NovelToon NovelToon
Kumpulan Cerita Pendek

Kumpulan Cerita Pendek

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Cintapertama / Berondong / Duniahiburan / CEO / Hantu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Elfwondz

Kumpulan Cerita Pendek Kalo Kalian Suka Sama Cerpen/Short Silahkan di Baca.

kumpulan cerita pendek yang menggambarkan berbagai aspek kehidupan manusia dari momen-momen kecil yang menyentuh hingga peristiwa besar yang mengguncang jiwa. Setiap cerita mengajak pembaca menyelami perasaan tokoh-tokohnya, mulai dari kebahagiaan yang sederhana, dilema moral, hingga pencarian makna dalam kesendirian. Dengan latar yang beragam, dari desa yang tenang hingga hiruk-pikuk kota besar, kumpulan ini menawarkan refleksi mendalam tentang cinta, kehilangan, harapan, dan kebebasan. Melalui narasi yang indah dan menyentuh, pembaca diajak untuk menemukan sisi-sisi baru dari kehidupan yang mungkin selama ini terlewatkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elfwondz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman Sekamar dari Planet Lain.

Semua ini dimulai pada suatu malam, ketika bulan terasa begitu dekat dan lampu-lampu di asrama universitas seperti berkerlip dalam gelombang yang aneh. Aku, Sinta, duduk di tepi jendela, menatap bintang-bintang yang redup. Aku baru saja dipindahkan ke kamar asrama yang baru setelah insiden kebakaran kecil di kamar sebelumnya. Entah kenapa, firasatku tentang kamar ini tidak baik. Ada sesuatu yang aneh dengan tempat ini, tetapi aku tidak tahu apa.

“Jangan terlalu dipikirkan. Ini hanya kamar biasa,” gumamku pada diri sendiri, berusaha menenangkan perasaan tidak nyaman yang mulai merayap. Namun, getaran udara di kamar itu seolah memiliki frekuensi sendiri, sebuah bisikan samar yang tidak bisa ditangkap oleh telingaku, tapi aku bisa merasakannya di tulang.

Malam semakin larut ketika suara langkah terdengar dari luar pintu. Aku menegang. Suara itu semakin mendekat. Kunciku sedikit bergeser saat pintu terbuka pelan. Seorang gadis masuk, dia terlihat kira-kira seusia denganku, mungkin sedikit lebih muda. Rambutnya panjang, hitam mengkilap seperti malam yang paling gelap.

“Hey, aku Nadira. Kau teman sekamarku yang baru, kan?” katanya sambil tersenyum. Senyumnya terlihat sangat aneh, terlalu lebar. Matanya berkilauan, tapi bukan dengan kehangatan. Ada sesuatu yang tajam di dalam tatapannya.

Aku mengangguk pelan, merasa canggung. “Iya, aku Sinta. Baru dipindahkan ke sini.”

Nadira hanya berdiri di pintu, mengamati ruangan seolah-olah dia baru melihatnya untuk pertama kali, meskipun jelas dia sudah lama tinggal di sini. Perasaan dingin kembali merayap di punggungku. Kami diam cukup lama sebelum dia berjalan masuk dan meletakkan barang-barangnya. Keganjilan itu terasa begitu jelas, namun aku berusaha mengabaikannya.

---

Hari-hari berlalu, dan aku semakin curiga pada Nadira. Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan tentangnya. Dia jarang tidur, atau setidaknya aku tidak pernah melihatnya tidur. Setiap kali aku terbangun di tengah malam, dia selalu duduk di meja kecil dekat jendela, menghadap ke luar, menatap langit malam tanpa bergerak, seolah-olah dia sedang menunggu sesuatu.

Ketika aku mencoba mengajaknya bicara, dia selalu menjawab dengan singkat dan terkesan tak peduli. Namun, ada saat-saat ketika dia mulai berbicara sendiri dalam bahasa yang tidak kumengerti. Suaranya menjadi lebih rendah, hampir seperti bisikan, dan kadang-kadang nada bicaranya seolah berubah, seperti seseorang yang memanggil dari tempat yang sangat jauh.

Suatu malam, ketika aku sedang berbaring mencoba tidur, Nadira mulai bicara lagi. Kali ini, aku mendengarkan lebih seksama. Ada pola dalam suara itu, ritme yang berulang. Kata-katanya terdengar seperti mantra, sesuatu yang aneh dan kuno. Hawa dingin menyelimuti ruangan. Dengan suara lirih, aku bertanya, “Apa yang kamu bicarakan, Nadira?”

Dia berhenti bicara, menoleh ke arahku. Wajahnya berubah, seolah-olah cahaya di dalam ruangan membuatnya tampak berbeda. Sesuatu di balik kulitnya seperti berdenyut. Mata hitamnya terasa semakin dalam. "Aku? Oh, aku hanya berkomunikasi dengan orang-orangku," jawabnya datar.

Jantungku berdegup kencang. "Orang-orangmu?" tanyaku sambil duduk di tempat tidur, merasakan kejanggalan menjalari tubuhku.

Nadira tersenyum lagi, kali ini lebih dingin. "Kau tidak tahu, ya? Aku bukan dari sini."

Seketika, ruangan terasa lebih kecil, udara seolah berhenti bergerak. Aku menatapnya tanpa berkedip. Nadira menggeser kursinya, dan dengan santai mulai mengisahkan sesuatu yang tidak bisa kupercayai.

“Aku berasal dari tempat yang jauh, jauh di luar tata surya ini,” katanya sambil mengayunkan tangannya ke jendela. “Tempat di mana waktu tidak bergerak seperti di sini, di mana bentuk dan eksistensi adalah pilihan, bukan keharusan.”

Aku menelan ludah, tidak yakin apakah ini lelucon atau semacam cerita khayalan yang aneh. "Maksudmu... planet lain?"

Nadira mengangguk, matanya bersinar redup. “Bisa dibilang begitu. Kami datang ke sini karena dunia ini menarik... banyak hal terjadi di sini, dan kami suka mengamati.”

Darahku terasa berhenti mengalir. Suasana di kamar berubah drastis, seolah gravitasi meningkat. Aku tidak tahu apakah dia sedang mengerjaiku atau benar-benar serius. Namun, firasatku mengatakan dia tidak bercanda. Tatapan matanya terlalu serius, terlalu tajam untuk diabaikan.

“Apa yang kamu mau dari sini?” tanyaku pelan, merasa tenggorokanku mengering.

“Kami hanya ingin belajar. Mengamati kehidupan manusia,” katanya tenang. “Dan, kadang-kadang, kami ingin mengalami apa yang kalian rasakan... emosi, keinginan, ketakutan. Semua itu sangat menarik.”

“Kami?” Aku berusaha menahan getaran di suaraku.

Nadira menoleh, memiringkan kepalanya sedikit. “Ya, kami. Banyak dari kami ada di sini, tersebar di antara manusia. Kita bisa berbaur dengan mudah. Tidak ada yang menyadari kehadiran kami.”

Mendengar ini, kepalaku terasa berputar. Aku tidak bisa mempercayai apa yang dia katakan. Ini gila! Namun, bagian dari diriku tahu ada kebenaran dalam kata-katanya. Selama ini, ada yang aneh tentang Nadira, tentang caranya berinteraksi, tentang caranya menatap dunia. Seolah dia tidak sepenuhnya ada di sini.

“Aku bisa memperlihatkan sesuatu padamu, jika kau mau,” kata Nadira tiba-tiba.

Aku terguncang. “Apa maksudmu?”

“Bagaimana jika kau melihat sejenak ke dunia kami? Rasakan bagaimana rasanya menjadi... salah satu dari kami. Hanya sebentar, kau bisa kembali.”

Jantungku berdetak lebih cepat. Setiap sel dalam tubuhku menjerit untuk menolak, namun ada rasa penasaran yang tidak bisa aku abaikan. "Bagaimana caranya?"

Nadira berdiri, mendekatiku dengan gerakan halus seperti bayangan. Dia menyentuh dahiku dengan jemarinya yang dingin. "Tutup matamu," bisiknya.

Aku mengikuti perintahnya, dan saat kelopak mataku menutup, dunia seketika berubah. Suara gemuruh yang dalam menggema di telingaku, seperti alunan ribuan bintang yang meledak dalam harmoni yang aneh. Tubuhku terasa ringan, seolah gravitasi tidak lagi menarikku ke tanah. Lalu, seolah aku terlempar ke dalam kehampaan.

---

Aku berada di tempat yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Ruang ini... bukan ruang. Cahaya-cahaya aneh berkedip di sekelilingku, memantul di permukaan yang berubah-ubah. Di sini, segala sesuatu terasa cair, tidak ada bentuk yang tetap. Sosok-sosok aneh, yang hanya bisa kuidentifikasi sebagai makhluk, melayang-layang dengan harmoni yang asing.

Aku merasa seperti seorang penonton dalam film yang sangat aneh, dan aku mulai merasakan apa yang Nadira maksud. Di sini, tidak ada batasan seperti di bumi. Rasa takut dan keheranan bercampur dalam satu sensasi yang tak terlukiskan.

Namun, tidak lama kemudian, kepalaku terasa sakit. Semakin lama aku berada di sana, semakin sulit rasanya untuk berpikir dengan cara manusia. Pikiranku mulai tercerai-berai, dan aku tidak lagi bisa membedakan antara diriku dan segala sesuatu di sekitarku.

"Nadira! Bawa aku kembali!" teriakku.

Seketika, aku merasa tubuhku terhempas kembali ke kamar. Nafasku terengah-engah, keringat dingin membasahi wajahku. Nadira berdiri di sebelahku, memandangku dengan senyum samar.

“Sekarang kau tahu, sedikit tentang kami,” katanya pelan.

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhku masih bergetar karena pengalaman aneh yang baru saja kualami. “Apa yang kau inginkan, Nadira? Mengapa kau di sini?” tanyaku akhirnya dengan suara gemetar.

Dia menatap keluar jendela, seakan mencari sesuatu di kejauhan. “Kami hanya mencari tempat untuk berada. Bumi adalah tempat yang menarik... tetapi kalian manusia terlalu penuh konflik. Mungkin suatu saat, kita bisa belajar hidup berdampingan.”

Setelah malam itu, aku selalu merasa diawasi. Setiap kali melihat Nadira, aku tahu bahwa dia bukan sekadar manusia. Setiap langkahnya, setiap kata yang diucapkannya, membawa misteri yang tak terpecahkan. Aku tidak tahu apakah aku akan pernah bisa merasa aman di dekatnya, tetapi satu hal yang pasti—aku sekarang tahu bahwa aku berbagi kamar dengan makhluk dari dunia lain.

Dan mungkin, dia bukan satu-satunya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!