NovelToon NovelToon
Akselia Ananta

Akselia Ananta

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:957
Nilai: 5
Nama Author: syizha

Wanita kuat dengan segala deritanya tapi dibalik itu semua ada pria yang selalu menemani dan mendukung di balik nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syizha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kehangatan

Setelah perjalanan panjang kembali ke markas, suasana di dalam ruangan terasa berbeda. Mereka telah mencapai sesuatu yang kecil tapi bermakna di desa tadi. Meski masih ada keraguan dari penduduk, Akselia merasakan harapan mulai tumbuh perlahan, seperti bunga liar yang mencoba menembus tanah keras.

Di malam hari, ketika sebagian besar tim sudah beristirahat, Akselia tetap terjaga. Pikirannya berputar, mencoba merencanakan langkah selanjutnya. Dia duduk di dekat jendela, memandang langit malam yang dipenuhi bintang. Namun, sebelum pikirannya larut terlalu jauh, suara pintu terbuka pelan mengalihkan perhatiannya.

Mikael masuk dengan langkah hati-hati, membawa dua cangkir teh, seperti yang biasa dia lakukan. Dia menatap Akselia dan tersenyum. “Aku tahu kau tidak akan tidur lebih awal,” katanya sambil mendekat dan menyerahkan salah satu cangkir padanya.

Akselia tertawa kecil, menerima cangkir itu. “Kau benar-benar tahu jadwalku, ya?”

Mikael duduk di kursi di seberangnya, pandangannya mengarah ke luar jendela. “Kau selalu seperti ini, Akselia. Terlalu memikirkan semua hal sendirian. Kau lupa kalau ada orang-orang di sekitarmu yang bisa kau andalkan.”

Akselia menghela napas. “Bukan itu maksudku, Mikael. Aku hanya merasa... kalau aku tidak memikirkan semuanya, siapa lagi yang akan melakukannya? Jika aku membuat satu kesalahan saja, semuanya bisa hancur.”

Mikael menatapnya dengan serius, lalu meletakkan cangkirnya di meja. “Dengar, Akselia. Aku tidak pernah meragukan kemampuanmu. Tapi kau tidak perlu memikul semua beban ini sendirian. Reina, aku, dan semua orang di tim ini, kami ada di sini untukmu. Kau tidak harus menjadi sempurna sepanjang waktu.”

Kata-kata Mikael membuat Akselia terdiam. Selama ini, dia selalu merasa harus menjadi yang paling kuat, pemimpin yang tidak bisa digoyahkan. Namun, Mikael dengan lembut mengingatkannya bahwa dia juga manusia.

“Aku tahu,” jawab Akselia akhirnya, suaranya lebih pelan. “Tapi sulit bagiku untuk benar-benar melepaskan sebagian dari tanggung jawab ini. Dunia terlalu rapuh sekarang.”

Mikael menggeser kursinya lebih dekat, membuat jarak mereka menjadi lebih intim. Dia menatap Akselia dengan penuh kelembutan, sesuatu yang jarang dia tunjukkan sebelumnya. “Kau tidak sendirian, Akselia. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada untuk mendukungmu. Itu janjiku.”

Akselia merasakan kehangatan menjalar di dadanya. Untuk sesaat, dia tidak tahu harus berkata apa. Dia hanya menatap mata Mikael, mencoba mencari sesuatu yang tersembunyi di balik kata-katanya. Apakah itu sekadar dukungan seorang teman? Atau ada perasaan lain yang mulai tumbuh di antara mereka?

“Mikael...” Akselia memanggil namanya pelan, tetapi tidak melanjutkan.

“Ya?” Mikael menunggu, nadanya penuh kesabaran.

Akselia hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. “Terima kasih.”

Mikael mengangguk, senyum lembutnya kembali muncul. “Kapan saja, Akselia.”

---

Hari berikutnya, tim mereka menerima kabar yang mengejutkan. Kelompok pendukung Proyek Elysium yang tersisa telah mulai bergerak secara agresif. Mereka menyusup ke desa-desa kecil dan menyebarkan ketakutan bahwa tanpa sistem lama, dunia akan hancur.

“Ini yang kita takutkan,” kata Reina dengan nada tegas saat mereka berkumpul di ruang rapat kecil. “Mereka tidak akan membiarkan kita bergerak dengan mudah.”

“Dan mereka memanfaatkan ketakutan orang-orang,” tambah Mikael. “Mereka tahu bahwa kebebasan adalah hal yang sulit diterima oleh mereka yang sudah terbiasa diatur.”

Akselia berdiri di depan peta besar yang menampilkan wilayah yang telah mereka jangkau. Matanya menyusuri setiap detail, mencoba menemukan pola dalam serangan kelompok itu. “Kita harus bertindak cepat. Jika mereka terus menyebarkan kebohongan, kita akan kehilangan kepercayaan yang sudah mulai kita bangun.”

“Tapi bagaimana kita melawan itu?” tanya salah satu anggota tim. “Kita tidak punya sumber daya sebesar mereka.”

Akselia berpikir sejenak, lalu berbicara dengan keyakinan yang tak tergoyahkan. “Kita tidak akan melawan kebohongan mereka dengan kekerasan. Kita akan melawan dengan kebenaran. Kita akan menemui orang-orang secara langsung, menunjukkan pada mereka apa yang sebenarnya terjadi. Mereka harus melihat dengan mata kepala sendiri bahwa dunia tanpa kontrol Proyek Elysium adalah dunia yang lebih baik.”

Reina mengangguk. “Itu rencana yang bagus, tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu seberapa jauh kelompok itu bersedia pergi untuk menghentikan kita.”

“Karena itu kita harus bergerak sekarang,” tambah Mikael. “Semakin lama kita menunggu, semakin sulit situasinya.”

Akselia mengangguk, lalu memandang semua orang di ruangan itu. “Aku tahu ini berisiko, tapi kita tidak punya pilihan lain. Kita harus percaya pada orang-orang, seperti mereka yang mulai percaya pada kita.”

---

Malam itu, ketika mereka sedang bersiap untuk misi berikutnya, Akselia dan Mikael kembali bertemu di tempat yang sama seperti malam sebelumnya. Kali ini, Mikael yang terlihat gelisah.

“Ada apa?” tanya Akselia, mendekatinya.

Mikael menghela napas panjang sebelum menjawab. “Aku hanya memikirkan apa yang akan terjadi jika kita gagal. Jika mereka berhasil menyebarkan ketakutan lebih luas dari yang bisa kita kendalikan...”

Akselia meletakkan tangan di bahunya, membuat Mikael terkejut. “Kita tidak akan gagal,” katanya dengan nada yang penuh keyakinan. “Aku percaya pada tim ini. Dan aku percaya padamu.”

Mikael menatapnya, dan untuk sesaat, keheningan di antara mereka terasa berat. Lalu, dia tersenyum. “Terima kasih, Akselia. Kau benar-benar punya cara untuk membuat semuanya terasa mungkin.”

Akselia membalas senyum itu, tetapi ada sesuatu dalam tatapan mereka yang berbeda kali ini. Sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang belum pernah mereka bicarakan sebelumnya. Namun, sebelum mereka sempat mengatakan apa-apa lagi, Reina muncul dari pintu.

“Kalian harus melihat ini,” katanya sambil melambaikan tangan. “Berita terbaru tentang kelompok lawan.”

Momen itu terputus, tetapi kehangatannya tetap terasa. Akselia dan Mikael saling melirik sebelum mengikuti Reina, menyadari bahwa meskipun dunia mereka sedang runtuh, ada sesuatu yang mulai terbangun di antara mereka. Sesuatu yang mungkin bisa menjadi alasan mereka untuk terus berjuang.

1
Dậu nè Phèo ơi
What a ride! cerita yang sempurna buat menghibur diri di akhir pekan👏.
acc_.xm
Masih nunggu update chapter selanjutnya dengan harap-harap cemas. Update secepatnya ya thor!
zucarita salada 💖
Gemesin banget! 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!