Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 – Jebakan di Balik Rencana
Nathan duduk di ruang kerjanya, memperhatikan dua set dokumen yang berisi versi berbeda tentang kematian ibunya. Di satu sisi, laporan Marcus menyalahkan Adrian. Di sisi lain, dokumen yang baru saja ia temukan menunjukkan bahwa Marcus memiliki peran besar dalam tragedi itu.
Kepalanya terasa berat, pikirannya berputar. Kedua pria itu, ayah dan mentor yang pernah ia hormati, tampaknya memiliki agenda masing-masing.
---
Nathan memutuskan untuk mengkonfrontasi Adrian sekali lagi. Kali ini, ia ingin jawaban yang lebih konkret.
> Nathan: "Ayah, aku tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian ini. Jika kau ingin aku percaya padamu, beri aku alasan yang jelas."
Adrian, menatap Nathan dengan mata tajam: "Nathan, aku tidak pernah memintamu untuk memilih pihak. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku mencintaimu dan ibumu lebih dari apapun."
Nathan: "Itu bukan jawaban yang aku cari. Apa benar kau terlibat dalam kecelakaan itu?!"
Adrian: "Aku tidak bersalah, tapi aku mengaku, aku menyimpan sesuatu darimu. Sesuatu yang aku pikir akan melindungimu."
Nathan, menekan lebih keras: "Apa itu, Ayah?!"
Adrian, setelah jeda panjang: "Ibumu sedang dalam perjalanan untuk menemui Marcus di hari kecelakaan itu. Dia mengancam akan membuka rahasia besar tentang perusahaan yang bisa menghancurkan kita semua."
Nathan terdiam, mencoba memahami maksud Adrian.
> Nathan: "Rahasia apa? Apa yang membuat ibu berani mengambil risiko sebesar itu?"
Adrian: "Marcus menyalahgunakan dana perusahaan untuk kepentingan pribadi. Dia memanipulasi banyak hal, termasuk membuat seolah-olah aku bersalah. Ibumu menemukan bukti itu."
Nathan mulai melihat pola yang lebih besar, tapi hatinya masih dipenuhi keraguan.
---
Di sisi lain kota, Marcus menyadari bahwa Nathan mulai menggali terlalu dalam. Ia memutuskan untuk memanfaatkan keraguan Nathan demi keuntungan pribadinya.
> Marcus, berbicara dengan asistennya: "Nathan adalah kunci untuk menghancurkan Adrian. Kita harus memastikan dia percaya bahwa ayahnya adalah musuh sebenarnya."
Asisten: "Apa langkah berikutnya, Tuan?"
Marcus: "Kita jebak Adrian dengan bukti palsu. Sesuatu yang cukup kuat untuk membuat Nathan berpikir ayahnya adalah monster."
Marcus memalsukan serangkaian dokumen yang menunjukkan bahwa Adrian telah menyuap beberapa pejabat untuk menutup kasus lama. Dokumen itu akan "secara tidak sengaja" sampai ke tangan Nathan.
---
Nathan, yang masih dipenuhi kebingungan, memutuskan untuk menemui Marcus secara langsung. Ia berharap mendapatkan kejelasan, meskipun nalurinya mengatakan Marcus bukan orang yang bisa dipercaya sepenuhnya.
> Nathan: "Marcus, aku ingin mendengar langsung darimu. Apa benar ayahku terlibat dalam kecelakaan ibu?"
Marcus, dengan wajah penuh empati palsu: "Nathan, aku tahu ini sulit bagimu. Tapi aku hanya ingin kau tahu bahwa aku selalu ada untuk mendukungmu."
Nathan: "Itu bukan jawaban. Aku butuh fakta."
Marcus, menyerahkan dokumen palsu: "Ini buktinya. Aku berharap kau tidak perlu melihat ini, tapi aku tidak bisa terus menyembunyikan kebenaran darimu."
Nathan membaca dokumen itu dengan mata yang membelalak. Jika dokumen itu benar, maka Adrian benar-benar terlibat dalam berbagai praktik ilegal.
> Nathan, dengan nada bergetar: "Kenapa aku baru tahu ini sekarang?"
Marcus: "Adrian sangat pandai menyembunyikan jejaknya. Tapi kau, Nathan, kau lebih dari sekadar penerus perusahaan. Kau punya hak untuk tahu kebenaran."
---
Nathan kembali ke rumah, membawa dokumen Marcus. Ia merasa seperti pion dalam permainan yang lebih besar, tetapi tidak tahu siapa yang benar-benar bisa dipercaya.
Adrian, yang sudah menyadari ada sesuatu yang salah, mencoba mendekati Nathan dengan hati-hati.
> Adrian: "Nathan, kau membawa sesuatu dari Marcus, bukan?"
Nathan, mencoba menyembunyikan dokumen: "Apa kau memata-matai aku sekarang?"
Adrian: "Aku hanya ingin melindungimu."
Nathan, meledak: "Melindungiku dari apa? Dari kebenaran?!"
Adrian terdiam, mencoba menenangkan diri.
> Adrian: "Nathan, aku tahu Marcus memberimu sesuatu. Tapi percayalah, dia memanipulasimu."
Nathan: "Dan apa bedanya denganmu? Kau juga memanipulasi aku selama ini, bukan?"
Ketegangan di antara mereka semakin memuncak. Adrian tahu bahwa ia harus bergerak cepat sebelum Marcus memenangkan hati Nathan sepenuhnya.
---
Malam itu, Nathan memutuskan untuk pergi ke kantor perusahaan, berharap menemukan bukti tambahan yang bisa memperjelas segalanya. Di sana, ia menemukan sebuah berkas tersembunyi di brankas Adrian.
Berkas itu berisi surat dari ibunya yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Dalam surat itu, ibunya menulis tentang ancaman yang ia terima dari Marcus dan bagaimana ia mencoba melindungi Adrian serta Nathan dari rencana jahat Marcus.
Nathan membaca surat itu dengan air mata berlinang. Ia merasa hatinya terkoyak, tidak tahu siapa yang harus dipercaya.
Namun, sebelum ia sempat menyelesaikan surat itu, lampu di kantor tiba-tiba padam. Nathan mendengar suara langkah kaki mendekat.
> Nathan, berbisik: "Siapa di sana?"
Tidak ada jawaban, hanya keheningan yang semakin mencekam. Nathan meraih ponselnya untuk menyalakan senter, tetapi ponselnya tiba-tiba mati.
> Suara misterius: "Nathan, sebaiknya kau pergi sebelum kau tahu terlalu banyak."
Nathan membeku. Siapa yang mengawasinya, dan apa yang mereka inginkan?
Siapa suara misterius itu? Apakah Adrian, Marcus, atau seseorang yang tidak terduga? Rahasia apa lagi yang tersembunyi di balik surat ibunya? Akankah Nathan mampu mengungkap kebenaran sebelum semuanya terlambat?