Samuel adalah seorang mantan atlet bela diri profesional, selain itu ia juga bekerja paruh waktu sebagai kurir makanan, namun semuanya berubah saat kiamat zombie yang belum di ketahui muncul dari mana asalnya membawa bencana bagi kota kota di dunia.
Akankah Samuel bertahan dari kiamat itu dan menemukan petunjuk asal usul dari mana datangnya zombie zombie tersebut?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan balasan dari Samuel dan pemulihan diri
Dengan heavysword di tangannya, Samuel merasakan beban yang akrab namun mematikan. Pedang itu tidak hanya memberinya daya serang yang lebih besar, tetapi juga kekuatan mental untuk menghadapi makhluk mengerikan di depannya. Samuel menggenggam erat gagang pedang, mengambil napas panjang, dan memasang kuda-kuda yang kokoh, siap melawan dengan segala tenaganya.
Makhluk mutasi itu menatapnya dengan tatapan lapar, bergerak mendekati Samuel tanpa sedikit pun tanda mundur. Samuel tahu ini adalah saatnya. Dengan gerakan cepat, ia mengayunkan heavysword-nya, memotong udara dan mengenai akar-akar yang menjulur dari tubuh makhluk itu. Bunyi berderak terdengar, diikuti oleh semburan cairan hijau yang mengenai lantai.
Makhluk itu meraung kesakitan, namun tidak mundur. Sebaliknya, ia semakin agresif, menyerang dengan cakarnya yang tajam. Samuel menangkis serangan itu dengan pedangnya, namun tekanan makhluk itu begitu kuat hingga hampir membuatnya terhuyung. Ia merasa semakin terpojok, tetapi tidak ada pilihan selain terus maju.
"Kalau aku tak bertahan, aku takkan keluar hidup-hidup," gumam Samuel pada dirinya sendiri, memperkuat tekadnya.
Samuel mengerahkan seluruh kekuatannya dan mengayunkan heavysword-nya sekali lagi, kali ini menargetkan bagian tubuh makhluk yang tampak rentan di tengah. Pedangnya menembus kulit keras makhluk itu, memotong jaringan akar yang menghubungkan bagian tubuhnya. Makhluk itu terhuyung, tetapi tidak roboh.
Samuel menggunakan momen singkat ini untuk mengatur napasnya, memperhatikan gerak-gerik makhluk itu yang semakin lambat. Namun, ketika ia mulai merasa punya sedikit keuntungan, makhluk itu kembali menyerang dengan cakarnya, berhasil mencabik lengan Samuel hingga darah mengalir deras.
Sadar bahwa situasi semakin berbahaya, Samuel menatap sekitar, mencari jalan untuk meloloskan diri. Lalu, di ujung lorong, ia melihat celah sempit yang bisa menjadi satu-satunya jalan keluar. Dengan gerakan cepat, ia menyerang makhluk itu sekali lagi, memukulnya mundur, lalu memutar arah dan berlari sekuat tenaga ke arah celah tersebut.
Namun, sebelum mencapai celah itu, makhluk tersebut berhasil menyusul dan menghantamnya dari belakang, membuat Samuel terhuyung ke depan. Dengan napas tersengal-sengal, ia bangkit kembali, menatap makhluk itu dengan penuh tekad meski tahu pertarungan ini belum berakhir
Samuel terhuyung, mencoba mengumpulkan kekuatannya yang tersisa sambil tetap menggenggam heavysword yang kini terasa semakin berat. Pandangannya sedikit kabur, namun insting bertahan hidupnya memaksanya untuk tetap berdiri, bertekad melawan makhluk mutasi itu hingga akhir.
Makhluk tersebut bergerak mendekat, dengan cakar-cakar berlumuran darah yang mengeluarkan bau busuk. Suara serak dari makhluk itu menggema di lorong sempit, seolah menandakan bahwa ia takkan membiarkan Samuel lolos begitu saja. Samuel menarik napas dalam-dalam, mengabaikan rasa sakit di lengannya, dan bersiap menghadapi serangan berikutnya.
Saat makhluk itu melompat, Samuel melangkah ke samping, menghindari cakaran yang mengarah ke dadanya. Dengan sigap, ia memutar tubuhnya dan mengayunkan heavysword ke arah punggung makhluk tersebut, tepat mengenai titik lemah di antara akar-akar yang membalut tubuhnya. Pedang berat itu membelah kulit keras makhluk itu, menimbulkan semburan cairan hijau kental yang berbau tajam. Makhluk itu melolong, terpukul mundur beberapa langkah.
Tapi Samuel tahu serangan itu tidak cukup untuk menghentikannya. Sementara makhluk itu masih dalam kondisi terhuyung, Samuel mengumpulkan seluruh kekuatannya dan melancarkan serangan terakhir. Ia mengangkat heavysword-nya tinggi-tinggi dan mengayunkannya dengan kekuatan penuh, menghantam kepala makhluk itu dengan keras. Suara retakan yang memuaskan terdengar saat pedangnya menembus tengkorak makhluk tersebut.
Makhluk itu mengeluarkan raungan terakhir sebelum akhirnya jatuh, tubuhnya menghantam lantai dengan bunyi berdebum. Samuel terdiam, terengah-engah, merasakan kemenangan kecil namun berarti di dalam stasiun bawah tanah yang sunyi ini.
Namun, kesenangannya hanya berlangsung sekejap. Dari dalam kegelapan, terdengar suara gemerisik, suara akar-akar yang bergerak seolah sedang mencari mangsa baru. Samuel menoleh, menyadari bahwa makhluk yang baru saja ia kalahkan mungkin bukan satu-satunya ancaman di sini.
Menimbang situasinya, ia menyadari betapa terluka dan lelahnya tubuhnya. Dengan cepat, ia mengambil keputusan untuk meninggalkan tempat ini. Berjalan dengan terpincang-pincang, Samuel berusaha kembali menuju lorong tempat ia pertama kali masuk. Di belakangnya, suara akar yang bergerak semakin keras, seolah mengejarnya, membuat detak jantungnya berdegup semakin cepat.
Lorong-lorong yang gelap dan berliku-liku menjadi jalur pelariannya, dan ia harus mengerahkan segenap konsentrasinya agar tidak tersesat. Di setiap tikungan, Samuel mendengar suara akar yang mengejarnya semakin dekat, dan ia tahu ia tak bisa berhenti walau hanya untuk menarik napas.
Tiba-tiba, dari arah belakang, sesuatu menyambar kakinya. Samuel terjatuh, berguling di lantai yang dingin dan basah. Dalam sekejap, akar-akar mulai melilit kakinya, menariknya kembali ke dalam kegelapan. Samuel meronta-ronta, menebas akar-akar itu dengan heavysword-nya, namun jumlahnya terlalu banyak, membuatnya semakin terjerat.
Di detik-detik terakhir sebelum benar-benar tertarik ke dalam bayangan, Samuel mengumpulkan seluruh tenaganya yang tersisa, mengangkat pedang beratnya, dan menebas akar-akar itu dengan satu gerakan yang kuat. Beberapa akar putus, dan Samuel berhasil melepaskan diri. Tanpa menoleh lagi, ia berlari menuju celah terang yang terlihat di kejauhan.
Setelah melalui perjuangan berat, Samuel sedikit lagi mencapai ujung lorong Napasnya terengah-engah, tubuhnya dipenuhi luka, namun ia selamat—untuk sementara.
Saat hampir sampai di ujung lorong tiba tiba badannya jatuh dan Samuel pun tak sadarkan diri .
*Selang beberapa menit berlalu*
Samuel terbangun dengan rasa pusing yang menyengat, kepalanya berdenyut-denyut seolah baru saja mengalami pertarungan paling berat dalam hidupnya. Ia merasakan permukaan kasar di bawahnya—lantai yang dingin dan lembab, mungkin sisa-sisa dari stasiun bawah tanah yang baru saja ia tinggalkan. Ketika mencoba bergerak, rasa nyeri menghantamnya, membuatnya menyadari luka-luka di tubuhnya yang belum sepenuhnya sembuh.
Ia perlahan-lahan membuka matanya dan mengerjap, membiarkan cahaya yang masuk perlahan-lahan menyusup ke dalam pandangannya. Ketika fokusnya kembali, ia melihat sekelilingnya. Dalam kebingungan, ia berusaha mengingat apa yang telah terjadi. Namun, sebelum ia bisa menyusun pikiran, suara langkah kaki mendekat membuatnya terperanjat.
Dengan reflek, Samuel meraih heavysword-nya yang tergeletak di samping, siap untuk bertarung jika perlu. Namun, saat ia berusaha berdiri, rasa sakit yang menyengat di kakinya mengingatkannya akan luka yang belum sepenuhnya sembuh. Ia terhuyung, dan ketika matanya mencari tahu apa yang terjadi, dia melihat makhluk lain—zombie yang hampir tak terhindarkan—berdiri tidak jauh dari tempatnya.
Zombi itu terlihat kelaparan, gerakannya lambat tetapi pasti. Samuel merasakan adrenalinnya memuncak, menambah semangat dalam dirinya untuk bertahan. Dengan sekuat tenaga, ia mengangkat heavysword dan mengayunkannya ke arah zombie itu. Namun, saat ia melakukannya, rasa nyeri kembali menghampiri tubuhnya, dan ia terjatuh.
“Tidak!” teriaknya dalam hati, merasa putus asa. Sebelum zombie itu sempat mendekat, ia menggunakan kedua tangannya untuk menggulingkan tubuhnya dan meraih pedang dengan cepat. Dalam satu gerakan, ia berhasil menghantam kaki zombie itu, membuatnya terjatuh.
Dengan kecepatan yang mengejutkan, Samuel kembali berdiri, meski rasa sakit itu hampir membuatnya pingsan. Ia menyadari betapa sulitnya bertahan dalam keadaan seperti ini. Namun, saat itu juga, dia merasakan perubahan aneh di tubuhnya. Seolah ada kekuatan yang mulai bekerja di dalam dirinya.
Ia melihat luka-luka di lengannya mulai menyusut. Darah yang mengalir dari lukanya kini tampak berkurang, dan rasa sakit yang semula tajam mulai menghilang, digantikan oleh sensasi hangat yang menyebar di seluruh tubuhnya. Dengan kekaguman, ia menyaksikan bagaimana jaringan kulitnya perlahan-lahan menutup, seperti seolah ada cahaya yang berkilau di baliknya.
Dengan semangat baru, Samuel bangkit dan mengarahkan heavysword-nya pada zombie yang masih terbaring di lantai. Tanpa ragu, ia menghujamkan pedangnya ke kepala zombie itu, memastikan bahwa ancaman tersebut benar-benar teratasi. Bunyi berdengung terdengar saat pedang itu menembus, mengakhiri hidup makhluk tersebut untuk selamanya.
Ketika semuanya terasa tenang, Samuel mengangkat pandangannya, masih merasa heran dengan perubahan yang baru saja terjadi. Dia berjalan ke arah cermin pecah yang tergantung di dinding. Di depan cermin, dia melihat refleksinya: wajahnya masih terlihat lelah, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Kulitnya tampak lebih segar, dan luka-luka yang ia dapatkan sebelumnya hampir sepenuhnya sembuh.
"Apa yang terjadi padaku?" gumamnya, berusaha mencerna apa yang baru saja ia saksikan. Dalam kekacauan dan ketegangan yang ia alami, ia baru menyadari bahwa tubuhnya mungkin memiliki kemampuan penyembuhan yang luar biasa, sesuatu yang mungkin akan sangat berguna dalam perjalanan yang penuh bahaya ini.