Nasib malang menimpa Celine Violetta Atmadja. Baru saja dia berkabung kerena meninggalnya sang ayah, dia justru diusir oleh Ibu dan juga saudara tirinya. ternyata selama ayahnya sakit keras, mereka sudah membalik nama semua aset kekayaan milik keluarga Atmadja menjadi milik mereka. Untuk itu, Celine tidak mempunyai pilihan selain pergi dari sana.
Tapi bukan berarti Celine akan diam saja. Dia bersumpah akan membalas ibu dan saudara tirinya itu. Apapun akan dia lakukan, termasuk menikah dengan pria cacat yang kaya untuk membalas mereka.
Nicholas Arian Dirgantara, CEO tampan yang bernasib tragis. Dia harus duduk di kursi roda setelah kecelakaan hebat yang menimpa dirinya 2 tahun yang lalu. Karena hal itu juga, kekasihnya berselingkuh dengan sahabat Nick
Semenjak saat itu, Nick menjadi pria yang agresif. Kondisinya yang tidak bisa berbuat apa-apa membuatnya mudah marah. Hingga suatu hari, ibunya datang membawa seorang wanita yang akan menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Kemarahan Celine
Celine membawakan makanan untuk Nicholas. Dia melihat pria itu yang kembali melihat keluar jendela. Entah ada hal menarik apa di luar sana, sampai-sampai pria itu tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari luar jendela.
"Nick, aku bawakan kau makan malam. Ini aku yang masak sendiri. Kau harus mencobanya." seru Celine.
Nick hanya melirik sekilas dan kembali menatap keluar jendela seolah enggan untuk makan. Tapi Celine tidak kehabisan akal. Dia menyendok makanan dan menyodorkannya didepan mulut Nicholas.
"Ayo, buka mulutmu!!"
"Aku tidak lapar." jawab Nicholas singkat
"Seharian kau tidak makan. Bagaimana mungkin kau tidak lapar?"
Nicholas menolak untuk makan bahkan dia menghempaskan kembali piring ditangan Celine hingga berserakan di lantai.
"Sudah berapa kali aku bilang, aku tidak mau makan. Apa kau tuli, Hah?" teriak Nicholas
Celine mendengus kesal. Ini sudah keempat kalinya Nicholas menyia-nyiakan makanan. Apa dia tidak tahu jika di luaran sana masih banyak orang-orang yang kelaparan? Tapi disini Nicholas justru membuang makanan dengan sia-sia.
"Bereskan makanan itu dan jangan menggangguku." seru Nicholas
Celine memegang kursi roda Nicholas saat pria itu hendak pergi. Dia berdiri dan berkacak pinggang didepan pria itu. "Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan, hah?" teriak Celine
Nicholas menaikkan kedua alisnya. Dia melipat kedua tangannya di depan dada dan ingin melihat, apa yang akan wanita itu lakukan.
"Apa kau tidak tahu, masih banyak orang kelaparan diluar sana. Tapi kau sama sekali tidak bersyukur saat kau masih bisa makan makanan yang enak." Celine meninggikan nada bicaranya. Dia mengeluarkan semua uneg-unegnya yang terpendam dalam sehari. Dia tidak mau hal ini terjadi lagi besok. Cukup sekarang dia memberi pengertian pada Nicholas. Biar pria yang mengaku pintar itu bisa berfikir.
"Aku memang tidak tahu apa yang kau rasakan saat ini, tapi jangan menganggap jika dirimu adalah orang yang paling menderita di dunia ini." Celine sudah cukup bersabar menghadapi Nicholas yang bersikap seenaknya. Tapi Nicholas sudah benar-benar keterlaluan.
"Ya, kau benar. Aku mau menikah denganmu karena ibumu menjanjikan padaku untuk membantuku mendapatkan hak ku kembali."
Nicholas berdecih pelan. Tepat seperti yang dia duga. Di dunia ini tidak ada yang gratis. Begitu juga Celine, tidak mungkin wanita itu mau menikah dengan dirinya yang cacat tanpa imbalan apapun dari ibunya.
Baik? Tidak ada wanita baik-baik yang mau merawatnya dengan menerima imbalan apapun. Bahkan sekarang dia bisa melihat seringai asli wanita di depannya ini.
"Tapi setidaknya aku berusaha untuk bangkit dari keterpurukan ku. Apapun aku lakukan untuk membalas orang yang sudah membuatku menderita. Mereka harus menerima balasan yang setimpal atas apa yang mereka perbuat. Jika aku tidak seperti itu, mungkin sekarang aku sudah memilih menyusul mommy dan Daddy ke surga."
Deg
Nicholas melebarkan kedua matanya sempurna. Apa? Menyusul mommy dan Daddy ke surga? Apa kedua orangtuanya sudah tiada? Nicholas masih terdiam mencerna ucapan Celine. Dia teringat saat pertama kali dia bertemu. Dan saat itu Celine memakai baju hitam, apa mungkin dia baru saja menghadiri pemakaman orangtuanya?
Sial!! Dia jadi penasaran dengan kehidupan wanita didepannya ini. Apa dia mengalami hal yang buruk? Lalu, siapa yang ingin dia balas?
Nicholas menatap kedua mata Celine yang mulai berembun. Sejenak dia merasa kasihan, apa dia sudah keterlaluan? Sial, sepertinya sisi baik Nicholas terlah muncul kembali. Tapi dia segera memalingkan wajahnya, enggan mengakuinya.
"Heh... Sudahlah, lupakan!! Dalam pikiranmu saat ini pasti lebih baik kau mati saja. Dan silahkan lakukan sesuka hatimu. Kau tidak mau makan, maka aku tidak akan memaksamu lagi. Lebih baik aku memberikan makanan pada gelandangan daripada kuberikan padamu." Celine membereskan makanan yang berserakan di lantai dan membawanya ke dapur. Biar saja pria itu mati kelaparan , dia sudah tidak perduli lagi.
"Menyebalkan!!" Celine menghapus air matanya kasar. Baru kali ini dia bertemu dengan pria yang menyebalkan. Putus asa? Bahkan dia juga merasakannya hal itu. Tapi tawaran Andara membangkitkan keinginannya untuk hidup lebih lama. Setidaknya dia harus bisa membalas ibu tirinya dan orang-orang yang bersangkutan dalam konspirasi besar atas kematian ayahnya. Ya , dia yakin jika kematian ayahnya ada sangkut-pautnya dengan ibu tirinya.
Mereka saja bisa mengalihkan semua aset kekayaan keluarga Atmadja, jadi tidak menutup kemungkinan mereka juga bisa menyabotase pengobatan ayahnya.
Huh... Bodohnya, kenapa dia baru menyadarinya sekarang? Apa dia terlalu baik sampai-sampai mereka bisa seenaknya saja pada dirinya? Itu artinya dia harus mulai merubah sikapnya, bukan. Dan orang pertama yang akan merasakan perubahannya adalah Nicholas.
Sikap yang nicholas tunjukan padanya tidak ada apa-apanya dibandingkan Soraya yang sudah tega mengusirnya. Dia yakin saat ini dia tengah menikmati kekayaan peninggalan ayahnya.
Dan benar saja, Soraya mengundang teman-temannya untuk berpesta di rumah mewah keluarga Atmadja. Padahal baru tadi pagi suaminya dikebumikan. Tapi tidak terlihat kesedihan sedikitpun di wajah Soraya dan Indira. Meraka justru meliuk-liuk kan tubuh mereka dengan iringan musik yang diputar. Bau alkohol dan rokok memenuhi ruang tamu yang saat itu disulap menjadi mini bar.
"Ha ha ha... Ayo, kita bersenang-senang!!" sorak Soraya. Mereka bersulang dan menenggak alkohol yang entah sudah ke berapa.
Para pelayan dan tukang kebun hanya bisa menggelengkan kepalanya miris. Di suasana yang masih berkabung, mereka justru berpesta. Tapi mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa karena sekarang Soraya adalah majikan mereka. Dan mereka harus menuruti perintah wanita itu.
"Kau sangat hebat, Sora. Kau menjadi janda kaya sekarang." seru Nita, sahabat Soraya
"Iya benar. Sering-seringlah mengadakan pesta, aku akan senang hati datang." timpal temannya yang lain.
Soraya hanya tertawa, impiannya menjadi orang kaya sudah tercapai. Dan sekarang tidak ada yang bisa menghinanya miskin lagi. Bahkan teman-temannya pun mengakuinya.
Uang memang merubah pandangan orang-orang pada kita. Mereka lebih menghormati kita, memandang kita bahkan memuji-muji kita. Untuk itu Soraya melakukan segala cara untuk menjadi kaya raya bahkan rela melakukan hal besar yang tidak diketahui semua orang termasuk Celine.