Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 - Permintaan Mikhail.
Tiba di kantor Keyvan tampak biasa saja, pernikahan rahasia antara dia dan istri kecilnya tersimpan begitu rapih. Tidak ada yang mengetahui sama sekali selain orang-orang setianya, sekalipun mereka berani angkat bicara sudah bisa dipastikan mulutnya tidak akan selamat.
Baru jam sepuluh, dan dia sudah gusar menatap pergelangan tangan kirinya. Hari ini kenapa terasa sangat lama, bahkan dia dibuat jenuh seketika. Keyvan beberapa kali menghela napas kasar dan mencari posisi nyamannya, sesaat kemudian dia terkekeh tanpa sebab.
"Ada apa denganku astaga?"
Dia lucu sendiri, tertawa sendiri dan bingung dengan tingkahnya kali ini. Pria itu merogoh ponsel dari sakunya, tentu saja dia berniat menghubungi Mikhayla, sang istri.
"Lama sekali, dia sedang apa?"
Padahal baru juga beberapa detik menunggu tersambung, bisa-bisanya Keyvan sudah tidak sabar hingga ingin rasanya dia melemparkan ponsel tersebut dari lantai 21. Ya, memang dia sedikit tidak sabar dalam segala hal sebenarnya.
"Hallo ... ada apa?"
Suaranya terdengar merdu, Keyvan tersenyum padahal hanya mendengar suaranya. Sama sekali belum menatap wajahnya, sungguh apapun tentang Mikhayla kenapa justru secandu itu baginya.
"Hai, sedang apa?"
Klise sekali, pertanyaan yang sederhana namun Mikhayla jawab baik-baik. Istrinya tengah menonton televisi, entah acara apa yang Mikhayla tonton dia juga tidak bertanya. Akan tetapi, yang jelas istrinya membuang rasa bosan di rumah.
"Sudah makan?" Dia memang sama sekali tidak fokus, makan apa jam segini? Di dalam benak Keyvan memang saat ini sudah melewati tengah hari.
"Makan apa? Sarapan maksudnya?" tanya Mikhayla berusaha untuk sopan dan tidak menertawakan sang suami.
"Ehem, i-iya itu maksudku."
Malu karena benar-benar terlihat tidak fokus Keyvan menjawab demikian. Dia gugup tiba-tiba, padahal lawan bicaranya hanya anak kecil. Apa yang membuatnya seperti ini, sungguh Keyvan juga tidak mengerti.
"Sudah, tadi dibuatin Bibi bubur ayam ... aku makannya cuma setengah."
Sepertinya Mikhayla memang belum baik-baik saja. Sama seperti makan tadi malam, dia juga tidak menghabiskan makannya dengan alasan kenyang. Padahal baru sedikit sekali, dan Keyvan yakn yakin sekali kasusnya kali ini akam sama seperti tadi malam.
"Kalau makan habiskan, obatnya jangan lupa supaya lekas sembuh, Mikhayla."
Dia yang sebenarnya ingin sekali Mikhayla sembuh secepatnya, pria itu sudah sangat tidak sabar menanti. Dia akui ucapan Justin tentang dirinya memang benar. Akan tetapi, hal itu wajar saja bagi dia yang sudah berusia matang begitu.
"Iya aku akan minum obatnya setelah makan siang," balas Mikhayla seadanya, entah bagaimana sebalnya dia yang terus saja ditegaskan perkara obat dan obat tanpa henti.
Beberapa menit berlalu dan itu sengaja dia habiskan hanya untuk berbicara pada sang istri. Pekerjaan dia sebenarnya masih banyak, ada beberapa rekan bisnis yang ingin bertemu namun hari ini dia meminta Wibowo untuk tidak menerima tamu dulu.
"Darahnya, apa masih banyak?"
Keyvan tidak lupa tentang ini, dia sangat-sangat mengingatnya. Dia masih khawatir, sementara Mikhayla juga tidak memperlihatkannya secara langsung, jelas saja saat ini dia hanya bisa bertanya bagaimana kondisi istrinya.
"Tidak sebanyak kemarin, sudah lebih baik."
Iyes!! Batin Keyvan berseru, rasanya bahagia sekali bahkan dia menggigit bibir seraya memejamkan mata cukup lama. Tentu saja pikirannya sudah melayang tinggi mengingat tubuh sang istri yang begitu candu baginya.
Hingga, pembicaraan mereka terpaksa berhenti kala Wibowo masuk dengan langkah tergesa dengan wajah paniknya. Keyvan yang kemudian mendengar penuturan Wibowo juga terlihat sama cemasnya.
"Izinkan saja," ucap Keyvan mengangguk pelan, dia menarik napasnya dalam-dalam. Jelas saja dia harus menghadapi tamu yang kini akan datang dengan mental sebagai pria sejati.
.
.
.
Satu menit, dua menit hingga sepuluh menit berlalu keduanya masih sama-sama terdiam. Mikhail datang menemui Keyvan dengan mengorbankan seluruh harga dirinya, dia adalah orang terhormat dan tidak seharusnya membuang waktu untuk pria seperti Keyvan. Akan tetapi, demi putrinya dia rela turun tangan dan menepis seluruh egonya.
"Langsung saja, aku datang untuk membahas masa depan putriku."
Mikhail buka suara, dua pria ini memiliki watak yang sama. Sama-sama keras dan ego setinggi burj khalifah. Sejak tadi Keyvan sudah terdiam menunggu Mikhail bicara lebih dulu, tampaknya mereka belum bisa untuk bersahabat dan berhubungan baik.
"Masa depan? Maksud Papa?"
Mikhail tidak salah dengar, Keyvan benar-benar memanggilnya Papa dan itu tidak seperti ledekkan melainkan bentuk hormatnya sebagai menantu.
"Sebelum menjadi istrimu, status Mikhayla adalah Mahasiswi aktif Fakultas Kedokteran ... putriku pintar dengan prestasi yang bahkan mungkin sulit kau percayai jika melihat bagaimana hidupnya, bukan maksud menyombongkan dirinya tapi sekolah putriku memang lebih cepat dibandingkan anak-anak seumurannya."
Berat sekali dia mengatakan hal ini sebenarnya. Akan tetapi, tangis Zia setiap malamnya adalah sakit yang membuat Mikhail merasa gagal menjadi sosok pemimpin keluarga.
"Mahasiswi? Ke-dokteran?"
Keyvan menatap Mikhail tidak percaya, pasalnya dari data yang didapatkan oleh Wibowo tidak menyebutkan dengan jelas status putra-putrinya. Jelas saja itu adalah privasi, mana mungkin dia biarkan hal semacam itu ketahui banyak orang.
"Papa bercanda?"
Bukan maksud merendahkan otak Mikhayla, tapi rasanya sangat tidak mungkin istri kecilnya itu sepintar yang dikatakan Mikhail. Pria itu berpikir keras, tampaknya dia yang sebenarnya terkecoh oleh istrinya selama ini.
"Aku tidak bercanda, itulah faktanya dan aku memintamu untuk mempertimbangkan masa depan putriku."
What? Mahasiswi? Siallan, tampaknya kelinci kecil itu mengecohku.
"Van? Keyvan?"
"I-iya, Paa ... sebentar, aku minum dulu." Lantaran gugup dan terkejut tenggorokannya sampai kering mendadak.
- To Be Continue -
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘