Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.
Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.
Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.
Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Katakan atau Cerai
Daru berdiri tegak di samping Nisa sang Istri, pandangannya berubah tajam ketika kata-kata dokter mengenai ketidakcocokan golongan darah itu menggema dalam pikirannya.
Daru memutar tubuhnya perlahan, menghadap Marni yang berdiri di depan Dokter, lalu terus memandangnya dengan wajah penuh tanda tanya yang seakan tidak percaya dengan sebuah keganjalan ini
"Marni. Jelaskan apa maksud ini?" suara Daru terdengar lebih berat dari yang biasa. Nada itu penuh dengan keraguan dan amarah yang mulai membuncah. Ia sudah lama merasa ada sesuatu yang disembunyikan dari dirinya, tapi tak pernah menyangka sampai sejauh ini. Pandangannya menembus Marni, seolah ingin mencari jawaban di dalam mata istrinya itu. Ini adalah pertama kalinya Daru menatap dalam Istri keduanya itu.
Marni terdiam, tubuhnya kaku, merasa seolah-olah ada jurang yang semakin dalam antara mereka. Tatapan Daru begitu tajam, seolah hendak menelannya hidup-hidup. Setiap detik terasa begitu berat. Ia ingin berbicara, ingin menjelaskan, tetapi kata-kata itu terasa tertahan di tenggorokannya.
Jika yang sebenarnya terbongkar, Marni tahu bahwa ini bukan lagi soal darah Kevin. Ini soal hidup dan masa depan mereka, Marni tidak tahu bagaimana kedepannya jika Ia tidak berdiri di balik pengaruh dan kekuasaan keluarga Damar.
"A_aku.... Kevin."
Marni terbata, tidak tahu harus mengatakan apa. Ingin mengelak tapi Dokter yang masih menyaksikan mereka tidak bisa di bohongi dengan kata-kata.
Ketika Marni tak mampu memberi jawaban, Daru semakin mendekat.
"Kenapa aku baru tahu ini sekarang?" kata Daru, suaranya yang sedikit bergetar, tapi lebih karena amarah yang terkendali, bukan kekhawatiran tentang Kevin.
"Kenapa tidak pernah kau ceritakan tentang ini padaku, Marni? Apa kau ingin menipuku?" lanjut Daru menekan kata-katanya takut tidak bisa mengontrol diri, apalagi mereka berada di rumah sakit.
"Suami ku."
Nisa mencoba meredakan emosi Daru, sedangkan Luna yang juga ada di sana hanya terbengong dengan kemungkinan akan terbongkarnya sebuah fakta tersebut.
"Kali ini aku tidak bisa diam lagi, sayang. Wanita itu ingin mempermainkan keluarga Damar!" tunjuk Daru pada wajah Marni yang saat ini sudah memucat tanpa aliran darah lagi
Marni merasa seluruh tubuhnya kaku. Ia ingin berteriak, ingin berlari. Tapi Kevin di dalam sana membutuhkannya.
Bruk!
"Tolong selamatkan Kevin dulu. Dia itu tetap anak kita."
Marni tidak tahu harus berbuat apa lagi, Ia segera berlutut memohon pada Daru dengan linangan air mata.
"Anak kita?" Daru mengulang perkataan Marni.
"Mbak Marni benar Tuan. Nyawa Kevin sedang di pertaruhkan sekarang. Sebaiknya kita bahas ini nanti setelah keadaan nya membaik," sahut Luna setuju.
Apapun yang terjadi di antara mereka, Kevin tetap tidak boleh di abaikan di tengah ketegangan saat ini.
Marni tidak meneriaki Luna seperti sebelumnya, karena sekarang wanita itu sedang tersudutkan dan bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri.
"Dok, tolong lakukan yang terbaik, sementara kami akan mencari golongan darah yang cocok," kata Nisa pada Dokter agar sang Dokter segera menangani Kevin.
Dokter kembali masuk ke dalam UGD, sedangkan Nisa mulai sibuk menghubungi seseorang untuk mencarikan nya darah yang sama seperti milik Kevin.
_____________________
Di sinilah mereka berada, kembali ke kediaman Damar dan kini Marni telah menjadi terdakwa dalam kasus yang sebelumnya terjadi di rumah sakit.
Srak!
"Jelaskan apa arti semua ini, Marni!"
Daru melemparkan hasil tes DNA dirinya dan Kevin di depan wanita itu. Marni terdiam, tidak bisa mengelak lagi karena bukti sudah ada di depan mata.
"Huhuhu...."
Marni hanya bisa menangis, wanita itu sepertinya berbeda jika berada dalam situasi yang merugikannya. Biasanya Marni hanya pintar marah-marah.
"Aku tidak menyuruhmu menangis. Cepat katakan!" teriak Daru tidak tahan lagi dengan diamnya Marni.
"Nak Daru, tolong tenang, Nak. Mungkin ini ada kesalahpahaman," sahut Nia. Wanita tua itu juga ada di sana karena Ia tidak mau membiarkan Putrinya, Marni menanggung kemarahan Daru seorang diri.
"Ibu Mertua. Saya menghormati anda. Tolong jangan ikut campur saat saya berbicara dengan istriku," peringat Daru membuat Nia terdiam tidak bisa berkata-kata, selain itu Ia juga takut Daru ikut marah padanya.
"Daru, tolong maafkan aku. Kita bisa membuat anak kembali. Semua ini juga karena salah mu yang tidak pernah lagi mau menyentuhku," ucap Marni kemudian yang tiba-tiba malah ikut menyalahkan Daru.
"Saat seperti ini kau masih berani membalas perkataan ku? Aku bilang cepat katakan atau kau ku ceraikan sekarang juga!"
Marni terkejut dan langsung berlutut, Ia tidak mau bercerai dengan Daru, apa yang akan terjadi padanya kalau tidak menjadi Istri Daru lagi. Gaya glamornya tidak akan terpenuhi jika hanya mengandalkan kemampuan nya sendiri dalam mendapatkan uang.
"Ampun Daru. Kevin memang bukan anak kita. Aku salah sudah membohongi mu selama ini. Tolong jangan ceraikan aku," mohon Marni dengan bercucuran air mata memikirkan nasib hidupnya ke depan jika di ceraikan oleh Daru.
"Daru, tolong beri aku kesempatan. Kita buat anak kembali. Lagipula Nisa tidak bisa memberi kamu anak. Hanya aku yang bisa memberinya untuk mu," lanjut Marni mencoba membujuk.
Bukan nya menyetujui, Daru justru menendang acuh Marni membuat wanita itu tersungkur ke lantai karena hempasan kaki Daru saat Ia memohon.
"Apa kau pikir aku masih sudi? Tidak!" putus Daru tidak bisa di ganggu gugat lagi.
"Kenzo, bawa orang itu ke sini sekarang," perintah Daru pada Asisten nya tersebut. Entah siapa yang Ia suruh untuk di bawa ke hadapannya.
"Samsul?!" kaget Marni begitu pria yang bernama Samsul di bawa ke hadapan mereka oleh Kenzo dengan kedua tangannya terikat di belakang badan pria itu.
"Cepat mengaku," sarkas Kenzo sambil membuat Samsul berlutut saat menendang lutut nya dengan keadaan tangan masih terikat.
"Apakah aku bisa kembali bekerja jika mengatakan yang sebenarnya? Aku tidak akan di penjara kalau berkata jujur?" tanya Samsul masih berani mencari penyelamatan untuk dirinya sendiri di tengah keadaan genting seperti sekarang ini.
"Ayo bicara bodoh! Jika tidak, bukan hanya itu atau memenjarakan mu. Aku akan membuat anak-anak dan Istri mu serta Ibu mu yang sekarat itu menerima akibatnya," ancam Kenzo.
Setelah Ia mencari tahu siapa Ayah biologis Kevin, Kenzo juga mengantongi semua tentang Samsul. Apalagi kebusukan nya pada perusahaan yang selama ini tidak tercium ke permukaan.
Samsul juga di rekomendasikan oleh Marni, wanita ular itu mengatakan kalau Samsul adalah saudara sepupunya, tapi ternyata pria itu tidak lebih dan tidak bukan adalah selingkuhan nya. Bahkan mereka berani bermain di belakang Daru tanpa takut akan akibat dari perbuatan mereka.
"Kenzo, kamu berhasil mengamankan keluarganya juga?" tanya Nisa tidak percaya dengan kecepatan Kenzo menangani Samsul dalam waktu singkat.
"Benar, Bu Nisa. Mereka semua sudah ada dalam genggaman kalau orang ini tidak mengaku juga. Terimakasih atas saran Bu Nisa," kata Kenzo.
Ya, semua dengan mudah terpecahkan karena bantuan wanita itu, entah bagaimana Ia bisa tahu kalau Samsul lah Ayah biologis Kevin.
"Samsul, apa maksud tentang anak-anak dan Istri yang Kenzo katakan? Kau berani menipuku. Sejak kapan kau punya Istri?!" marah Marni tidak percaya dengan kenyataan baru tersebut tentang kekasihnya itu.