NovelToon NovelToon
Cinta Perawan Tua

Cinta Perawan Tua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / Playboy / Kehidupan di Kantor / Wanita Karir / Fantasi Wanita
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Arneetha.Rya

Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20

Pagi hari ini aku terbangun kurang semangat. Aku kesusahan memejamkan mata karena kejadian tadi malam. Ingin rasa berbaring malas-malasan di atas kasur hari ini, namun mengingat ada pekerjaan yang sudah mendekati deadline memaksa untuk bangkit dan bersiap-siap berangkat kerja.

Suasana sepi saat aku turun dan menuju parkiran. Aku mengemudi dengan santai karena waktu masih menunjukkan pukul enam tiga puluh. Sesampainya di kantor, aku langsung menyalakan komputer dan laptop sekaligus dan mulai melakukan prosedur pekerjaanku.

Aku bahkan tidak punya selera untuk sarapan, meski aku ingat, jika tidak sarapan pagi maka asam lambungku akan naik dan berujung pada vertigo dan wajib menenggak obat. Namun aku merasa lebih perlu mengalihkan pikiranku dengan fokus bekerja daripada makan tapi masih terbayang akan peristiwa tadi malam.

Jam istirahat siang Reyvan datang ke ruanganku dan mengajakku makan siang. Perutku sudah terasa mual dan kembung. Kepalaku juga sudah mulai berdenyut. Kuikuti langkah Reyvan tanpa semangat.

"Ada apa sih, Jane? Kamu sakit?" tanya Reyvan setelah memesan makanan untukku dan dia.

"Iya, lagi kurang enak badan ini," jawabku pelan.

"Apa nggak sebaiknya kamu istirahat dan cuti saja? Jangan dipaksakan, Jane" ujar Reyvan dan tanpa disuruh dia memesankan teh panas untukku.

"Ada case yang harus diselesaikan minggu ini, kalau tidak timku bisa kena peringatan. Makanya ini aku coba kejar supaya selesai har ini dan aku bisa ijin sakit besok," kataku masih dengan lemah.

"Apa perlu aku bantu? Katakan saja jika.kamu perlu bantuanku," kata Reyvan.

"Nggaklah, tugas kamu juga pasti sudah banyak. Masa harus aku tambahin lagi," jawabku dengan senyum terpaksa.

Makanan yang kami pesan sudah ada di depan kami. Aku menyantapnya dengan tanpa nafsu. Aku berhenti pada sendok keempat, tidak sanggup menghabiskan makananku karena perutku sungguh tidak enak. Kusesap teh panas didepanku pelan-pelan.

Kulanjutkan pekerjaanku sampai sore dan syukur bisa selesai dengan bantuan anggita timku. Sebelum pulang, kuketik dan kucetak permohonan cuti sakit dan kuantarkan ke meja atasanku yang sudah pulang lebih dahulu. Namun sebelum dia pulang, aku sudah bicara langsung padanya kalau aku tidak masuk besok hari.

Reyvan sempat-sempatnya membelikanku nasi hangat dan sop daging sapi untukku. Dia memaksaku makan sebelum pulang kantor. Dan aku cuma bisa memasukkan tiga sendok nasi saja. Terlihat wajahnya cemas namun dia tidak berbicara banyak. Reyvan memang begitu, dia lebih banyak diam jika sedang bergulat dengan pikirannya. Aku tahu persis dia ingin sekali merawatku, namun dia tahu hal itu akan memancing Rachel berbuat keributan lagi, yang sudah pasti akan merugikanku.

Setelah menyakinkan Reyvan kalau aku masih bisa menyetir sendiri, kulajukan mobilku dengan penuh paksaan karena kepalaku terasa berputar-putar.

Dalam perjalanan pulang ke kost, aku mampir ke apotek dan membeli obat lambung dan vertigo. Aku benar-benar ingin cepat bertemu kasur dan rebahan. Pandanganku kabur dan tubuhku lemah. Namun aku berusaha fokus mengemudi untuk selamat sampai di kost.

Sesampainya di parkiran kost, kepalaku benar-benar sudah berat sekali. Kupaksa kaki berjalan tertatih menuju lantai dua. Belum sampai di lantai dua, pandanganku gelap dan aku terduduk di anak tangga sembari berpegangan dengan dinding. Aku menutup mata, meringis dan keringat mengucur di pelipis dan leherku.

"Neta, kamu kenapa, Neta?" sebuah suara terdengar di telingaku, suara yang membuatku menyerah dan kurasakan dua tangan kekar menyangga tubuhku sebelum kesadaranku hilang dan aku jatuh dalam kegelapan.

Setitik cahaya menyilaukan mataku ketika sedikit kubuka mata. Tangan kiriku digenggam seseorang, tangan kananku terhubung dengan selang infus. Pelan-pelan kubangun kesadaranku dan kulihat wajah khawatir Antonio.

Aku menyadari kalau aku berada di atas tempat tidur ruang IGD. Antonio pasti panik dengan kondisiku yang pingsan dan langsung membawaku ke rumah sakit.

Kulepas tangan kiriku dari genggaman Antonio dan memegang kepalaku yang terasa sakit. Antonio hanya diam dan menatapku dengan cemas. Dalam diam dia memijat kepalaku dengan lembut. Sebelum aku dan Antonio berbicara, tiba-tiba saja seorang lelaki berlari ke arah kami.

"Jane, kamu nggak apa-apa? Bagaimana perasaanmu? Tadi sudah kukatakan agar tidak menyetir sendiri. Kamu tidak mau dengar,"cerocos Reyvan tanpa jeda.

"Aku aman, Rey. Berkat pertolongan Antonio." Kuarahkan tanganku pada Antonio. Kedua pria ini saling berpandangan.

"An, ini Reyvan, rekan kerja sekaligus sahabatku paling baik. Rey, ini Antonio,"

Aku terdiam tidak tahu harus memperkenalkan Antonio. Mereka saling berjabat tangan tetapi dengan mata yang saling menyelidik.

"Terimakasih, Bapak sudah mengantarkan Janetta ke rumah sakit," ucap Reyvan dengan penuh wibawa.

"Sudah seharusnya demikian, namun tidak perlu memanggil saya Bapak. Saya kenal Netta sejak dia masih merengek karena permennya saya ambil." Jawab Antonio sambil tersenyum dan aku spontan mencubit tangannya.

"Ouchh.." jerit Antonio dan wajah meringis.

"Maksudnya dia kakakmu, Jane?" tanya Reyvan.

Aku menggeleng.

"Kapan-kapan aku jelaskan, Rey. By the way, kamu koq bisa tahu aku ada di rumah sakit?"tanyaku.

"Oh, aku khawatir sekali dengan kondisimu tadi. Maka saat perkiraanku kamu sudah sampai di kost, aku menelepon kamu, dan Antonio yang menjawabnya dan memberitahukan kalau dia membawamu ke rumah sakit ini. Oh iya, apa kata dokter?"tanya Reyvan.

"Seperti biasa kalau Neta stress, asam lambungnya naik, semakin parah karena tidak ada makanan masuk. Akibatnya vertigo kambuh. Kalau sudah vertigo, yah harusnya dia tidur bukan bekerja. Kalau bekerja ya ini akibatnya, pingsan dan harus masuk IGD," jawab Antonio sebelum aku bicara.

Aku mengerucutkan bibirku, kesal dengan omongannya yang seperti menyindirku seolah tidak menjaga kesehatan sendiri. Padahal dialah penyebab aku stress.

Reyvan sepertinya tidak senang mendengar ucapan Antonio yang seakan-akan begitu dekat dan mengenalku.

"Jadi apa Janetta harus menginap disini? Kalau iya, biar aku yang menjaganya,"Reyvan menawarkan diri.

"Oh tidak perlu. Sehabis infus ini, Neta sudah boleh pulang. Aku sudah mengambil obatnya dan mengurus administrasinya. Ponselmu tadi kupakai ya untuk administrasi," ujar Antonio.

Aku mengangguk dan ketika aku mengarahkan pandangan ke Reyvan, sekelabat kulihat tatapan cemburu. Dia pasti kesal karena Antonio bisa seenaknya memakai ponselku padahal aku dalam keadaan pingsan, yang berarti Antonio mengetahui password ponselku.

Cairan infus ini masih setengah lagi volumenya. Kepalaku sudah enakan, perutku juga tidak kembung lagi. Jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Melihat cairan infus masih belum habis, Antonio permisi keluar untuk merokok. Kini tinggal aku dan Reyvan.

"Siapa dia sebenarnya, Jane? Kamu tidak pernah menceritakan lelaki itu padaku." Tanya Reyvan dengan nada penuh curiga.

Bagaimana pun Reyvan harus tahu. Akhirnya aku menceritakan kepadanya siapa Antonio dalam hidupku. Pria pertama dan hingga detik ini masih bernaung dalam lubuk hatiku.

"Dia mantan pacarku, satu-satunya pria yang pernah menjadi kekasihku."

Reyvan membelalakkan matanya karena terkejut.

1
Ambu Abang Arka
klo bukan reyvan apa mungkin tristan yg neror janetta..?kasian janetta..🥺🥺janetta sama yogi aja x aja beneran syg ama janetta..
Sharlita Kira: kita lihat sampai Janetta memahami perasaannya sendiri /Pray/
total 1 replies
Ambu Abang Arka
g sabar baca episodenya...seru tp g sabar tiap hari di lait trus udah ada episode lanjutannya blum...hari ini cuma 1 episode tah ka/Sob/
Sharlita Kira: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Kelly Andrade
Wajib dibaca!
Sharlita Kira: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Tsuyuri
Tolong, aku tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutan cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!