NovelToon NovelToon
BAD HUSBAND

BAD HUSBAND

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

🔥Bocil dilarang mampir, dosa tanggung masing-masing 🔥

———

"Mendesah, Ruka!"

"El, lo gila! berhenti!!!" Ruka mendorong El yang menindihnya.

"lo istri gue, apa gue gak boleh pakek lo?"

"El.... kita gak sedekat ini, minggir!" Ruka mendorong tubuh El menjauh, namun kekuatan gadis itu tak bisa menandingi kekuatan El.

"MINGGIR ATAU GUE BUNUH LO!"

———

El Zio dan Haruka, dua manusia dengan dua kepribadian yang sangat bertolak belakang terpaksa diikat dalam sebuah janji suci pernikahan.

Rumah tangga keduanya sangat jauh dari kata harmonis, bahkan Ruka tidak mau disentuh oleh suaminya yang merupakan Badboy dan ketua geng motor di sekolahnya. Sementara Ruka yang menjabat sebagai ketua Osis harus menjaga nama baiknya dan merahasiakan pernikahan yang lebih mirip dengan neraka itu.

Akankah pernikahan El dan Ruka baik-baik saja, atau malah berakhir di pengadilan agama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

"Anjir, capek banget sumpah!" keluh El seraya menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Tubuhnya yang lelah seakan menyerah pada empuknya bantalan, dan ia langsung menutup matanya, berusaha melupakan penat yang baru saja mendera.

"Enak kan rebahan? Makanya jangan bikin kotor terus," Ruka menukas sambil melipat lengan di depan dada, ekspresi kesal terpancar dari wajahnya. "Inget, kita di sini gak punya pembantu. Semua harus dikerjain sendiri."

El membuka sebelah matanya, memandangi Ruka dengan malas. "Besok gue cari ART, deh. Capek banget Kalau harus begini terus. Hidup gak bisa santai sama sekali," ucapnya sambil menghela napas berat.

Ruka mencibir, bibirnya melengkung dengan nada ejekan. "Baru segini aja ngeluh. Dasar lemah."

Seperti disengat listrik, El langsung bangkit dari posisinya. Ia mencondongkan tubuh ke arah Ruka yang masih berdiri santai di sudut ruangan. Kepalanya sedikit dimiringkan, matanya menyipit penuh tantangan. "Gue gak lemah, ya. Mau bukti? Ayo, gue buktiin di kamar."

Ruka mendengus pelan, sama sekali tak terpengaruh oleh ancaman itu. Sebelum El sempat melangkah, Ruka menjawab santai, "Ngapain ke kamar segala? Kalau berani, buktiin aja di sini."

Tanpa aba-aba, El langsung menyerang. Namun, kali ini Ruka sudah bersiap. Ia menghindar cepat sambil menjegal kaki El, membuat pria itu nyaris kehilangan keseimbangan. "Astaga, lo serius banget!" seru Ruka, tertawa puas.

El terkesiap, wajahnya memerah karena malu sekaligus kesal. Tapi ia tidak menyerah. "Oke, lo minta ini sendiri ya," ancam El sambil menyeringai.

Mereka saling menatap, hawa panas persaingan memenuhi ruangan kecil itu. Namun, hanya dalam hitungan detik, Ruka berbalik badan dan melesat masuk ke kamar. Dengan gerakan gesit, dia menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Napasnya memburu, seolah-olah baru saja lolos dari bahaya besar.

Dari luar, suara El menggema penuh kekesalan. "Ruka, buka pintunya! Lo sendiri yang nantang tadi, sekarang tanggung jawab!"

Ruka memutar bola matanya sambil mendekap dadanya, berusaha menenangkan diri. "Tanggung jawab apa? Emang gue ngapain lo?" teriaknya, mencoba terdengar santai meski hatinya sedikit waswas.

"Lo udah bikin anakonda gue bangun! Tanggung jawab lo, tidurin dulu!"

Ruka terlonjak mendengar kata-kata itu, wajahnya memerah seketika. "Najis banget! Lo pikir gue apaan?" balasnya dengan nada setengah jijik, setengah panik.

El tertawa kecil, tapi ketukan keras di pintu menunjukkan bahwa dia belum selesai. "Ayolah, Ruka. Lo sendiri yang bikin masalah, masa lo kabur gitu aja? Tidurin dulu anakonda gue, baru gue pergi."

"Ogah! Lo tidurin aja sendiri!" Ruka berteriak balik, berusaha sekuat tenaga terdengar tegas, meski di dalam hatinya dia hampir mati karena malu.

"Mana enak kalau sendiri?" protes El, kali ini suaranya lebih lembut, namun tetap penuh godaan. "Ayolah, gue gak bakal berhenti sebelum lo keluar."

Ruka merapatkan tubuhnya ke pintu, seakan-akan itu bisa menahan kegilaan El. "Lo gila ya?! Gue gak akan keluar sampai lo pergi!"

Gedoran pintu lebih keras, suara El semakin nakal. "Gue gak akan pergi, Ruka. Jadi lo pikirin baik-baik. Cepetan keluar, atau gue dobrak pintunya!"

Ruka mendesah, frustasi bercampur malu. "Astaga, El, lo beneran gak punya malu, ya? Udah sana cari selimut buat anakonda lo! Gue gak peduli!"

"Enggak mau! Lo kudu tanggung jawab dulu!"

Ruka menggigit bibirnya, merasa terjebak oleh ucapannya sendiri. Akhirnya, ia memilih jalan aman, meski harga dirinya harus terkikis. "Iya, iya, El. Sorry... Gue nyerah, oke? Gue gak akan nantang lo lagi. Gue tahu sekarang lo gak lemah. Lo kuat, puas?"

Di balik pintu, El terkikik geli mendengar nada memohon dari Ruka, seperti kemenangan kecil yang terasa sangat memuaskan. "Oke," jawab El akhirnya, suaranya sedikit melunak. "Kali ini gue maafin lo. Tapi, denger ya, jangan pernah nantang gue lagi kalau lo gak siap nerima akibatnya."

Ruka hanya mendengus pelan, memilih untuk tidak menanggapi lebih jauh. Meski suasana mulai tenang, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ke depannya, ia harus lebih berhati-hati dengan tantangan konyol yang dilemparkannya pada El Zio—pria yang selalu punya cara untuk menang, bahkan dalam permainan paling absurd sekalipun.

***

"El, ini stok makanan kenapa pada abis sih? Baru juga minggu kemarin gue refill!" Ruka berdiri di depan kulkas yang pintunya masih terbuka lebar, ekspresi wajahnya campuran antara bingung dan kesal. "Dan ini, brownies gue! Tinggal tempatnya doang. Kenapa gak dibuang sekalian kalau udah habis?"

El, yang sedang rebahan santai di sofa sambil nonton TV, menoleh dengan malas. "Anak-anak tadi pada main ke sini," jawabnya enteng.

"Tapi camilan gue semuanya ludes, El!" Ruka masih tak menyerah, nada suaranya meninggi. "Lo tau kan itu brownies favorit gue? Lo harusnya jagain!"

El mengangkat bahu santai. "Ya udah, sono belanja lagi. Kartu gue kan masih sama lo, tinggal gesek aja."

Ruka mendengus, membuang muka dengan ekspresi sebal. "Bukannya gitu masalahnya. Lo tuh harusnya larang dong. Bilang ke mereka biar gak makan sembarangan. Apalagi brownies gue!"

"Mau gue larang gimana? Gue bilang gitu ke anak-anak? 'Eh, jangan makan ini ya, ini punya istri gue, Haruka?' Gitu?" El tertawa kecil, meletakkan remote TV di atas meja.

"Ngaco! Jangan nyebut-nyebut istri segala, gak lucu tau!"

"Loh, kan bener, kalau gue larang atas nama 'istri', mereka pasti langsung berhenti makan. Efektif banget, kan?"

"Kampret!" Ruka melempar bungkusan brownies kosong ke arah El, tapi pria itu dengan mudah menghindar sambil tertawa terbahak-bahak.

"Makanya, kalau gak mau brownies lo habis, lain kali tulisin di kotaknya, 'Punya Ruka, jangan disentuh!' Dijamin aman," kata El dengan nada menggoda.

Ruka hanya menghela napas panjang, menyadari debatnya dengan El akan berakhir sia-sia jika dibiarkan. Namun, amarahnya terhadap brownies yang lenyap begitu saja membuatnya tak bisa tinggal diam. "Ya udah," ujarnya dengan nada tegas, "ayo anterin gue beli brownies sekarang!"

El, yang sudah nyaman rebahan di sofa, mengerutkan dahi tanpa berniat bangkit. "Ogah," sahutnya santai sambil kembali fokus ke layar TV.

Wajah Ruka langsung berubah masam, amarahnya semakin memuncak. Tanpa pikir panjang, ia menarik lengan El dengan sekuat tenaga, membuat pria itu hampir terguling dari sofa. "Lo kudu tanggung jawab! Anterin gue ke toko kue, sekarang! Gue mau makan brownies hari ini juga."

El mengeluh sambil berusaha melepaskan cengkeraman Ruka. "Gue capek, Ruka... Barusan aja gue beberes rumah. Gak bisakah nanti aja?"

"Gak mau tahu! Lo yang biarin brownies gue dimakan orang lain, lo juga yang harus ganti sekarang!" Dengan kekuatan tak terduga, Ruka terus menyeret El yang masih berusaha menghindar.

"Ruka, serius deh, kita bisa pesan online, kenapa harus ke toko segala?" tanya El, mencoba mencari alasan untuk tetap tinggal di sofa.

"Karena gue pengen brownies FRESH dari toko! Pesan online tuh lama, harusnya gue udah makan tuh brownies sekarang kalau gak dimakan sama temen-temen lo!" Ruka tak memberi celah, semakin keras menarik lengan El.

Akhirnya, El menyerah, duduk di tepi sofa dengan wajah yang penuh kepasrahan. "Oke-oke. Tapi gue nyetir cuma sampai toko. Lo yang turun belanja."

"Asal lo mau anterin, gue terima!" jawab Ruka penuh kemenangan, sembari melepaskan genggamannya.

El hanya menggeleng pelan, mengambil kunci motor dari meja. Dalam hati, ia tersenyum tipis, meski tak akan mengakuinya: energi Ruka saat marah-marah seperti ini sebenarnya cukup menghibur.

***

Sesampainya di toko kue langganan Ruka, El duduk santai di motor, berniat menunggu dengan tenang seperti yang dijanjikannya. Namun, matanya menangkap sosok Diego berada di sekitar toko. El langsung memasang wajah serius dan tanpa banyak bicara, buru-buru mengekori istrinya.

Ruka yang sedang sibuk memilih brownies favoritnya, langsung menoleh heran ketika El tiba-tiba berdiri di sampingnya. "Katanya gak mau ikut?" tanyanya dengan nada menggoda.

El menggaruk tengkuknya, mencoba terlihat santai. "Gue juga mau beli kue," jawabnya singkat.

"Tumben? Bukannya lo gak suka manis?"

"Ya... kadang-kadang gue pengen aja," sahut El, mencoba terdengar meyakinkan. Tapi matanya tak bisa berhenti melirik ke arah Diego yang sedang berdiri di sudut toko bersama seorang wanita paruh baya—sepertinya ibunya. El memastikan posisinya cukup dekat dengan Ruka, seolah menandai wilayahnya.

"Enak ini atau yang ini?" tanya El tiba-tiba, menunjuk dua brownies berbeda topping di depan mereka.

Ruka, yang awalnya masih sibuk memilih, mengikuti arah tunjuk El dengan bingung. "Yang cokelat kacang sama caramel ini?"

El mengangguk, memasang wajah serius, "Iya, menurut lo yang mana lebih enak?"

"El, lo tuh gak suka manis. Mau beli buat siapa lagi kalau bukan gue? Lagian lo gak pernah peduli soal topping brownies."

"Ya siapa tahu selera gue berubah," elaknya, pura-pura serius. "Coba kasih saran aja, lo kan ahli brownies."

Ruka tertawa kecil sambil menunjuk brownies bertopping caramel. "Kalau buat gue, yang ini. Tapi kalau lo benar-benar mau makan, mungkin yang cokelat kacang lebih cocok biar gak terlalu manis."

"Oke, gue ambil dua-duanya," jawab El santai sambil meraih dua kotak brownies itu, membuat Ruka semakin heran.

"Total semuanya, dua ratus enam puluh ribu rupiah, Kak," ujar kasir dengan senyum ramah, menunggu pembayaran.

Ruka, tanpa basa-basi, langsung mengeluarkan kartu milik El dan menyerahkannya. Sementara menunggu proses pembayaran, matanya tertuju pada deretan kue kering yang dipajang di depan meja kasir.

"Lo mau? Ambil aja sekalian."

Ruka melirik El sebentar sebelum menggeleng tegas. "Enggak! Gue gak serakus yang lo pikirin."

El hanya menahan tawa, jelas menikmati reaksi Ruka yang defensif.

Kasir kembali menyerahkan kartu dan struk pembayaran bersama kantong belanjaan mereka. "Terima kasih, Kak, selamat berbelanja lagi," katanya dengan nada riang.

Namun, ketika Ruka dan El berbalik untuk pergi, langkah mereka terhenti. Tepat di depan mereka, berdiri Diego—dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Ruka???"

Bersambung...

1
🌛Dee🌜
🤦yaampun😮‍💨
🌛Dee🌜
😂👍
🌛Dee🌜
😲
Surinten wardana
Aigu Ruka serem juga y Klw marah
Nunna Zhy: iya, jiwa bar-bar nya lgsg nongol
total 1 replies
🌛Dee🌜
😄
hasatsk
karya yang luar biasa.karakter 2 orang yang keras kepala dan ego yang tinggi...di satukan dalam pernikahan...penasaran akhir cerita nya...
Nunna Zhy: keduanya sm2 batu, bikin seru tiada hari tanpa ribut 🤭 wkwwk
total 1 replies
🌛Dee🌜
👍👍👍
🌛Dee🌜
🫣
🌛Dee🌜
😲
Surinten wardana
Pasti si riko deh pasangannya hana🤣🤣🤣🤣
Nunna Zhy: wah kok tau?
total 1 replies
🌛Dee🌜
eh jgn terlalu kejam dg 🤭😂🤣
Nunna Zhy: hehehe, Zhy suka yg kejam2 soalnya 🤭
total 1 replies
🌛Dee🌜
👍
Surinten wardana
Ke gep dah
Nunna Zhy: /Tongue/
total 1 replies
🌛Dee🌜
🤭
🌛Dee🌜
👍
🌛Dee🌜
😲
🌛Dee🌜
👍
🌛Dee🌜
🫶
🌛Dee🌜
🤭
🌛Dee🌜
🤍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!