Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10. Jalan Menuju Kota Mesin
Setelah pertarungan sengit melawan Ravok, Kael dan Ceryn mendapati diri mereka kembali di dunia yang kacau, tetapi kali ini, langit berubah warna—memancarkan sinar yang mengandung partikel-partikel metalik, seolah-olah udara itu sendiri terbuat dari debu teknologi kuno.
Kota di depan mereka bukanlah kota biasa. Bangunan-bangunannya terbuat dari logam berkarat dan rangkaian mesin yang saling terhubung dengan kabel-kabel besar. Suara desisan uap dan suara mekanik yang berderak-derak terdengar dari setiap sudut. Ini adalah "Kota Mesin," salah satu wilayah yang dikendalikan oleh Penjaga berikutnya, sebuah dunia di mana sains dan teknologi aneh mendominasi segalanya.
"Ceryn, tempat apa ini?" tanya Kael, matanya terpaku pada menara raksasa yang memancarkan cahaya biru di tengah kota.
"Ini adalah jantung dari dimensi Mekano," jawab Ceryn dengan nada serius. "Penjaga di sini dikenal sebagai Arkemis. Dia bukan Penjaga Waktu, melainkan Penjaga Tekno—makhluk yang memadukan sihir dan teknologi menjadi senjata mematikan."
Kael mengamati lebih dekat, melihat betapa kompleksnya kota ini. Kendaraan-kendaraan yang terbang di udara tampak seperti makhluk hidup mekanis, dan di jalanan, android dengan wajah manusia bergerak dengan presisi, mengikuti pola pergerakan yang tidak wajar. Rasanya seperti dunia masa depan yang hilang di antara dimensi.
"Kita harus mencari inti dari kota ini," kata Ceryn, memeriksa peta digital yang ditampilkan dari gelang elektroniknya. "Arkemis pasti ada di pusatnya, di menara terbesar itu. Tapi akan ada lebih banyak rintangan di sini dibandingkan di wilayah Ravok."
Saat mereka mulai berjalan menuju menara pusat, Kael mulai merasakan sesuatu yang aneh—getaran halus di tanah di bawah kakinya. Jalan-jalan kota ini seolah hidup, dengan lempengan logam yang bergerak dan berubah bentuk. Tiba-tiba, bangunan di sekeliling mereka bergeser, memblokir jalan yang sebelumnya terbuka.
"Ceryn, kita terjebak!" seru Kael.
Ceryn mengangguk, mengamati dinding logam yang terbentuk di hadapan mereka. "Ini bukan kebetulan. Kota ini adalah bagian dari mekanisme pertahanan Arkemis. Ia tahu kita datang, dan ia akan menggunakan setiap mesin di sini untuk menghentikan kita."
Kael merasakan energi kristalnya bergema di dalam tubuhnya, tetapi ia tidak yakin bagaimana kekuatan magisnya akan bekerja di dunia yang sangat mekanis ini. "Bagaimana kita melawan sesuatu yang tidak bisa kita lihat?"
Ceryn memeriksa armband-nya dan memasukkan beberapa perintah cepat. "Kita harus mengendalikan sistemnya. Jika kita bisa mengakses terminal utama di dekat sini, mungkin kita bisa membuka jalan."
Dengan cepat, mereka berlari menuju salah satu bangunan yang tampaknya seperti pusat komando kecil. Pintu-pintu otomatis di depannya terkunci, tetapi Kael menggunakan pedang energinya untuk mengiris pengunci elektronik itu. Di dalam, mereka menemukan ruangan dengan konsol holografik yang memproyeksikan peta tiga dimensi kota.
Ceryn segera mulai bekerja di konsol itu, menelusuri jaringan data yang kompleks. "Lihatlah, Bukankah kota ini memiliki sistem saraf sendiri, seperti otak. Kita harus menemukan jalan menuju menara utama sebelum sistem ini berubah lagi."
Kael mengamati peta yang berkelip-kelip. "Apa kau bisa mematikan mekanisme pertahanannya?"
Ceryn menggeleng, berkeringat di bawah tekanan. "Tidak semudah itu. Tapi aku bisa memberikan kita peta jalan yang lebih akurat." Ia menekan beberapa tombol, dan hologram menampilkan jalur hijau yang mengarah langsung ke menara pusat.
"Ikuti ini," kata Ceryn sambil melangkah keluar. "Tapi kita harus bergerak cepat. Arkemis akan tahu bahwa kita telah memanipulasi sistemnya, dan dia akan beradaptasi."
Baru saja mereka akan meninggalkan bangunan, jalan di depan mereka berubah menjadi medan perang. Mekanisme kota mulai mengeluarkan unit pertahanan—robot-robot setinggi manusia dengan senjata laser di kedua lengannya muncul dari dinding-dinding logam. Cahaya merah menyala dari mata mereka, menandakan mereka siap menyerang.
Kael mengangkat pedangnya yang kini mulai mengeluarkan aliran listrik biru yang tidak biasa. "Mereka akan menghalangi kita, tidak peduli apa pun yang kita lakukan."
"Gunakan kekuatanmu, Kael," kata Ceryn sambil menyiapkan senjata energi dari punggungnya, sebuah meriam plasma berukuran kecil yang dibawanya sejak pertarungan terakhir. "Aku akan menutupi dari belakang!"
Pertempuran dimulai dengan intensitas tinggi. Ledakan plasma menyambar robot-robot, sementara Kael menerjang maju, memotong logam dengan kekuatan kristalnya. Namun, robot-robot itu tampaknya diprogram untuk menyesuaikan diri dengan serangan mereka. Setiap kali Kael menghancurkan satu, dua lagi muncul dengan perisai yang lebih kuat.
Kael menyadari bahwa serangannya tidak akan cukup tanpa strategi baru. Tiba-tiba, ia mengubah pendekatannya, menggunakan kristalnya untuk memancarkan medan elektromagnetik yang mengganggu sensor-sensor robot itu. Robot-robot mulai bergerak tidak teratur, memberikan Ceryn kesempatan untuk menghancurkan mereka satu per satu dengan tembakan presisi.
"Aku tidak tahu kau bisa melakukan itu Kael." ujar Ceryn dengan kagum dengan apa yang dilihat olehnya
"Aku juga tidak," jawab Kael, menyadari bahwa kekuatan kristalnya terus berkembang di dunia yang penuh dengan teknologi ini.
Setelah mengatasi rintangan pertama, mereka terus bergerak maju, melintasi jembatan-jembatan metalik dan memasuki lorong-lorong yang bercahaya neon. Kota Mesin tidak pernah berhenti bergerak, setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke menara, tetapi tantangan semakin sulit. Mereka bertemu dengan dinding-dinding yang berubah bentuk, robot penjaga yang semakin canggih, dan labirin kabel yang saling terjerat.
Ceryn, dengan pengalaman teknologinya, mulai memahami pola dari sistem kota ini. "Ini seperti puzzle raksasa. Setiap bagian kota ini merespons langkah kita. Arkemis tidak hanya memprogram kota ini untuk bertahan, dia memainkannya seperti permainan."
"Apa kau bisa mengakali dia?" tanya Kael, mengamati menara yang semakin dekat.
Ceryn mengangguk dengan penuh percaya diri. "Jika kita bisa mencapai pusat kontrol utama di bawah menara, aku bisa mengendalikan sistemnya. Tapi untuk itu, kita harus masuk melalui jalur tersembunyi di bawah tanah."
Mereka menemukan pintu masuk menuju terowongan di bawah menara, sebuah pintu yang tersembunyi di balik lapisan tebal baja yang hampir tidak terlihat. Kael menggunakan energinya untuk membuka pintu itu, dan mereka melangkah ke dalam lorong gelap yang penuh dengan kabel listrik berdenyut dan mekanisme bergerigi yang bergerak dengan presisi yang menakutkan.
Suasana di lorong berubah menjadi lebih intens. Ada desakan dari setiap getaran mekanis, seolah-olah mereka tengah berjalan di dalam tubuh raksasa yang hidup.
"Tinggal sedikit lagi," kata Ceryn dengan napas terengah-engah. "Jika kita berhasil, kita bisa mengakhiri kontrol Arkemis di kota ini, dan mungkin, kita bisa mengungkap apa yang sebenarnya dia sembunyikan di menara itu."
Kael mengangguk, menggenggam pedangnya lebih erat. "Apapun yang menunggu kita di sana, aku siap."