Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.
Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:
Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.
Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.
Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 12
Bab 12: Bayangan yang Tersembunyi
Pangeran Leon dan Karin berdiri di atas benteng istana yang hancur, menatap ke arah cakrawala yang kini gelap dan suram. Udara terasa tebal dengan ketegangan, dan meskipun mereka baru saja mengalahkan Lady Elara, rasa ketidakpastian semakin kuat. Pemberontakan yang tengah berkembang dan ancaman dari kekuatan yang lebih besar memaksa mereka untuk memikirkan langkah-langkah selanjutnya dengan hati-hati.
Di bawah, para pasukan kerajaan yang tersisa berkumpul, bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan. Namun, meskipun pasukan mereka cukup banyak, kekuatan yang mereka hadapi sekarang jauh lebih berbahaya dan lebih sulit dipahami. Mereka harus menemukan cara untuk mengalahkan musuh yang tak terlihat.
"Apa langkah selanjutnya?" tanya Karin, suara penuh kecemasan. "Kita tidak bisa hanya mengandalkan pasukan ini untuk melawan sesuatu yang lebih besar dari kita."
Pangeran Leon menghela napas panjang. "Kita membutuhkan sekutu," katanya, matanya menyapu daerah sekitar mereka yang kini penuh dengan reruntuhan dan kehancuran. "Bukan hanya pasukan, tetapi mereka yang memiliki pengetahuan lebih tentang kekuatan yang kita hadapi."
Karin menatapnya dengan penuh pengertian. "Kita harus mencari informasi lebih dalam tentang organisasi yang kamu sebutkan sebelumnya."
"Tapi siapa yang bisa kita percayai?" tanya Pangeran Leon, suara penuh keraguan. "Kita tidak tahu siapa yang ada di belakang semua ini. Bahkan di kalangan kerajaan sendiri, ada orang yang mungkin sudah disusupi."
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat. Seorang pria tua berpakaian sederhana muncul dari balik bayang-bayang reruntuhan, wajahnya penuh kerutan, tetapi matanya tajam dan penuh kebijaksanaan. "Ada yang lebih dari sekedar pemberontakan," katanya dengan suara rendah namun kuat. "Apa yang kalian hadapi lebih dari sekadar kelompok yang ingin merebut kekuasaan. Mereka yang berada di balik layar tidak peduli dengan kerajaan atau masa depan kalian. Mereka peduli dengan kekuatan yang jauh melampaui apa yang kalian bayangkan."
Pangeran Leon dan Karin saling pandang, kebingungan jelas terlihat di wajah mereka. "Siapa Anda?" tanya Karin hati-hati.
Pria itu melangkah lebih dekat. "Nama saya Darian," jawabnya dengan suara lembut. "Dan saya adalah salah satu yang mengetahui rahasia besar yang tersembunyi di dunia ini. Apa yang kalian hadapi sekarang adalah bayangan yang telah lama bersembunyi dalam kegelapan."
"Apa maksudmu?" tanya Pangeran Leon, ingin tahu.
"Ada organisasi kuno yang dikenal dengan nama "Kepala Bayangan." Mereka adalah kekuatan yang beroperasi di balik tirai, mengendalikan takdir dunia ini dari bayangan. Mereka telah memanipulasi kerajaan, perang, dan konflik hanya untuk memperkuat posisi mereka dan mendapatkan lebih banyak kekuasaan. Mereka bukanlah kelompok yang bisa dihentikan dengan kekuatan fisik semata. Mereka tahu bagaimana cara menyusup ke dalam pikiran dan hati orang-orang."
Karin menggertakkan giginya, merasa ketegangan semakin meningkat. "Jadi, mereka bukan hanya pemberontak biasa?"
"Tepat." Darian mengangguk. "Mereka adalah bayangan yang menggerakkan dunia ini, dan mereka tahu bagaimana memanipulasi segala hal—termasuk ketakutan dan keinginan. Mereka tidak hanya mengincar kerajaan kalian, Pangeran Leon, mereka mengincar dunia itu sendiri. Semua yang terjadi, baik perang, perpecahan, dan kehancuran, adalah bagian dari rencana mereka untuk menciptakan kekosongan yang bisa mereka isi dengan kekuasaan mereka."
"Kita harus menghentikan mereka." Pangeran Leon berkata dengan keyakinan yang baru ditemukan. "Tapi bagaimana? Mereka sudah terlalu kuat."
Darian menatap mereka dengan intens. "Untuk mengalahkan mereka, kalian harus menghancurkan sumber kekuatan mereka—sebuah artefak kuno yang telah berabad-abad berada di tangan mereka. Artefak itu dikenal dengan nama "Mata Bayangan." Tanpanya, mereka akan kehilangan kekuatan mereka yang tak terlihat."
"Mata Bayangan?" Karin mengulang, terdengar bingung. "Di mana artefak itu?"
"Tersembunyi di tempat yang paling tidak terduga—di dalam reruntuhan dunia yang kalian kenal." Darian mengangkat tangannya ke arah cakrawala yang kelam. "Mata Bayangan ada di tempat yang telah terlupakan, dan untuk menemukannya, kalian harus mengungkap rahasia yang tersembunyi dalam sejarah dunia ini. Tempat itu sangat terlindungi, dan hanya mereka yang memiliki pengetahuan kuno yang bisa menemukannya."
"Bagaimana kita bisa menemukannya?" Pangeran Leon bertanya, suaranya penuh dengan keraguan, namun juga tekad.
Darian mengangguk perlahan. "Saya bisa membimbing kalian. Tetapi ingat, jalan yang akan kalian tempuh penuh dengan bahaya. Kalian akan menghadapi lebih banyak perangkap, lebih banyak musuh, dan lebih banyak pengkhianat. Tidak semua orang di sekitar kalian adalah teman."
Karin menggenggam tangan Pangeran Leon, siap menghadapi apa pun yang ada di depan mereka. "Jika itu yang harus kita lakukan, maka kita akan melakukannya. Kita tidak akan mundur."
Dengan keyakinan yang kuat, Pangeran Leon dan Karin siap melangkah ke dalam perjalanan yang jauh lebih gelap dan penuh bahaya. Mereka tahu bahwa mereka tidak hanya berjuang untuk kerajaan mereka, tetapi untuk seluruh dunia yang terancam oleh kegelapan yang semakin menguasai.
---
Perjalanan Pangeran Leon dan Karin semakin menantang ketika mereka mulai menyelidiki lebih dalam tentang "Kepala Bayangan," organisasi misterius yang telah mengendalikan takdir dunia dari balik layar. Dengan bimbingan Darian, mereka memasuki wilayah yang tersembunyi, tempat-tempat yang telah lama dilupakan oleh sejarah dan waktu.
Namun, jalan yang mereka tempuh penuh dengan ketegangan. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke kegelapan yang tak terbayangkan, dan mereka mulai merasakan bahwa dunia ini tidak seperti yang mereka kira sebelumnya. Dalam setiap sudut dan bayangannya, ada ancaman yang tak terlihat, bergerak di antara mereka seperti hantu yang siap menguasai.
Karin melangkah di samping Pangeran Leon, matanya tetap waspada. "Darian tidak memberitahukan kita banyak hal. Apa yang sebenarnya kita hadapi?" tanya Karin, suaranya rendah namun penuh kekhawatiran. "Mata Bayangan... apakah itu benar-benar memiliki kekuatan yang mereka katakan?"
Pangeran Leon menatap langit yang kini dipenuhi dengan awan gelap. "Saya rasa kita akan tahu jawabannya lebih cepat dari yang kita duga." Dia berhenti sejenak, merenung. "Kekuatan itu bukan hanya artefak fisik, Karin. Itu adalah simbol dari segala sesuatu yang bersembunyi dalam bayangan—segala sesuatu yang tidak kita lihat, tetapi memengaruhi hidup kita."
Tiba-tiba, Darian muncul di depan mereka, wajahnya serius. "Kami sudah dekat." Suaranya datar dan penuh perhatian. "Tempat ini sangat terlindungi. Hanya sedikit yang dapat memasuki wilayah ini dan tetap hidup. Ada kekuatan kuno yang menjaga tempat ini, dan untuk menemukan apa yang kalian cari, kalian harus siap menghadapi ujian."
Karin dan Leon bertukar pandang. Mereka tahu bahwa mereka telah melangkah jauh dari yang bisa mereka bayangkan. Mereka berada di ambang sesuatu yang lebih besar dan lebih mengerikan daripada yang pernah mereka hadapi.
"Apa jenis ujian yang dimaksud?" tanya Pangeran Leon, suara penuh tekad, meskipun ada ketegangan di wajahnya.
Darian hanya menggelengkan kepala, mata tuanya mengamati dua pemuda itu dengan penuh perhatian. "Tidak ada yang bisa mempersiapkan kalian untuk itu. Hanya hati yang murni yang bisa menghadapinya."
Ketika mereka terus bergerak, udara di sekitar mereka semakin berat. Kegelapan di sepanjang jalan semakin mengabur, dan suara angin yang berbisik melalui pohon-pohon tua terdengar seperti sebuah peringatan yang menakutkan. Mereka sampai di sebuah gua besar yang tersembunyi di dalam pegunungan yang terkubur dalam waktu. Pintu masuknya tampak seperti sebuah mulut raksasa yang siap menelan siapa pun yang mencoba memasuki kedalamannya.
"Di sini," Darian berbisik, berhenti di depan pintu gua. "Ini adalah gerbang yang mengarah ke tempat yang kalian cari."
Leon menatap gua tersebut dengan hati-hati. "Apakah kita siap?" tanyanya, matanya menatap Karin.
Karin mengangguk, matanya penuh keteguhan. "Kita tidak punya pilihan lain."
Mereka melangkah memasuki gua, dan begitu mereka masuk, suasana langsung berubah menjadi berat dan menyesakkan. Mereka berjalan melewati lorong sempit yang diterangi oleh cahaya redup yang tampak berasal dari dalam tanah itu sendiri. Tanah di sekitar mereka bergetar sedikit, dan keduanya merasakan sesuatu yang mengintai di dalam kegelapan. Setiap langkah mereka terdengar nyaring, seolah seluruh gua mendengarkan dan memperhatikan mereka.
Tiba-tiba, di depan mereka, sebuah suara yang dalam dan serak terdengar, menggema melalui gua. "Mengapa kalian datang?" suara itu bertanya, seolah berasal dari tanah itu sendiri. "Apakah kalian cukup kuat untuk menghadapi kebenaran?"
Karin melangkah maju, dengan tekad yang semakin kuat. "Kami mencari kekuatan untuk menghentikan kegelapan yang mengancam dunia ini. Kami ingin menghancurkan Kepala Bayangan dan semua yang bersembunyi di baliknya."
"Kalian tidak tahu apa yang kalian cari," suara itu berkata dengan nada penuh amaran. "Kekuatan itu tidak akan memberi kalian jawaban yang ingin kalian dengar. Kalian akan menemukan kebenaran yang lebih gelap dari yang bisa kalian bayangkan."
Pangeran Leon menatap ke dalam kegelapan, suara hati yang seakan memberitahunya untuk terus maju. "Kami siap menghadapi kebenaran itu. Kami tidak akan mundur."
Dengan keberanian yang semakin memancar, mereka melangkah lebih dalam ke dalam gua. Setiap langkah yang mereka ambil membawa mereka lebih dekat ke tujuan mereka, namun juga lebih dekat ke kegelapan yang tak terhindarkan. Mereka tahu bahwa mereka tidak hanya berjuang untuk menghancurkan kekuatan jahat, tetapi untuk menemukan kebenaran yang tersembunyi di balik semua itu—kebenaran yang mungkin akan mengubah segalanya.
Mata mereka mulai beradaptasi dengan kegelapan, dan di depan mereka, sebuah cahaya samar mulai terlihat. Sebuah ruangan besar yang penuh dengan simbol-simbol kuno dan batu-batu besar yang terukir dengan gambar-gambar misterius menyambut mereka. Di tengah ruangan itu, sebuah altar berdiri tegak, dan di atasnya, sebuah objek berbentuk mata yang mengeluarkan cahaya redup, tampaknya terbuat dari kristal hitam yang berkilau.
"Itulah Mata Bayangan," Darian berbisik. "Hancurkan itu, dan kalian akan menghancurkan kekuatan yang menjaga Kepala Bayangan."
Namun, saat Pangeran Leon melangkah maju untuk mengambil artefak itu, suara yang sama yang menggema sebelumnya terdengar lagi. "Menyentuh Mata Bayangan berarti menghancurkan keseimbangan dunia. Apa yang akan kalian korbankan untuk itu?"
Pangeran Leon menatap artefak itu dengan hati-hati. "Kami akan mengorbankan apa pun yang diperlukan untuk menyelamatkan dunia."
Di saat itu, seluruh gua bergetar, dan bayangan-bayangan gelap mulai bergerak di sekitar mereka. Pintu gua yang tadinya tampak tertutup kini mulai terbuka dengan kekuatan yang luar biasa, seolah-olah dunia itu sendiri menanggapi kehadiran mereka.
Perjalanan mereka baru saja dimulai, dan ancaman yang lebih besar sedang menunggu. Namun, Pangeran Leon dan Karin sudah membuat keputusan—apapun yang terjadi, mereka akan terus maju demi masa depan yang lebih baik.