Di saat membutuhkan uang tambahan, Roro yang bekerja sebagai perawat mendapat tawaran pekerjaan untuk mengasuh anak yang menderita kanker darah.
Tidak disangka anak itu adalah anak direktur rumah sakit tempat Roro bekerja.
"Ternyata pak direktur adalah duda!" seru Roro.
Direktur sekaligus dokter bedah itu tidak pernah dikabarkan sudah menikah, lantas bagaimana sudah menjadi seorang duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama-sama
Seharusnya Armon merasa bahagia karena mendengar bahwa Chila sudah mau berobat ke rumah sakit. Namun, lelaki itu justru merasa sedih mengingat Prada tidak bisa menyumbangkan apa yang dia butuhkan.
"Jika proses stem cell tidak berjalan dengan baik pada tubuh Chila, aku tidak tahu harus bagaimana lagi," ungkap Armon.
Roro mengerutkan keningnya dalam mendengar pernyataan Armon yang seperti itu.
"Apa yang terjadi pada Anda, Tuan?" tanya Roro.
Entah kenapa malam itu Armon jadi bercerita mengenai Prada pada Roro tanpa dia tutupi sama sekali.
Roro jadi mengerti dan refleks menarik kepala Armon ke pundaknya lagi.
"Semua akan baik-baik saja, Tuan," ucap Roro mencoba menghibur.
Seharusnya Armon menjauhkan dirinya tapi lelaki itu justru merasa tenang ada di dekat sang suster.
Malam itu, mereka berpisah dengan membuat agenda untuk besok membawa Chila ke rumah sakit.
Jadi, Roro dan Armon harus segera istirahat.
Sebelum memejamkan mata, baik Armon dan Roro jadi mengingat kejadian sebelumnya di taman.
"Astaga!" keduanya jadi salah tingkah sendiri.
Tapi, mereka harus tetap fokus pada tujuan utama.
Walaupun hanya tidur beberapa jam saja, Roro tetap bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan diri ke rumah sakit.
Setelah dirinya siap, dia harus membangunkan Chila yang masih tertidur.
Roro mengecek suhu tubuh dan keadaan gadis kecil itu karena Chila harus dalam keadaan fit saat pemeriksaan nanti.
"Apa Nona muda merasa gugup?" tanya Roro.
Chila menganggukkan kepalanya, walaupun sudah berusaha melawan rasa takut tapi tetap saja ketakutan itu masih ada. Apalagi rasa trauma itu masih menghantui Chila malam tadi.
"Saya akan selalu bersama Nona jadi tenang saja," ucap Roro berusaha menghibur.
"Berjanjilah, suster," Chila meminta Roro membuat janji untuknya dan mencoba percaya pada perawat pribadinya itu.
Mereka bersiap ke rumah sakit dan Armon sudah menunggu kedatangan mereka.
Di dalam mobil tidak banyak terjadi percakapan, entah kenapa suasana jadi begitu tegang.
"Daddy..." panggil Chila ketika gedung rumah sakit Brisek sudah terlihat.
"Tidak apa-apa," Armon berusaha menenangkan putrinya.
Lelaki itu menggendong Chila saat turun dari mobil.
"Apa aku boleh memanggil daddy di sini?" tanya Chila ingin mengonfirmasi. Dia tahu selama ini bahwa Armon berusaha menyembunyikan dirinya.
"Tentu saja boleh," balas Armon. Dia memang sudah berencana untuk mengungkapkan statusnya supaya tidak banyak yang salah paham lagi.
Roro ikut merasa senang melihat interaksi ayah dan anak itu.
"Sebenarnya apa yang kurang dari mereka?" gumam Roro yang mengingat cerita tentang Prada.
Tidak mau memikirkan hal lain, Roro mengikuti Armon dan Chila dari belakang.
Di rumah sakit, tim yang sebelumnya sudah ditunjuk oleh Armon sudah menunggu kedatangan Chila.
Badan anak itu tampak gemetaran dan langsung memeluk Armon, anak itu tidak mau melepas sang daddy biarpun sudah sampai di ruang pemeriksaan.
"Tidak mau!" Chila merasa ketakutan.
Roro harus segera bertindak supaya Chila mau untuk diperiksa.
"Nona muda, saya juga akan disuntik. Bagaimana kalau kita bersama-sama melakukannya?" Roro memberikan penawaran menarik.
Atensi Chila sekarang mengarah pada perawat itu, matanya berkaca-kaca yang membuat Roro tidak tega.
Roro mengambil alih gendongan Chila dan membawa gadis kecil itu ke ruang pemeriksaan.
"Kita akan diperiksa bersama-sama," ucap Roro meyakinkan.
Apapun prosedur yang akan dilakukan Chila, Roro juga akan melakukannya.