Seorang wanita bernama Puteri mempunyai masa lalu yang kelam, membuatnya memunculkam sifat aslinya. Seperti seseorang yang mempunyai dua kepribadian, plot twist dalam setiap kehidupannya membuat kisah yang semakin seru
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Setelah hari itu Puteri mulai menunjukan sikap yang sedikit berubah, karena tidak mau diejek terus oleh teman-temannya Puteri pun memutuskan untuk mencari pacar.
Saat sedang bersiap-siap untuk pulang kerja, ia bertemu dengan temannya bernama Deni. Ia adalah kenalan Puteri yang pernah bekerja diperusahaan itu, namun resign karena satu dan lain hal, kala itu ia sedang bersama temannya bernama Rahman, iseng ingin menemui Puteri, untuk meminta informasi lowongan kerja dikarenakan temannya itu baru saja di PHK.
Kebetulan hari itu Puteri tidak dijemput Ayah, jadi ia punya waktu luang untuk mengobrol, kemudian mereka sama-sama menuju cafe terdekat. Setelah mengobrol panjang lebar, mereka pun bertukar nomor telepon lalu pulang.
Singkat cerita Puteri sudah sampai dirumahnya, kemudian ponselnya berdering memunculkan nomor baru yang ia tidak kenal. Puteri mengangkat teleponnya, ternyata itu Rahman, temannya Deni, ia sengaja meminta nomor Puteri, karena sepertinya Rahman tertarik padanya.
Hampir setiap hari Rahman dan Puteri berkomunikasi, selain lewat telpon, tak jarang juga mereka ketemuan walau hanya sekedar nongkrong di warung kopi.
Komunikasi mereka yang intens itu menjadikannya lebih akrab, Puteri yang memang dasarnya seorang gadis baik-baik dan awam tidak mau ambil pusing dengan status Rahman yang masih menganggur.
Hari demi hari Rahman dan Puteri semakin dekat, hingga akhirnya Rahman memutuskan untuk menyatakan cinta pada Puteri.
Puteri yang sudah baper dan nyaman dengan Rahman pun berniat untuk menerima Rahman sebagai kekasihnya. Ia begitu yakin bahwa Rahman memang mencintainya dengan tulus. Hal itu dibuktikan oleh Rahman, ia dengan setia menggantikan ayah untuk selalu menjemput Puteri sepulang kerja.
Hingga tanpa disadari, semakin hari Rahman seolah menikmati statusnya sebagai pengangguran. Bagaimana tidak, setiap pulang menjemput, dengan royalnya Puteri selalu mentraktirnya makan dan membelikan bensin untuk kekasihnya itu, tak jarang juga Puteri tak segan-segan memberi Rahman uang untuk sekedar jajan atau membeli rokok untuknya..
Hingga suatu hari, Rahman bersama kedua saudari sepupunya berencana ingin tripple date disebuah cafe didaerah dago atas, dengan bangga Rahman menggandeng tangan Puteri dan memperkenalkannya kepada kedua saudari Rahman beserta kekasihnya masing-masing, menikmati malam minggu yang romantis di cafe yang terletak di daerah dago atas itu..
Dengan nuansa malam yang dingin, diiringi suara merdu sang vocalis yang berada dicafe, membuat Puteri merasa bahwa kehadirannya begitu beruntung, karena akhirnya ia merasakan, berada ditengah kaum muda mudi yang sedang asik bermalam minggu ria, sebab hal itu tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Ketika sedang asik mengobrol, tiba-tiba Rahman berbisik kepadanya."Yank, nanti besok kita main kerumah Ima yuk, Ima besok ulang tahun dan mau bikin party di rumahnya", jelas Rahman kepadaku.
Ima adalah salah satu saudari sepupunya yang kini sedang berada ditempat yang sama denganku. Hanya saja meja kami sedikit berjauhan.
" Boleh yank, jam berapa? kebetulan aku besok gak lembur, nanti kamu jemput aku aja lalu kita kerumah Ima," , jawabku kemudian.
"Tapi yank, aku gak punya uang untuk kado nya Ima, kamu yang beliin ya!!!," Pinta Rahman kepadaku.
Sudah menjadi rahasia umum setiap kencan atau jalan-jalan kemanapun Puteri lah yang mengeluarkan uang.
"Hu'um, emang mau ngasih kado apa yank??," Tanyaku pada Rahman.
"Terserah kamu aja, yang penting kita harus bawa kado, kalo enggak malu lah, ngapain kita kesana kalo gak bawa apa-apa??,", lanjut Rahman kemudian sambil mengaduk-ngaduk minumannya.
********************
Hari esok pun tiba, dimana Ima berulang tahun yang ke 20 tahun. Sepulang kerja, aku mampir ke sebuah toko membeli hadiah, yaitu sepasang kaos couple untuk dikenakan Ima dan kekasihnya, karena kala itu aku mendengar Ima ingin mengenakan kaos couple dengan kekasihnya jika kelak mereka pergi berkencan lagi.
Dengan hanya menebak, kupilihkan baju hitam dengan ukuran M untuk pria dan S untuk wanita, yang menurutku sesuai dengan ukuran Ima dan kekasihnya lalu ku bungkuskan dengan box berwarna merah muda, serasi dengan pitanya seperti warna kesukaan Ima.
Sampailah kami ditempat pesta, acaranya berlangsung sangat meriah, walau tanpa kehadiran orang tua mereka dan hanya dihadiri oleh anak-anak muda seusia kami.
********************
Rahman pun mengajak ku duduk di taman belakang, yang berada tidak jauh dari tempat pesta. Aku yang kala itu tidak berpikir yang aneh-aneh mengikuti kemana Rahman membawaku.
Kami pun duduk sambil memandangi mereka yang tengah asik berpesta, ada yang berdansa, ada pula yang sedang fokus menikmati makanan yang disajikan, atau hanya sekedar ngobrol-ngobrol sambil menikmati minuman ringan.
Tiba-tiba Rahman menolehkan wajahnya ke arahku. Dan ia menciumku.. Benar.. Rahman mencium bibirku dengan tanpa ragu.
Jantungku berdegup kencang tak karuan.. Apa itu? pikirku bertanya-tanya bagaiman bisa terjadi.. secepat itu?.. my first kiss?. OH MY GOD.. apa aku bermimpi?..
Cuuuup.. lalu Rahman mencium bibirku lagi lebih lama dari yang sebelumnya..Ya memang kami berciuman disini.., tentu saja dengan perasaan was-was, karena takut akan ada yang melihat kami.
Itu adalah ciuman pertamaku dengan seorang pria, ya walau Rahman bukan pacar pertamaku tetapi aku baru pertama kali menyerahkan bibirku untuk dikecup pria.
Setelah dia melepaskan pagutannya dibibirku kemudian dia mengucapkan terima kasih, karena telah menemani nya ke pesta saudarinya itu, dan juga karena aku mau bersamanya, sekalipun statusnya sampai hari ini masih seorang pengangguran.
********************
Tidak terasa waktu pun sudah menunjukan pukul 10 malam, itu artinya sudah waktunya aku untuk pulang kerumah sebelum ayahku mengomel.
Ya hari itu ayah sebenarnya berniat menjemputku, tetapi ku bilang tidak perlu, karena Rahman akan menjemputku sepulang kerja lalu kami akan menghadiri party dari saudarinya Rahman. Ayah mengizinkan, dengan syarat jam 10 sudah harus pulang.
Akupun segera pamit pada Ima dan yang lainnya dan Rahman pun menyalakan motor, lalu aku naik dan kamipun melaju meninggalkan tempat itu..
Waktu menunjukan pukul 11 malam.. Ya Tuhan jantungku berdegup semakin kencang, bagaimana ini.. Gumamku dalam hati, bukan karena aku mengingat kejadian yang tadi, tetapi apa yang harus ku katakan kepada Ayahku kelak ketika aku sampai dirumah..
Aku pamit kepada ayahku dan berjanji pulang pukul 10 malam sudah dirumah, tetapi apa sekarang, sudah pukul 11 malam dan aku masih berada di jalan, pikiranku terus meracau dan semakin gelisah
30 menit kemudian Puteri sampai didepan pintu rumahnya tepat pukul 11.30 malam.
TOK TOK TOK, Puteri mengetuk pintu tidak lama pintu pun terbuka menampakan sosok ayahnya dengan wajah datar dan berkata, "Jam berapa ini? MASUK!", ayahku mulai meninggikan suaranya.
Kemudian aku pun masuk, dan Rahman pergi meninggalkan halaman rumahku. Aku hanya menunduk saja karena sudah pasti tahu ayahku akan marah karena aku ingkar janji. " Maaf yah tadi dijalan macet", bohongku kepada ayah.
"Jangan kamu kira ayah bisa kamu bodohi PUTERI, ayah memang sudah tua, tapi jangan pernah kamu lupa bahwa ayah juga pernah muda, ayah seperti ini karena mengkhawatirkanmu, kamu seorang perempuan, tidak baik pulang malam seperti ini, dimana tanggung jawab kamu?? apa kamu senang bila dipandang buruk oleh orang lain?? Ayah ini orang tuamu, Tanggung jawab ayah menjagamu hingga kamu menemukan Imam mu, dan menyerahkan tanggung jawab ayah pada suamimu, jadi selagi itu belum terjadi maka patuh lah, karena tidak ada orang tua yang senang melihat anaknya dipandang rendah oleh orang lain, apalagi kamu seorang wanita yang harusnya bisa kamu jaga harkat dan martabat kamu", bentak ayah kepadaku.
Ayah tidak pernah begini sebelumnya, beliau menjadi lebih over dalam menjagaku, padahal sekarang aku sudah punya Rahman yang siap menjagaku.
Aku tahu ayah pasti kecewa, " Maaf yah, teteh janji gak akan ngulangi lagi, maaf karena sudah bikin ayah kecewa", kemudian aku pun berlari menuju kamarku.
Didalam kamar aku hanya terisak, pertama kalinya ayah membentakku, hal itu benar-benar membuatku takut, tapi aku juga mengerti perasaan beliau. Aku tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya, maka wajar bila beliau khawatir, maaf ayah aku sedah mengecewakanmu dan membuatmu khawatir lagi.
Kemudian aku mengingat kembali ciuman pertamaku dengan Rahman, yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya, akan terjadi malam ini dan itupun dilakukan bersamanya.
Hari berganti hari, Rahman semakin menujukan sifat aslinya, ia seolah memanfaatkan Puteri untuk memenuhi segala inginnya, meminta dibelikannya ini itu tanpa memikirkan apakah Puteri mempunyai uang atau tidak.
Hal yang membuat Puteri kesal adalah, Rahman yang mulai sering ingkar janji, berkali-kali ia berdusta, namun sampai suatu ketika Puteri sudah tidak bisa memaafkannya lagi.