Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9: Keputusan yang Berat
> Aisha: "Arya, kasih waktu aku untuk sendiri dulu. Aku rasa aku perlu merenungkan tentang hubungan kita ini. Lanjut atau berpisah."
Pesan Aisha pagi harinya. Setelah berfikir dan mendengarkan dari Dani, akhirnya memilih untuk break lebih dulu. Membiarkan dirinya kembali seperti sebelum ada Arya. Memilih berfikir dan merenungkan cintanya itu nyata atau hanya obsesi semata.
> Arya: "Apa maksudmu, Sha. Bukankah aku sudah berjanji padamu untuk memulai hubungan ini. Sha, Sha, dengerin dulu aku Sha."
Balas pesana Aisha, Arya terkejut bukan main dengan keputusan sepihak darinya. Membuatnya langsung prustasi saat ini, lalu kembali mengirim pesan.
> Arya: "Sha, Sha. Ayo kita bicarakan lagi. Sha."
> Arya: "Sha."
> Arya: "Sha."
Tapi sayangnya pesan terkahir sudah ceklis satu, dan membuat Arya menggebrak mejanya.
Brakkk!!
Sial! Sha, kenapa kamu ambil keputusan sepihak!!! Aku saat ini sedang berjuang dan berusaha untuk hubungan ini, Sha. Batin Arya.
Sementara di tempat Aisha, sedikit menyeka air matanya. Sangat sakit memang keputusannya itu. Tapi tidak dengan yang saat ini dia jalani, hubungan yang abu abu.
Setelah selesai jam kerjanya, Aisha menunggu Dani di tempat parkiran. Hari ini Aisha memang sengaja tidak membawa kendaraanya sendiri. Pagi naik ojek pulang nebeng Dani. Setelah Dani terlihat, langsung masuk ke dalam mobilnya menuju apartemennya, yang menjadi tempat di kala gundah dan kesal Aisha.
***
Aisha memutuskan untuk tinggal sementara di apartemen Dani, sahabatnya yang selalu memberikan dukungan, meskipun sering kali dengan nasihat yang cenderung menjerumuskan. Dani berusaha menghibur Aisha dengan candaan, meski tahu hatinya sedang dilanda kegundahan.
Di lain sisi, Arya semakin gelisah dengan kepergian Aisha. Setelah bertahun-tahun berusaha melupakan Lana, ia kini merasa kehilangan seseorang yang benar-benar peduli padanya. Namun, ia masih terperangkap dalam kenangan lama, sulit untuk sepenuhnya memutuskan ikatan emosional yang pernah ia miliki dengan Lana.
Sementara itu, di apartemen Dani, Aisha masih tenggelam dalam perasaannya.
Dani: "Aisha, kamu itu terlalu baik. Kenapa masih mau mikirin Arya? Dia jelas-jelas masih nggak bisa lepas dari masa lalunya."
Aisha: "Aku nggak tahu, Dani. Mungkin karena aku ingin dia bisa melihat bahwa ada seseorang yang benar-benar mencintainya di sini, dan itu aku."
Dani: (tertawa kecil) "Sayangnya, cinta aja nggak cukup, Aisha. Kalau dia nggak bisa sepenuhnya bersama kamu, ya buat apa diterusin?"
Aisha: (terdiam) "Tapi… Dani, aku merasa kalau aku bisa mengubahnya. Mungkin aku hanya butuh lebih banyak waktu."
Dani: "Aisha, kamu dengerin aku baik-baik. Kadang, orang itu perlu dikasih pelajaran. Biar dia tahu rasanya kehilangan."
Kata-kata Dani membuat Aisha terdiam. Ia tahu bahwa Dani mungkin ada benarnya, tapi hatinya masih sulit untuk menerima kenyataan itu. Di dalam hatinya, ia masih berharap Arya akan segera sadar dan mencarinya.
Dani sangat hafal jika Aisha memintanya ke apartemen itu tandanya Aisha ingin sendiri. Tidak ingin di ganggu oleh siapapun, bahkan Dani sendiri tidak bisa akan terus berjumpa.
Di kamar apartemen Aisha, melihat dan memandang layar hpnya. Nomor Arya sudah ia blok, tidak ingin ada komunikasi dulu saat ini hingga ia bisa memutuskan langkah apa yang tepat.
Ternyata jatuh cinta itu, tidak enak. Kenapa dulu aku ingin sekali? Aku yang tidak normal atau memang orang lain yang bodoh terus saja mau di sakiti karena cinta. Mengatasnamakan pengorbanan, lalu perjuangan, terus merelakan.
Tidak habis pikir, aku sendiri bisa mengalami hal ini di saat usiaku yang matang. Tapi kalau bisa meminta jangan namanya jatuh cinta lantas jatuh ke bawah, harusnya mungkin lebih tepat pautan cinta.
Pautan cinta, cinta yang saling menguatkan, saling membutuhkan, saling menghargai, saling menyayangi, saling menggenggam. Saling itu bukan aku, kamu atau siapapun, tapi kita. Batin Aisha.
Di tempat lain, Arya tengah duduk sendirian di apartemennya. Pikirannya terus melayang pada Aisha, wanita yang dengan tulus mencoba menyelamatkannya dari luka masa lalu. Ia menatap kosong ke arah foto Lana yang masih ia simpan.
Arya: (berbisik pada dirinya sendiri) "Apa yang sebenarnya aku cari, Lana? Kenapa aku nggak bisa lepas dari kamu? Padahal, ada Aisha yang benar-benar tulus mencintaiku…"
Setelah merenung cukup lama, Arya akhirnya mengambil keputusan untuk menemui Aisha. Ia ingin memperbaiki semuanya, meyakinkan Aisha bahwa ia ingin melanjutkan hubungan mereka tanpa bayang-bayang masa lalu.
Setelah satu bulan lamanya, hubungan mereka saling break, diam terpaku. Tidak bergerak, hanya menjalani aktifitasnya masing masing. Dengan tekat yang kuat Arya menemui Dani, memintanya agar bisa berjumpa dengan Aisha. Apapun akibatnya akan ia terima. Setelah mendapatkan alamat apartemen Dani, Arya langsung ke tujuannya. Tapi sayangnya harus molor 2 jam karena masalah pekerjaannya.
Ketika Arya akhirnya tiba di apartemen Dani, ia mendapati Aisha dan Dani tengah berbincang dengan serius.
Arya: "Aisha… aku perlu bicara."
Aisha: (terkejut) "Arya? Kenapa kamu datang ke sini?"
Arya: "Aku sadar… aku nggak bisa terus-terusan terjebak di masa lalu. Aku… aku ingin benar-benar bersama kamu, Aisha."
Dani: (berdiri, menatap tajam ke arah Arya) "Akhirnya sadar juga, ya? Sayang banget, Arya. Aisha terlalu baik buat kamu."
Arya: (menghela napas) "Aku tahu, Dani. Dan aku nggak mau kehilangan dia hanya karena kebodohanku sendiri."
Aisha: (terdiam, merasa ragu) "Arya, aku… aku butuh waktu untuk memercayai kamu lagi. Kamu sendiri masih menyimpan bayangan Lana di hatimu."
Arya: "Aku tahu. Aku tahu aku salah, tapi aku siap untuk berubah. Aisha, aku ingin mulai dari awal dengan kamu."
Kata-kata Arya mengguncang hati Aisha. Di satu sisi, ia masih memiliki perasaan mendalam untuk Arya, tetapi ia juga takut terluka lagi.
Dani: (menggelengkan kepala) "Aisha, pikirin baik-baik. Kamu yakin mau kasih dia kesempatan lagi? Jangan sampai kamu yang terluka."
Aisha: (menatap Arya, penuh keraguan) "Arya, aku butuh bukti. Aku butuh kamu benar-benar lepas dari masa lalu kamu sebelum kita bisa melanjutkan ini."
Arya: (mengangguk) "Aku janji, Aisha. Aku akan membuktikannya. Aku akan membuatmu yakin bahwa aku benar-benar ingin bersama kamu."
Percakapan itu berakhir dengan perasaan yang masih penuh dengan ketidakpastian. Arya berjanji akan membuktikan keseriusannya, tetapi Aisha tahu bahwa proses ini tidak akan mudah. Dani juga tetap waspada, siap menjaga Aisha jika sewaktu-waktu Arya kembali menyakiti hatinya.
Malam itu, Aisha tertidur dengan perasaan campur aduk, masih menimbang-nimbang keputusan yang akan ia ambil. Sementara Arya, dalam perjalanan pulang, akhirnya membuang foto Lana, bertekad untuk benar-benar membuka lembaran baru.
Namun, apakah Arya mampu sepenuhnya melupakan Lana? Ataukah bayangan masa lalunya akan terus menghantui hubungan barunya dengan Aisha? Berakhir dengan perasaan penuh keraguan dan harapan yang rapuh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.