobek sayapnya sendiri, untuk sekaligus dapat memakan Ferran.
Beruntungnya Frost Wyvern tidak mengunyah Ferran, dan langsung menelannya bulat-bulat. Membuat Ferran sempat menghentikan dirinya, yang hampir masuk ke saluran pencernaan Reptil raksasa itu, dengan menancapkan pedangnya pada tenggorokan Frost Wyvern.
Ferran hanya bisa berdecak kesal dan mengeratkan pegangannya pada pedangnya, dan berharap pedang itu dapat menahannya cukup lama. Pemuda itu kemudian mengambil botol berisi Pill hitam, yang telah ia siapkan sebelumnya.
Ferran membuka botol itu hati-hati dengan satu tangannya yang tersisa, dia lalu menelan semua Pill yang ada didalam botol itu. Namun Ferran tidak langsung menelan maupun mengunyahnya, melainkan menahannya di mulutnya.
Pemuda itu lalu mengambil potion peledak dari tasnya, dan memasukkan satu Pill hitam di mulut Ferran kedalam botol potion tersebut. Tak lupa Ferran menutupnya kembali, sebelum menjatuhkannya ke pencernaan sang Frost Wyvern.
Dalam dunia game terutama game RPG pertarungan, terdapat sistem bernama serangan kritis. Yang biasanya dapat dipicu dengan persentase kesempatan tertentu, sama seperti di Etheria Realms yang juga terdapat sistem serupa.
Namun ada satu perbedaan, yakni sistem serangan kritis di Etheria Realms sedikit kompleks. Yang dimana, pemain diharuskan menyerang titik-titik vital tertentu untuk menorehkan serangan kritis.
Semakin vital titik serangan pemain, semakin besar juga damage serangan kritis. Hingga bahkan berkemungkinan membunuh langsung target, jika yang diserang adalah titik paling vital seperti jantung, leher dan otak.
Menyerang titik vital bukanlah hal yang mudah, terutama bagi pemain kasual. Apalagi beberapa jenis monster memiliki titik vital yang sulit diraih, atau bahkan mereka bisa saja tidak memiliki titik vital sama sekali.
Sama seperti Frost Wyvern yang Ferran dan Kira lawan, tubuh monster ini ditutupi oleh sisik yang sangat keras. Membuat mengincar titik vitalnya adalah hal yang sulit, bahkan hampir mustahil bagi kebanyakan orang, bahkan untuk pemain veteran sekalipun.
Namun disisi lain, Ferran yang ditelan hidup-hidup oleh Frost Wyvern ini malah merasa sangat beruntung. Mengingat dengan begini, dia dapat dengan mudah menyerang titik vital reptil raksasa ini.
Ledakan terjadi beberapa saat kemudian, menciptakan guncangan hebat pada perut Frost Wyvern. Serta disaat yang sama juga membuat Ferran mengeratkan pegangannya.
Ferran terus melemparkan potion peledak ke pencernaan Frost Wyvern, hingga sebuah getaran dahsyat menghentikan aksi Ferran. Pemuda itu tersentak, tubuhnya terjepit dalam tekanan daging dan otot tenggorokan Frost Wyvern. Napasnya tersengal saat ia berusaha menahan rasa mual, memuntahkan sisa Pill yang terasa getir di mulutnya.
Getaran lain menyusul, mengguncang tenggorokan Wyvern seperti gempa kecil yang hampir menghancurkan Ferran di dalamnya. Sadar tak punya banyak waktu, ia segera meraih pedangnya dengan susah payah, dan mengayunkannya ke daging licin di sekelilingnya. Dengan setiap tebasan, ia menciptakan ruang sempit untuk bernapas, meski udara di sana kian terasa pengap dan bercampur bau darah
Hp Frost Wyvern turun dengan cepat, akibat dari ledakan demi ledakan yang terjadi di dalam perutnya. Kira yang melihat hal itu sekalipun, sampai kesulitan mempercayai apa yang tengah terjadi.
Kira menarik kembali busurnya, ketika dia sudah berada cukup jauh dari reptil raksasa itu. Niatnya gadis itu hendak membidik mata kiri Frost Wyvern, namun gerakan reptil itu yang terus berontak akibat rasa sakit di perutnya membuat Kira kesulitan tuk membidik.
Tak mau menyerah begitu saja, Kira terus membidik untuk menunggu momen yang tepat. Hingga saat dimana Frost Wyvern itu menegakkan tubuhnya, Kira berpikir dapat membidik mata kiri reptil itu.
Namun yang terjadi berikutnya, malah membuat Kira mengerutkan dahinya. Reptil raksasa itu menegakkan tubuhnya, dan memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya.
Ledakan kembali terjadi, dan membuatnya tumbang seketika dan tak mampu kembali berdiri. Disaat yang hampir bersamaan, beberapa saat sebelum Frost Wyvern memuntahkan darah dari mulutnya, Ferran yang masih di dalam tenggorokan reptil raksasa itu masih terus melemparkan potion peledak lainnya, serta disaat yang sama meracuni Wyvern itu memakai Venom Ember miliknya.
Tubuh Frost Wyvern bergetar hebat, dan dari mulutnya darah pekat memancar deras, meluncur seperti arus sungai yang tak terbendung. Ferran, yang masih terjepit di tenggorokan Wyvern, merasakan tekanan luar biasa yang tiba-tiba mendorongnya ke depan.
Ia berusaha keras mencengkeram pedangnya, yang sudah menancap dalam di dinding otot. Namun, permukaan licin dan arus yang tak henti-hentinya menghantam tubuhnya membuat genggamannya mulai tergelincir. Cairan hangat dan kental membanjiri sekitarnya, menyeretnya sedikit demi sedikit ke arah jalur muntahan. Ferran memekik tertahan, mengerahkan seluruh tenaganya untuk bertahan di tempat, meski kesadarannya mulai kabur akibat udara yang semakin menipis.
Hingga akhirnya pemuda itu tak mampu lagi bertahan, dan membiarkan dirinya terseret oleh arus darah kental yang menyeretnya keluar dari tenggorokan sang Frost Wyvern.
Ferran mengerang pelan, dan segera membersihkan cairan kental lengket serta amis dari wajahnya, dia menahan diri untuk tidak memuntahkan isi perutnya.
Sedang disisi lain Kira yang melihat kakaknya di tengah genangan darah, yang baru saja dimuntahkan Frost Wyvern hanya dapat tertegun sejenak. Gadis itu segera tersadar, karena meskipun Frost Wyvern telah tumbang, namun monster itu masih memiliki Hp yang tersisa.
Namun sebuah ledakan lainnya tiba-tiba terjadi di lokasi Ferran, yang segera menarik perhatian Kira. Membuat gadis itu menyadari kakaknya terpelanting cukup jauh akibat ledakan barusan, dengan wajah khawatir Kira segera menghampiri kakaknya itu.
Tanpa memperdulikan ledakan lain yang terjadi di lokasi Ferran sebelumnya, yang sepertinya berasal dari potion peledak yang Frost Wyvern muntahkan.
"Kakak!" Kira membantu Ferran duduk, dan memberinya Pill pemulih serta air minum, tanpa peduli cairan lengket yang menutupi tubuh kakaknya itu.
Ferran tidak menolak Pill penyembuh dari adiknya, mengingat dia kehilangan sangat banyak Hp dari senjatanya sendiri sebelumnya.
"... Aku baik-baik saja!..." Ferran mendorong Kira yang terlihat masih mengkhawatirkannya, pemuda itu segera berdiri dengan sedikit kesulitan, dibantu oleh adiknya.
Keduanya mendekati Frost Wyvern yang sudah tidak dapat bergerak sama sekali, akibat seluruh organnya yang diledakkan oleh Ferran. Hp nya sudah sekarat, serta terus berkurang akibat terkena racun Ferran sebelumnya.
"Ines, turun lah, kondisi sudah aman!" Ferran melirik ke tempat Ines yang masih mengawasi dengan waspada.
"Bagaimana bisa kau bilang sudah aman, jika monster itu bahkan masih memiliki bar Hp tersisa!!" Ines berteriak keras menunjuk Frost Wyvern yang tergeletak tak berdaya.
"Yah, aku tidak peduli kau percaya atau tidak sih!... Kira urus hartanya, aku akan membersihkan tubuhku. Aku sempat mendengar aliran air sebelumnya..." Ferran berbalik dan berjalan menuju satu sudut gua.
Kira mengganti busurnya dan menuruti perintah Ferran, setelah melirik kearah Frost Wyvern disampingnya sekali lagi. Sedang disisi lain Ines yang masih sulit percaya dengan tindakan Ferran, yang meninggalkan Frost Wyvern dalam kondisi hidup.
Walaupun dia tau Ferran tidak berbohong, namun tetap saja insting bertahan hidupnya sebagai manusia biasa, saling bertentangan dengan pemikirannya yang rasional.
Yang pada akhirnya, Ines tidak bisa lagi menahan diri ketika melihat Kira dengan santainya, berjalan mendekati peti harta Karun di sudut gua.
Gadis itu segera turun dari tempat ia bersembunyi, dan berlari sekuat tenaga mendekati Kira. Mencoba sebisa mungkin mengabaikan tubuh tak berdaya Frost Wyvern.
Kira tidak langsung mendekati peti harta Karun, melainkan lebih tertarik pada tumpukan buku diatas meja. Jemarinya menyentuh permukaan sampul buku yang telah berdebu, Kira mengambil salah satu buku dan membersihkan debu yang menempel pada sampulnya.
Dia membuka buku itu, lembaran demi lembaran Kira baca, sebelum akhirnya Kira menutupnya kembali. Membaca sekilas isinya saja, Kira sudah tau bahwa buku itu adalah sebuah buku harian milik seseorang.
Kira mengambil sampul lainnya, dan membukanya sekali lagi, setelah membaca sekilas Kira menutupnya kembali. Gadis itu terlihat menghela nafas pelan, buku yang baru saja ia baca juga merupakan buku harian.
Sekarang Kira bahkan ragu bahwa ada buku lain selain buku harian di meja itu, disaat yang sama saat Kira masih memikirkan hal itu. Ines dengan nafas tersengal-sengal akhirnya sampai didekatnya, gadis itu melirik kearah Kira sejenak sebelum melihat peti harta didepannya.
Ines dengan semangat mendekati peti harta itu, yang tanpa ia sadari Kira yang sedari tadi mengawasi sekitarnya, langsung tersenyum melihat Ines mendekati peti itu.
Peti itu cukup besar, tingginya yang setara dengan pinggul Ines saja sudah cukup tuk membuktikan ukurannya. Ines mengusap dan membersihkan sedikit debu yang menempel di peti itu, dan dengan senyum lebar serta tanpa rasa curiga sama sekali segera membukanya.
Baru saja peti itu dibuka sedikit, gigi-gigi tajam tiba-tiba tumbuh dari mulut peti tersebut. Dan beberapa tentakel segera menjulur dari dalamnya, berniat menangkap Ines yang lengah.
Sebuah panah melesat dan menembus mulut peti harta itu yang terbuka lebar, membuatnya terpental kebelakang hingga menabrak tembok, dan mati seketika berubah menjaid butiran cahaya.
Ines dengan wajah syok terduduk di posisinya barusan, otaknya seolah berhenti bekerja sejenak akibat tidak bisa memproses apa yang baru saja terjadi.
"Pfftt..." Saat itulah Ines baru sadarkan diri saat mendengar gelak tawa dari Kira disampingnya.
"Ha- Ah-.. k-kau... Kau pasti sudah merencanakan semua ini!!" Ines menunjuk Kira kesal, sedangkan gadis yang ditunjuk sendiri masih tertawa lepas setelah melihat rencananya berhasil.
"Hahaha... Tentu saja, bukankah menyenangkan mengerjai temanmu yang tidak tau apa-apa!" Kira kembali tertawa lepas melihat ekspresi kesal diwajah Ines.
"Sialan!!..."