Cinta memang tidak pandang usia. Seperti itulah yang dialami oleh seorang gadis bernama Viola. Sudah sejak lama Viola mengangumi sosok adik kelasnya sendiri yang bernama Raka. Perbedaan usia dan takut akan ejekan teman-temannya membuat Viola memilih untuk memendam perasaannya.
Hingga suatu kejadian membuat keduanya mulai dekat. Viola yang memang sudah memiliki perasaan sejak awal pada Raka, membuat perasaannya semakin menggebu setiap kali berada di dekat pemuda itu.
Akankah Viola mampu mengungkapkan perasaannya pada Raka disaat dia sendiri sudah memiliki kekasih bernama Bian. Mungkinkah perasaannya pada Raka selamanya hanya akan menjadi cinta terpendam.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 : Rumah kedua Raka.
Seperti biasa, Raka menunggu Viola keluar dari kelas. Tapi kali ini Raka bukan menunggu di dekat pintu gerbang sekolah, melainkan didepan kelas Viola. Beberapa anak mulai keluar satu persatu, mereka langsung menjadikan Raka pusat perhatian mereka.
"Njirrrr, Raka bro," ujar Denis menyenggol lengan Rama.
"Wah, Viola beneran jadian sama anak kelas dua itu?" Timpal yang lainnya.
"Romantis banget ya Raka, sampai nungguin Vio didepan kelas," decak kagum seorang gadis menatap kagum pada Raka yang sedang berdiri sambil menyenderkan tubuhnya ke tembok.
Dian keluar bersama dengan Amel. Keduanya nampak terkejut melihat keberadaan Raka didepan kelas mereka. Sementara Viola baru selesai memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Dia memakai tas ranselnya dan menyusul dua sahabatnya keluar.
"Ada apaan sih?" Tanya Viola saat hampir semua teman-temannya berdiri di depan kelas. Dia belum menyadari kehadiran Raka disana.
"Vi huss__ husss___" Amel memberikan kode dengan matanya. Mata Viola membulat saat menyadari kehadiran Raka disana.
Pemuda itu menoleh dan berjalan ke arahnya. Viola menelan salivanya kasar.
"Ayo pulang." Raka meraih tangan Viola dan menggenggamnya tanpa ada rasa canggung. Teman-teman Viola langsung bersorak.
Wajah Viola merona malu seperti kepiting rebus. Raka membawanya melangkahkan. Bian yang melihat pemandangan itu mengepalkan tangannya kuat. Dadanya bergemuruh hebat. Hampir saja dia lepas kontrol jika Dian tidak menahan dan memegangi lengannya.
Keduanya terus menjadi pusat perhatian. Viola menatap tangannya yang digenggam oleh Raka. Para gadis mulai berbisik-bisik, ada beberapa yang menatap tidak suka, khususnya pada Viola. Situasi seperti ini membuat Viola merasa canggung dan tidak nyaman.
Berbeda dengan Viola, Raka terlihat tetap tenang seolah tak mempedulikan sekitarnya. Pemuda itu menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Viola. "Kenapa? Gak nyaman?" Tanyanya.
Viola mengangguk, "Malu."
Raka tersenyum, dia melepaskan genggaman tangannya dan mengambil satu langkah kaki ke samping. "Kamu duluan, aku dibelakang."
Viola mengangguk dan berjalan lebih dulu didepan. Raka mengikuti dibelakang, tatapannya terus tertuju pada Viola, dia hanya ingin gadisnya merasa aman dan nyaman.
Sesampainya di parkiran, Raka mengambil motornya. Viola mengeluarkan jaket Raka dari dalam tas miliknya dan memakaikannya.
"Ayo naik," ajak Raka setelah membantu Viola memakai helm.
"Kita jadi main ke rumah kamu?" Tanya Viola. Raka mengangguk.
"Kenapa? Gugup ya?"
"Iya."
"Ayo naik aja dulu," ajaknya lagi.
Viola membonceng naik. Motor matic itu melaju meninggalkan area sekolahan. Setelah melewati jalan Raya yang cukup padat, mereka masuk ke sebuah gang-gang kecil yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua saja. Didepan sebuah rumah sederhana yang dikelilingi oleh sebuah pagar bambu Raka menghentikan motornya.
Keduanya turun dari atas motor. Viola menatap sekelilingnya sambil melepas helm yang menutup kepalanya.
"Ini rumah kamu?" Tanya Viola.
"Anggap saja seperti itu," jawab Raka meraih helm ditangan Viola.
Seorang wanita berusia 50 tahunan keluar dari dalam rumah dengan memakai daster dan rambutnya yang dijepit ngasal.
"Sudah pulang Ka?" Tanyanya. Raka mengangguk.
"Sudah Bu." Raka mendekati wanita itu dan menyalaminya takzim.
"Itu siapa?" Tunjuknya pada Viola.
"Kenalin Bu, ini teman sekolah Raka, namanya Viola." ujar Raka memperkenalkan.
"Oh Viola, cantik ya," pujinya.
Viola mendekat dan ikut menyalami wanita itu.
"Saya Bu Sumi. Raka ada cerita sesuatu sama kamu?" Tanya Bu Sumi. Viola nampak menggeleng kikuk. "Ya sudah ndak apa-apa, ayo masuk," ajak Bu Sumi.
Viola menatap sekelilingnya, rumah itu jauh dari kata sederhana yang ada di pikiran Viola. Sebuah ruangan yang disebut sebagai ruang tamu bahkan luasnya hanya seukuran luas kamar Viola. Beberapa foto terpajang di dinding dan diatas lemari kecil, tapi tak ada satupun foto Raka disana.
"Ayo duduk," ajak Bu Sumi. Sementara Raka masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.
Viola dan Bu Sumi duduk di atas sebuah bangku panjang yang terbuat dari kayu jati. Sangat jauh dari berbeda dari kursi empuk yang biasa diduduki oleh Viola dirumah.
"Ibu hanya tinggal berdua sama Raka disini?" Tanya Viola sedikit canggung.
"Nggak, Kami tinggal berempat disini. Ada ibu, bapak sama anak ibu yang bontot, namanya Dodo, dia sudah kelas dua SMP. Kalau Raka disini itu tamu."
"Tamu?" Viola jadi teringat ucapan Hilda beberapa waktu lalu jika Raka sedang menjalani hukuman. Mungkinkah ini hukuman yang dimaksud oleh Hilda?
"Iya tamu. Ya anggap saja ini rumah kedua untuk Raka."
"Bu___ ibu____" teriak seorang anak laki-laki sambil berlari masuk ke dalam rumah. "Kak Raka sudah pulang Bu?" tanyanya.
"Kamu ini habis main kemana, kok baju kamu kotor banget seperti ini." Bu Sumi menghela nafas berat sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat pakaian anaknya yang kotor dengan lumpur.
"Dari sawah Bu, habis nyari belut sama nyari ikan disungai," anak itu menoleh ke arah Viola. "Ini siapa Bu? Cantik ya," pujinya.
"Ini temennya kakak kamu," jawab Bu Sumi. "Nak Viola, ini anak ibu yang tadi ibu ceritain, namanya Dodo."
"Temen apa pacar Bu?"
"Huusshh_ kamu ini kecil-kecil kepo aja urusan orang," ujar Bu Sumi. Dodo terkekeh.
Raka keluar dari dalam kamar dan sudah berganti pakaian hanya dengan memakai celana pendek selutut dan kaos biasa. Penampilan sederhananya tak merubah ketampanannya dimata Viola.
"Kak Raka, ke sawah yuk!" Ajak Dodo dengan semangat 45.
"Weleh-weleh, kakak kamu ini baru pulang, lah kok mau diajakin main ke sawah," protes Bu Sumi pada anak laki-lakinya.
"Nggak apa-apa Bu." Raka menatap ke arah Viola yang sedang duduk di samping Bu Sumi. "Kamu mau ikut?"
"Heh__" Viola menatap dirinya sendiri dimana dia masih mengenakan seragam sekolah dan jaket Raka. "Tapi aku gak bawa baju ganti."
Bu Sumi tersenyum, "Bentar, ibu ambilin baju ganti buat kamu ya."
Bu Sumi bangun dan masuk ke dalam kamarnya. Satu menit kemudian dia keluar dengan membawa sebuah daster berwarna kuning dengan corak-corak bunga.
"Ini bajunya Delisa, kakaknya Dodo. Delisa ini anak ibu yang paling gede, tapi dia sudah nikah dan sekarang tinggal sama suaminya. Nih pake aja," Bu Sumi mengulurkan daster ditangannya. Viola bangun dari duduknya, dengan ragu-ragu Viola mengambil daster itu dari tangan Bu Sumi.
"Oh my god. Seorang Viola Anastasya memakai daster? Bisa diketawain gue kalau Amel sama Dian lihat nih!" Batin Viola menatap daster kuning kembang-kembang ditangannya.
...❤️❤️❤️...
seharusnya kamu bangga,punya cowok brondong...😆😆😆
5🌹 dulu buat ka author biar semangat up
aku kadang sampe kaget... nukan histeris lho ya.. kalo liat belut hutan yg gedenya kek ular
Viona ada drama kecebur gak?? si Raka kasih cpr... ehhh🤭🤭🤭
awas... ntar tersebar luas,, mualuu lhoo🤣🤣