'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Setelah dari rumah sang ayah, Xannia melanjutkan perjalanannya menuju perusahaan.
Setelah sampai di perusahaan, wanita dengan mata indah itu langsung masuk ke ruang kerjanya yang sudah ada beberapa temannya disana.
Airin langsung berdiri dan menghampiri Xannia, setelah melihat kedatangan wanita itu.
"Oh God, kau kemana saja kemarin malam? Aku dan Julia hampir gila karna mencarimu," kata Airin yang langsung mencecar Xannia dengan pertanyaan.
"Lalu tiba-tiba paginya kau meneleponku untuk meminta izin tak masuk tanpa menjelaskan apa yang terjadi," ujar Airin.
"Sorry, aku tidak memberitahumu. Aku pergi dengan temanku malam itu," jawab Xannia yang tidak ingin membuat Airin khawatir.
"Kau yakin? Bukan teman baru yang kau temui di club kan?" tanya Airin.
"Bukan, dia teman lamaku," kata Xannia.
"Kau membawa mobilku kan?" tanya Xannia.
Dan Airin menganggukkan kepalanya.
Xannia berjalan menuju meja kerjanya dan mendudukan dirinya di kursi, dia mengeluarkan semua pekerjaannya dan menyalakan komputernya.
"Kau sudah dengar berita?" bisik Airin yang ada di hadapan Xannia.
"Berita apa?" tanya balik Xannia.
"Pemilik perusahaan ini akan menikah dan pestanya akan di adakan minggu depan," kata Airin.
"Benarkah?" tanya Xannia.
"Hmm..." sahut Airin.
"Banyak gosip yang beredar jika ada yang melihatmu bicara dengan seorang wanita di lobby perusahaan, dan wanita itu bilang dia adalah calon istri boss," kata Airin.
"Mungkin itu hanya gosip dan calon istrinya bukan dia," sahut Xannia.
"Dan menurut gosip jika wanita itu adalah adikmu," kata Airin.
Xannia terlihat tertawa dengan hambar.
"Kau percaya gosip? Aku tak memiliki adik, dan aku anak satu-satunya, ibuku hanya melahirkan aku," jawab Xannia.
"Bisa saja wanita itu hanya mengaku-ngaku," ujarnya.
"Kau benar juga," sahut Airin.
Mereka pun kembali melanjutkan pekerjaan mereka setelah kedatangan tuan Joe.
Hingga pukul sepuluh, Xannia masih sibuk dengan pekerjaannya.
Wanita cantik itu terlihat meregangkan otot-otot tubuhnya karna terlalu lama duduk.
"Xannia, antarkan berkas ini ke ruangan tuan Davendra," kata tuan joe yang keluar dari ruangannya dan menghampiri Xannia.
Xannia mengambil berkas itu dan seketika saja pandangan joe yang memang teliti menangkap sesuatu yang berbeda di antara jari-jari Xannia.
"Kau sudah menikah Xannia?" tanya tuan joe.
Dan sontak saja perkataan dari atasannya itu membuat Airin juga melihat ke arah jari manis Xannia yang terdapat sebuah cincin dengan berlian kecil di tengah-tengahnya.
Dan Airin yang notabenenya seorang wanita dan suka berbelanja tahu, walau hanya berlian kecil namun harganya sangat fantastis, apa lagi jika cincin itu dari merek yang terkenal.
"Kapan kau memakainya Xannia? Seingat ku kemarin malam kau tak memakainya" kata Airin.
"Ini cincin pemberian mendiang ibuku, dan aku baru mengambilnya tadi pagi di rumahku," elak Xannia.
"Lalu, kenapa kau memakainya disana?" tanya Airin.
"Sudahlah, kembali ke pekerjaanmu Airin. Mungkin Xannia ingin menghindari dirinya dari pria dengan berpura-pura sudah menikah," kata tuan Joe dan kembali masuk kedalam ruangannya.
"Kau sangat aneh, Xannia," kata airin.
"Aku hanya ingin fokus dengan pekerjaanku dan tak ingin terbebani dengan urusan percintaan," kilah Xannia.
Ia keluar dari ruangannya sambil membawa berkas di tangannya.kemudian ia masuk kedalam lift untuk menuju ke lantai di mana ruangan Davendra berada.
Ting...
Lift berhenti dan Xannia keluar dari sana setelah pintunya terbuka.
Sydney berjalan menyusuri lorong yang hanya dua ruangan disana.
Setelah sampai di depan ruangan Davendra dia berpapasan dengan Rafa yang baru saja keluar dari ruangan Davendra.
Rafa membungkukkan sedikit tubuhnya.
"Apa anda ingin bertemu dengan tuan?" tanya nya dengan ramah.
"Iya, saya hanya ingin mengantarkan ini dari tuan Joe," jawab Xannia dengan sikap profesionalnya.
"Apakah dia sedang ada tamu?" tanya Xannia.
"Iya," sahut Rafa.
Lalu, arafa mendapat pesan dari sang boss dan menyuruhnya agar membiarkan Xannia masuk.
"Anda bisa masuk kedalam," kata Rafa.
"Tidak, saya akan menunggu disini saja bersama Rendy dan akan masuk jika tamunya sudah keluar," sahut Xannia.
"Tapi, tuan menyuruh anda untuk masuk," ujar Rafa
"Benarkah?" tanya Xannia.
Rafa menganggukkan kepalanya dan membukakan pintu untuk Xannia
Dengan ragu-ragu Ia masuk kedalam.
Dan setelah masuk, rasa ragu-ragu nya seketika lenyap setelah melihat siapa yang ada di hadapannya.
Seketika pandangan Xannia menjadi tajam melihat kedua orang yang ada di depannya.
Terlihat Maria menyunggingkan bibirnya dan menghampiri xannia
"Kakak," ujarnya dengan suara manis yang malah terdengar seperti suara cempreng bagi Xannia
Ia tak bereaksi apapun, matanya hanya fokus menatap Davendra
Xannia mengabaikan Maria dan berjalan mendekat pada Davendra, dia bahkan tak menyapa sang ayah yang di lewatinya.
"Kakak, kau tak menyapa daddy?" ujar Maria.
Xannia membalikkan tubuhnya dan menatap tajam Maria.
"Kalian datang kesini untuk urusan pekerjaan bukan? Maka bersikaplah profesional dalam bekerja," kata Xannia
Sementara Martin hanya diam saja dan hanya melihat gerak-gerik putri pertamanya.
Xannia menaruh berkas itu di atas meja kerja Davendra.
Sedangkan Maverick beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Martin.
"Kita akan membahasnya lagi nanti," kata Davendra.
"Ya, semoga kerjasama kita berjalan dengan lancar," sahut Martin.
Maria pun mendekat pada ayahnya dan tersenyum pada Davendra.
Martin menjabat tangan Davendra sebagai tanda kerjasama, dan saat Maria mengulurkan tangannya Davendra justru mengabaikannya.
"Ahh, satu lagi! Datanglah ke pesta pernikahan saya minggu depan, undangannya akan saya kirimkan ke rumah anda," kata Dave dengan wajah datarnya.
"Anda sudah menikah?" tanya Martin yang sedikit terkejut dan begitupun dengan Maria.
"Tentu saja," jawan Davendra sambil memperlihatkan cincin yang ada di jari manisnya.
Seketika Maria memaksakan senyumnya, dan harapannya menjadi nyonya Davendra sirna.
"Wanita itu pasti sangat beruntung bisa menikah dengan anda," kata Maria berbasa-basi.
"Tentu saja dia sangat beruntung memiliki aku," sahut Davendra dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Sedangkan Xannia menahan dirinya untuk tak membungkam bibir pria itu.
"Semoga pernikahan anda selalu bahagia," kata martin
"Hmm," sahut Dave yang memang jarang sekali mengucapkan terima kasih.
"Kalau begitu kami permisi," kata martin.
Sebelum meninggalkan ruangan itu, Martin melihat kearah Xannia yang ada di belakang Davendra.
"Jangan lupa untuk pulang nanti malam," kata Martin.
Xannia tak menyahuti perkataan sang ayah dan hanya diam saja sambil menatap dingin kearah dua orang yang sudah menghilang di balik pintu.
"Aku juga akan keluar," kata Xannia.
Davendra menahan tangannya saat Xannia sudah berjalan melewatinya.
Davendra menarik tangan itu dan membuat Xannia berbalik dan mereka saling berhadapan.
"Kenapa dia menyuruhmu pulang?" tanya Davendra dengan wajah datarnya.
"Hanya pertemuan keluarga, orang tua Arsen akan datang dan ayahku akan mempercepat pernikahannya," sahut Xannia.
"Lalu, kau akan datang?" tanyanya lagi.
Wanita itu tertawa dan seketika wajahnya berubah menjadi datar lagi.
"Tentu saja tidak," kata Xannia.
"Untuk apa mereka kemari?" tanya Xannia.
Dave melingkarkan tangannya di pinggang ramping Xannia.
"Hanya urusan pekerjaan," jawab Davendra.
"Aku dengar ayahku mengajukan perjodohan untukmu dan wanita itu," kata Xannia.
"Hmm, dan karna itu jugalah kau menikah denganku ," tebak Davendra.
"Hmm, aku ingin mengambil semua yang akan menjadi miliknya, seperti dia mengambil milikku," ucap Xannia dingin.
Cup . . .
Pria itu mengecup bibir seksi Xannia yang ada di hadapannya.
"Aku tak bisa membiarkan ini menganggur," kata Dave dengan wajah santainya.
"Aku akan keluar dan kembali bekerja, tuan joe akan marah jika aku belum kembali," ujar Xannia.
"Atasanmu adalah aku, dia tahu kalau kau pergi ke ruanganku," kata Davendra.
Tangan Dave menjalar hingga meremas bokong Xannia.
"Dave," sentak Xannia karna terkejut.
Sedangkan Davendra hanya menyunggingkan senyum miringnya.
Ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Xannia.
"Oh God," ujar Xannia setelah ciuman mereka terlepas.
"Ini di perusahaan," ucap Xannia.
"Memang kenapa," sahut Dave dan kembali mencium bibir itu dengan sedikit lumatan.
Bersambung . . .