NovelToon NovelToon
The RADAN

The RADAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:181
Nilai: 5
Nama Author: Moon Fairy

SMA Rimba Sakti terletak di pinggiran Kota Malang. Menjadi tempat di mana misteri dan intrik berkembang. Di tengah-tengah kehidupan sekolah yang sibuk, penculikan misterius hingga kasus pembunuhan yang tidak terduga terjadi membuat sekelompok detektif amatir yang merupakan anak-anak SMA Rimba Sakti menemukan kejanggalan sehingga mereka ikut terlibat di dalamnya.

Mereka bekerja sama memecahkan teka-teki yang semakin rumit dengan menjaga persahabatan tetap kuat, tetapi ketika mereka mengungkap jaringan kejahatan yang lebih dalam justru lebih membingungkan.

Pertanyaannya bukan lagi siapa yang bersalah, melainkan siapa yang bisa dipercaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moon Fairy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 3

Keesokan paginya, suasana sekolah tidak seperti biasanya. Riuh kali ini bukan lagi tentang 'ada PR apa' ataupun yang lainnya, melainkan 'sedang terjadi apa'. Sebab pagi ini tiba-tiba sudah ada berita yang menghebohkan seluruh siswa SMA Rimba Sakti. Seorang siswi kelas 10 dilaporkan hilang sejak kemarin sore. Berita ini segera menyebar dan membuat seluruh siswa khawatir, terutama karena ini bukan kali pertama kejadian serupa terjadi di sekitar sekolah.

"Udah ketiga kalinya, yaa," kata Rian sambil menyuap nasi goreng di bawah pohon apel.

Di depannya, Dimas sibuk dengan laptopnya. Setelah memencet tombol 'Enter', ia melepas headphone dan mengalungkannya di leher, kemudian mengambil teh hangatnya.

"Bukannya yang kedua?" tanya Dimas menyanggah.

"Ada tiga. Satu lagi gak terlalu di ekspose soalnya anak dari kelas 11 MIPA 5. Dia memang pendiam dan tinggal sendiri di rumah, dia juga sedikit bermasalah sama absennya," jawab Rian menerangkan.

"Tau dari mana soal itu?"

Arga datang dan duduk dengan santai di samping Dimas sambil meminum teh kotak di tangannya.

"Gosip," jawab Rian singkat, membuat Arga memutar bola matanya malas. Seharusnya dia tak tanya. "Kali ini anak kelas 10, teman adikku," lanjut Rian.

"Dapat info apa aja?" tanya Arga.

"Adikku bilang, teman sekelasnya itu gak pulang sejak kemarin. Saudaranya udah lapor polisi," jawab Rian sambil mengaduk teh manisnya dengan ekspresi serius.

"Boleh gabung?"

Ketiganya menoleh ke arah Nadya yang menyapa mereka dengan senyum manisnya.

"Gabung ngobrol apa biar dekat sama Arga, nih?" ledek Rian.

Tak peduli dengan ucapan laki-laki bermata sipit itu, Nadya langsung duduk di sampingnya. Semua memandang Nadya heran saat gadis berambut ikal itu terus mengetuk-ngetuk meja dengan wajah menoleh ke arah warung kantin seolah menunggu sesuatu.

Tak lama, tangannya melambai. "Syah, sini!" Panggilnya.

Dari kejauhan itu, Aisyah yang tengah membawa buku besarnya dan beberapa buku lagi di tangannya langsung menghampiri mereka.

"Eh, Sipit. Tolong geser," pinta Nadya pada Rian dengan nada malas.

"Baru datang udah ngusir," balas Rian tak terima.

"Bukan ngusir, tapi geser," pungkas Nadya.

Dengan malas Rian sedikit bergeser dari tempat duduknya. Aisyah datang dan Nadya dengan spontan menepuk-nepuk kursi panjang kantin di sampingnya menandakan bahwa Aisyah boleh duduk di sana.

Gadis berjilbab cokelat itu meletakkan buku-buku yang ia bawa di meja dan duduk di sana. Kemudian, tangannya mengambil salah satu buku yang berjudul 'Kode Rahasia' dan mulai membacanya.

"Ngomong-ngomong, kalian tadi lagi bahas soal anak kelas 10-1 yang hilang itu, kah?" tanya Nadya penasaran.

"Ya, begitulah. Kamu tahu sesuatu, Nad?" jawab Arga diakhiri pertanyaan pada Nadya.

"Dia gak cuma kabur atau pergi tanpa izin, kan?" tanya Aisyah menyahut, mencoba tetap logis dengan tatapan masih mengarah ke bukunya.

"Udah dihubungi ke rumah semua temannya, gak ada yang tahu di mana dia. Bahkan rumahku juga kena," jawab Rian. "Ini serius, Syah."

"Jadi, kemarin tuh—"

"Selesai!"

Seketika semua langsung menoleh ke Dimas yang baru saja melepas headphone-nya kemudian ia memperlihatkan layar laptopnya pada yang lain. Aisyah tidak tertarik dan hanya tetap fokus pada buku bacaannya.

"CCTV mana?" tanya Arga.

"Sekolah. Ini CCTV kemarin, lihat baik-baik kalau menurut kalian ada yang aneh, bilang," jelas Dimas lalu beralih pada ponsel di tangannya.

Semua terfokus pada laptop Dimas, sedangkan Aisyah yang merasa bosan mulai menutup bukunya dan membuka buku tulis kosong sambil menuliskan sesuatu di sana.

"Syifa Andani, dari kelas 11 MIPA 5. Dia hilang tiga hari yang lalu, lebih tepatnya pas hari pertama sekolah. Dia punya masalah sama absensinya dan udah alpa sebanyak 5 kali selama periode kelas 10. Riska Nuriawati, kelas 12 IPS 3. Dia hilang dua hari yang lalu dan punya track record sebagai pembully di sekolah ini. Satu lagi, Cika Lastrana, dari kelas 10-1. Anak ini pendiam selama orientasi, kalau aku lihat gerak-geriknya dia selalu ngerasa waspada sama setiap orang yang berusaha deketin dia," jelas Aisyah membuat semua terpaku ke arahnya.

Dimas meletakkan ponselnya lalu mengambil kembali laptop itu untuk mengarah kepadanya dan mengetik sesuatu di sana. "Mereka gak punya banyak kesamaan. Kalau penculiknya orang yang sama, harusnya dia cumab culik siswi yang bermasalah. Tapi kali ini dia justru culik siswi yang pendiam," terangnya.

Arga mulai berpikir ada yang aneh dengan ini semua. Di sela-sela itu, ada yang menepuk pundak Rian dan merangkul pundaknya.

"Udah bel dari tadi, kalian gak mau masuk kelas?"

Semua langsung terbelalak melihat Kevin yang sedang tersenyum miring ke arah mereka. Senyuman itu sudah pasti sebagai tanda bahwa ia akan segera menghukum murid-murid yang berusaha untuk membolos sekolah

Dengan spontan semuanya berdiri. Dimas cepat-cepat memasukkan laptopnya ke tas dan pergi lebih dulu lalu disusul oleh Arga dan Rian, sedangkan Nadya dan Aisyah masih di sana.

"Kamu sendiri gak masuk ke kelas, Vin?" tanya Nadya.

"Aku kan satu gedung sama Aisyah, harusnya aku yang tanya itu ke kamu," jawab Kevin membalas omongan Nadya.

Nadya hanya cengengesan saja lalu berpamit untuk ke kelas. "Syah, duluan ya."

Aisyah hanya mengangguk kemudian menggelengkan kepalanya saat melihat Nadya berlari menyusul Rian dan Dimas yang menuju ke arah gedung kelas IPS. Sedangkan Arga dari kejauhan berhenti sambil menunggu Aisyah yang kini jalan berdua dengan Kevin.

"Arga kirain udah ke kelas duluan," kata Kevin usai mereka berdua kembali bertemu dengan Arga untuk menuju arah yang sama.

Arga tak menjawab dan hanya berjalan di samping Aisyah dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku.

"Ngomong-ngomong, udah ada info dari kepolisian soal Syifa, Vin?" tanya Arga membuka topik.

Dengan ragu Kevin menoleh ke arahnya sambil menjawab, "Belum nih, Ga. Soal Riska juga belum ada dan ini malah nambah lagi." Matanya beralih pada Aisyah. "Kalau pulang hati-hati, Syah. Kayaknya penculiknya memang cuman culik cewek SMA," lanjutnya mengingatkan Aisyah.

Langkah Kevin terhenti usai mereka sampai di depan kelasnya. Kemudian, Kevin berpamitan lebih dulu untuk masuk ke kelas. Sedangkan Arga dan Aisyah harus berjalan beberapa meter lagi sebelum mereka sampai ke kelas 11 MIPA 1.

"Kamu juga ngeliat gerak-gerik Cika selama ini?" Arga mulai bertanya.

"Begitulah, dia kayaknya memang lagi khawatir sama sesuatu, tapi aku gak sempat nanyain kenapa dan hari ini justru dia dilaporin hilang," jawab Aisyah sembari keduanya masuk ke dalam kelas.

Beruntung mereka saat masuk belum ada guru yang datang sehingga baik Arga maupun Aisyah bisa duduk di tempat masing-masing tanpa ada kendala harus dihukum karena pelajaran pertama mereka adalah fisika yang mana gurunya terkenal dengan ketegasan dan suka memberikan tugas yang menumpuk.

—o0o—

Pada waktu istirahat, Arga berencana untuk pergi ke kantin. Tetapi tiba-tiba saja ponselnya berdenting notif masuk. Saat membukanya, ia terkejut melihat bahwa nomornya telah masuk ke dalam sebuah grup baru di sana.

...'TEMAN BARU NIH'...

Dimas 'ips 2

Grup apa lagi ini?

Nadya 'ips 1

Rian! Ini grup apaan?

08132xxxxxxx

Biar gampang

'Apanya?' batin Arga heran.

08132xxxxxxx

Ayo ketemu di perpus

lanjut bahas yang tadi

Arga hanya melihatnya saja tanpa merespon apapun di dalam grup tersebut, dirinya menoleh pada Aisyah yang sudah membawa buku besarnya beserta dengan dua buku lainnya. Ia mengikuti Aisyah tatkala gadis itu sudah keluar dari kelas.

"Perpus?" tanya Arga usai berhasil menyamakan langkahnya dengan gadis itu.

Aisyah sendiri tak menjawab dan hanya mengangguk saja. Mereka berdua pun berjalan ke arah yang sama yaitu menuju perpustakaan. Gedung itu terletak cukup jauh dari gedung utama dan gedung kelas. Bahkan bisa dibilang hanya gedung perpustakaan saja yang letaknya menyendiri di antara gedung lainnya.

Keduanya masuk usai sampai di gedung bertingkat dengan gaya khas zaman kolonial itu. Di dalam sungguh sunyi dan bau harum khas buku dan kayu-kayu bisa tercium ketika masuk ke dalam. Mereka menuju lantai dua dan mendapati Rian, Dimas, dan Nadya yang duduk di meja belajar bagian pojok kiri.

Lantai dua lebih sepi dibandingkan lantai satu yang memang di lantai dua ini hanya ada buku referensi dan buku-buku yang sudah tidak terpakai lagi.

Arga dan Aisyah menghampiri mereka. Aisyah langsung duduk di samping Nadya sedangkan Arga yang duduk di bagian tengah.

Mata Arga menoleh ke arah Dimas yang terus mengetik laptopnya seolah tak memperdulikan sekitarnya. Sedangkan Aisyah sendiri juga langsung membuka bukunya lagi dan membacanya.

"Aku belum sempat bilang ini tadi. Kemarin sore, waktu pulang sekolah, aku liat Cika yang jalan ke arah puskesmas sendirian. Aku sendiri kan memang juga mau ke sana, tapi karena lupa bawa KK jadi pulang lagi. Dari rumahku ke puskesmas itu cuman perlu nyebrang jalan besar itu, hitung saja bolak-balik lima menit, tapi waktu di puskesmas, dia gak ada," jelas Nadya mulai membuka topik pembahasan mereka yang sempat tertunda pagi tadi.

"Mungkin dia udah dipanggil dokter," timpal Aisyah.

"Gak mungkin, Syah! Soalnya sore itu puskesmas gak tau kenapa ramai banget, jalan raya juga ramai banget. Bahkan dengan senang hati aku tanya ke tempat administrasinya atas nama Cika pun gak ada di sana, aku juga dengan baik hatinya tanya ke satpam ada anak cewek pakai baju SMA terus pakai kacamata dan rambut poninya agak nutupin matanya atau nggak, satpamnya gak lihat sama sekali," elak Nadya kembali menerangkan.

"Kalau gitu, dia diculik sebelum pergi ke puskesmas. Tapi, gimana caranya?" sahut Rian kemudian mempertanyakannya.

Seketika semua ikut berpikir kecuali Dimas yang terus sibuk dengan programming di laptopnya.

"Ngoding mulu! Bantuin, Dim!" kata Rian mendengus kesal.

"Ini lagi bantuin," jawab Dimas singkat.

"Bisa jadi, penculiknya memang orang yang dikenal sama Cika," tutur Arga.

Aisyah menutup bukunya sambil berkata, "Itu bisa jadi. Cika kemarin sore ke puskesmas dan jalanan gak sepi. Masa iya kalau Cika diculik begitu aja orang-orang gak ada yang peduli?"

Yang lain menganggukkan kepalanya setuju dengan perkataan Aisyah.

"Tapi, siapa?" tanya Nadya heran.

"Kalau penculiknya orang yang sama dengan orang yang udah culik Syifa sama Riska, berarti dia dari sekolah ini. Tapi, kalau orang yang beda, lain lagi masalahnya," sahut Rian ikut menjelaskan.

"Pikirku penculiknya sama. Kalaupun dia dari sekolah ini, berarti dia orang yang cukup dikenali sama banyak orang," ucap Arga.

"Lihat ini!" Dimas menunjukkan CCTV kembali pada mereka.

Kali ini CCTV itu mengarah pada jalan besar dan puskesmas di sana. Tiba-tiba, di layar tersebut menunjukkan punggung seorang anak SMA yang tengah berjalan di trotoar, lalu tak lama ada sebuah mobil hitam yang datang dan berhenti di sana. Anak SMA itu awalnya nampak gugup, tetapi langsung berubah seketika usai menoleh ke arah kaca mobil yang tak tertangkap oleh kamera CCTV. Anak itu tampak mengobrol sejenak sebelum akhirnya ia masuk ke dalam mobil dan mobil hitam itu melaju di jalan besar.

"Anak itu Cika, dan orang yang ada di dalam mobil itu gak tau siapa," terang Dimas seraya menghadapkan kembali laptop itu ke arahnya.

"Dapat dari mana itu?" tanya Rian penasaran.

"Rumah dia," jawab Dimas santai sambil menunjuk Nadya menggunakan wajahnya dengan tangan yang kembali mengetik. Nadya sendiri sudah melotot mendengar perkataan Dimas barusan, tetapi Dimas sendiri langsung melanjutkan perkataannya, "Aku ndak bisa cari tahu plat nomor mobil ini karena jarak dari CCTV ke mobil ini benar-benar jauh."

"Kira-kira Cika kenapa mau masuk ke dalam, ya? Kalau pulang kan rumahnya di Kedungmalang," tanya Nadya heran sambil menumpu dagunya dengan telapak tangan.

"Kemungkinan ditawari untuk langsung ke rumah sakit," jawab Arga serius. "Cika arahnya mau ke puskesmas dan mobil itu datang terus lajunya ke arah rumah sakit, kalau pulang—" Arga langsung tersentak dan menoleh pada Dimas. "Dim, mobil itu lewat lagi gak?"

"Sebentar," jawab Dimas kembali beralih pada laptopnya.

"Kalau mobil itu lewat lagi, dari arah CCTV bakalan kelihatan plat nomornya. Itu juga jadi petunjuk kalau memang tempat Cika dan yang lainnya diculik itu memang di Kedungmalang," terka Arga yakin.

"Gak ada tuh," sahut Rian sambil ikut melihat laptop Dimas. "Coba putar ulang, Dim," pintanya.

Dimas memutar ulang lagi rekaman tersebut. Mata sipit Rian itu semakin menyipit melihat rekaman tersebut yang bahkan sudah dipercepat durasinya oleh Dimas. "Gak ada. Bahkan gak ada satupun mobil yang lewat masuk ke Kedungmalang," kata Rian semakin yakin.

"Berarti rumahnya ada di luar Kedungmalang," ucap Aisyah. "Bahkan menculik Syifa dan Riska pun pasti dibawa ke tempat yang sama juga," lanjutnya.

"Seyakin itu?" tanya Rian.

Aisyah mengangguk. "Rumah Riska juga di kota, dia pasti juga jalan lewat trotoar yang sama. Kalau Syifa, itu masih jadi misteri," jelasnya.

Arga hanya terdiam mendengarkan penjelasan mereka. Aneh bagi dirinya, karena kemarin tak ada mobil yang terparkir di sekolah terkecuali mobil dari kepala sekolah mereka sendiri. Itu membuat pertanyaan kembali, jika penculiknya berasal dari SMA Rimba Sakti, di mana penculik itu akan memarkirkan mobilnya sedangkan rumahnya saja berada di luar Kedungmalang. Semua guru termasuk para staf dan karyawan masuk tanpa ada yang absen. Ia sangat mengerti sekolah ini, meskipun baru satu tahun. Arga sangat tahu bahwa selama ia bersekolah di SMA Rimba Sakti, tak ada satupun guru ataupun murid yang datang menggunakan mobil kecuali kepala sekolah.

"Yan, kalau kamu penculiknya, di mana kamu bakalan parkirin mobil itu?" Tanya Arga mulai membuka suara.

"Yang jelas bukan di sekolah," jawab Rian. "Tapi, cara ke sekolahnya gimana?" tanyanya kembali menyerang jawabannya sendiri.

"Pakai motor," jawab Aisyah.

"Hah?" Nadya spontan terheran. "Tunggu-tunggu, kok aneh ya? Misal Rian penculiknya. Dia bawa mobil ke Kedungmalang dan parkirin di suatu tempat, terus Rian ke sekolah. Nanti dia pulang pakai apa? Angkot? Ojek online? Terus mobilnya mau ditinggalin gitu aja, kah?" imbuhnya.

"Iya juga ya, kalau besok aku berangkat pakai motor, tapi mau targetin culik Cika pakai mobil, motornya gimana? Penculikan besok pakai apa?" sahut Rian ikut menanyakannya juga.

Semua jadi ikut berpikir sampai akhirnya bel masuk menghentikan mereka.

"Kita lanjut besok lagi, Kevin hubungin aku kalau istirahat kedua seluruh OSIS harus rapat buat persiapan acara ulang tahun sekolah," kata Aisyah dan semuanya mengangguk setuju.

Mereka berpisah menuju kelas masing-masing. Petunjuk dari kasus yang mereka bahas semakin membingungkan bagi mereka.

Apakah mereka akan segera mendapatkan benang merahnya?

Atau harus kembali merasakan bagaimana meresahkannya penculik tersebut yang akan kembali beraksi sebelum ia dibuat jera?

—o0o—

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!