Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.
apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.
Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.
Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMS-14
Siapa lagi kalau bukan, Gus Azi yang datang menenteng makanan yang masih di bungkus kantong plastik putih. lelaki itu melirik kearah Daliya yang tertidur pulas. Gus Azi kembali mengalihkan pandangan nya pada Cia yang duduk di Sofa panjang sambil memainkan ponselnya dan meluruskan kakinya.
Cia benar-benar seperti melupakan statusnya sebagai seorang istri yang tidak menyambut kedatangan suaminya. malahan wanita itu asik bermain ponsel sesekali diselingi tawanya seolah tidak menyadari kehadiran nya bak kasat mata.
Yang membuat Gus Azi kesal bukan karena perilaku Cia melainkan pakaian yang wanita itu kenakan, Gus Azi memejamkan matanya sejenak.
" Lain kali gunakan pakaian yang tertutup. " ucap Gus Azi membuka suara.
Cia mengalihkan pandangan nya menatap Gus Azi yang menatapnya tajam.
" Ini tuh sudah paling bagus, dari semua pakaian ku. " jawab Cia.
" Saya tidak suka kamu mengenakan pakaian kurang bahan itu. " ucap Gus Azi.
" Ck, aku belum beli yang baru. " Jawab Cia mendengus kesal.
" Jangan pernah kamu gunakan pakaian seperti itu lagi, nanti saya akan berikan uang untuk kau beli baru. " ucap Gus Azi.
" Uang ku ada ya, tidak butuh dari Gus Azi. aku akan membelinya sendiri. " jawab Cia tidak suka dirinya dianggap remeh.
" Saya tidak menganggap mu remeh Cia, ini bentuk tanggung jawab saya sebagai suami sekaligus nafkah pertama untuk kamu. " jawab Gus Azi seolah-olah tahu isi hati Cia.
" Ck, Aku yang pakai kok situ yang sewot sih. " gumam Cia kesal yang mampu Gus Azi dengar.
" Saya suami kamu Cia! " ucap Gus Azi tegas.
" Intinya jangan pakai dress seperti itu lagi, cukup gunakan celana dan baju panjang saja. " sambung Gus Azi melunak.
" Iya-iya bawel. " dengus Cia.
" Kamu sudah makan? " tanya Gus Azi mendaratkan bokongnya disamping Cia yang sudah mengubah posisinya.
" Belum kenapa. " tanya Cia lagi.
" Kenapa tidak makan? ini sudah hampir lewat jam makan siang. " ucap Gus Azi melirik arlojinya.
" Tunggu Daliya tidur, cuman keburu Gus Azi datang duluan. " jawab Cia.
" Makanlah, saya bawa lebihan. " ucap Gus Azi menyodorkan nasi kotak.
" Kamu gak makan Gus? " tanya Cia membuka nasi kotaknya .
" Saya sudah makan, buat mu saja. " jawab Gus Azi.
" Apa Daliya sudah makan? " tanya Gus Azi lagi melirik Cia sekilas yang asik menyuapkan nasi.
" Sudah, barusan saja dia tertidur setelah minum obat makanya aku belum berani meninggalkannya sendirian. " jawab Cia.
" Sebentar lagi Adzan Dzuhur, kita akan sholat berjamaah. " ucap Gus Azi.
" Dimana? Masjid depan? " tanya Cia lagi.
" Iya, cepat habiskan. " ucap Gus Azi.
" Tapi bagaimana pakaian ku? "tanya Cia.
" Tidak masalah, lain kali jangan pakai seperti itu lagi. " ucap Gus Azi.
" Bagaimana Daliya? " tanya Cia lagi .
" Saya akan menyuruh perawat yang biasa menjaga Daliya disini, sepertinya diobatinya juga ada obat tidurnya jadi mungkin dia tidak akan bangun sampai kita kembali. " jelas Gus Azi.
" Ya sudah. " balas Cia.
Saat waktu Adzan berkumandang, kedua insan itu saling diam di sofa dengan jarak yang lumayan dekat. Gus Azi dan Ciara melaksanakan Sholat berjamaah berdua di masjid. setelahnya mereka keluar masing-masing.
Gus Azi yang ingin meninggalkan Ciara begitu saja, wanita itu berseru memanggil lelaki itu. Gus Azi membalikkan badannya menghadap Cia yang sudah selesai memakai heels nya.
" Ada apa? "tanya Gus Azi.
" Tungguin aku!!! " pekik Cia.
" Ck, makanya jangan pakai hak tinggi. " ucap Gus Azi kesal.
Cia mendengus kesal, mereka berjalan beriringan. Mereka berpisah depan pintu masuk rumah sakit.
Cia harus kembali ke butik, sedangkan Gus Azi kalian pasti tahu sendiri kan apa kegiatan selanjutnya.
...✿ ✿ ✿ ✿...
Pukul Delapan Malam, Ciara berjalan memasuki kediaman tempat tinggal yang baru. Ciara menyapa pekerja disana dengan senyuman lelahnya.
Tanpa bertanya apapun Cia langsung menaiki anak tangga memasuki kamarnya bersama Gus Azi.
Bukan tanpa sebab ia masih sekamar dengan lelaki itu, Gus Azi menghilangkan kunci kamar Entah hanya alasan saja atau memang hilang.
Awalnya Cia marah besar, namun wanita itu bisa mentolerir karena Gus Azi tidak akan tinggal bersama nya setiap malam. Waktu lelaki itu pasti akan lebih banyak dihabiskan bersama Daliya.
Cia meletakkan tas dan melepaskan blazer, kemeja serta celana kulot nya. Tubuh Cia hanya dibalutkan CD dan singlet warna yang senada.
Ia mengambil bathrobe nya sembari melepaskan printilan yang menempel di bagian tubuh dan rambutnya.
KLEK....
DEG...
Cia terpaku ditempatnya mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.
" Cia? Kau kah itu? " seruan suara seorang lelaki menyadarkan Cia.
Wanita itu tersentak spontan melihat kearah belakangnya yang membelakangi pintu kamar mandi.
DEG....
" Gu-gus? Kok bisa disini?? " tanya Cia bodoh.
" Pertanyaan bodoh apa itu? apa kamu tidak suka saya disini? " tanya Gus Azi menatap nyalang pada penampilan Cia yang menggoda iman nya.
" Bu-bukan! maksudku, kenapa gak kasih kabar kalau mau kesini? " tanya Cia tanpa memandang laki-laki itu yang hanya mengenakan kaos biasa dan handuk melilit di pinggang nya.
" Emang harus? " tanya Gus Azi lagi sembari mendekati Cia.
" Ya-ya... Haruslah, biar aku tahu kalau Gus mau kesini. " jawab Cia membalikkan tubuhnya pura-pura tidak perduli saat Gus Azi mulai mendekati nya.
" Ini rumah saya juga, jadi saya bebas keluar masuk kemari. Buat apa harus memberitahu mu? Emang apa yang akan kau lakukan jika saya beritahu atau tidak hm? " tanya Gus Azi berdiri dibelakang Cia.
Tercium wangi harum khas lelaki, dan Cia baru menyadari selama beberapa hari berdekatan dengan lelaki dihadapannya itu wangi yang sangat khas tidak pernah Cia cium sebelumnya.
" Awas! Aku mau mandi! " ucap Cia menepis tangan Gus Azi yang memegang pucuk kepalanya.
" Jawab dulu pertanyaan saya? Kalau saya tidak beritahu kamu? apa kamu akan bawa selingkuhan kamu kemari? " tanya Gus Azi semakin menundukkan wajahnya hampir bersentuhan dengan wajah Cia yang menghadapnya.
" T-tau ahh!!! Awas! Aku mau mandi gerah ni! " ucap Cia menghindari tatapan Gus Azi yang menatapnya dalam.
Gus Azi menggeser tubuhnya tidak lagi mengukung wanita itu dalam tubuh besar nya.
" Cepatlah mandi, kita akan makan malam bersama. " jawab Gus Azi tanpa menatap Cia yang berasa tertekan.
" Kalau gitu, Gus saja duluan makan. Aku bisa sendiri. " Jawab Cia sembari melangkah kedalam kamar mandi.
" Kal-"
BLAM...
Belum sempat mengatakan apa yang ingin disampaikan Cia sudah lebih dulu menutup pintu kamar mandi.
Gus Azi membalikkan badannya melihat pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat. Tanpa sadar Gus Azi tersenyum geli.
Sangat menggemaskan sekali, ehh??
Sedangkan Cia, wanita itu memegangi dadanya yang berdegup kencang, gugup tentu ia rasakan Seperi ada perasaan aneh yang mengalir dalam dirinya saat Gus Azi hampir memeluknya tadi.
" Sial! bikin jantungan aja tuh om-om. " dengus Cia.
Setelah selesai Mandi, Cia baru menyadari ia tidak membawa satu helai pakaian apapun.
" Ck, semua ini gara-gara Gus Azi!!! " kesal Cia.
Cia menempelkan telinganya pada pintu siapa tahu lelaki itu sudah tidak ada dikamar bukan. Cia yang tidak merasa puas membuka pintu pelan menyembulkan kepalanya menatap seisi kamar yang terlihat sepi dan sunyi.
" Aman, seperti nya Gus Azi lagi makan di bawah. " Batin Cia keluar dari kamar mandi berniat mengambil pakaian ia akan mengenakan didalam kamar mandi saja.
Cia berdecak didepan lemari semua pakaian tidurnya tergolong mencolok kemolekan tubuh seksinya.
Cia harus memilah-milah lagi pakaian tidur yang cukup tertutup.
" Aku begitu menyesal menyuruh Bini Narsih membawa pakaian tidak ada akhlak ini. " batin Cia misuh misuh tidak jelas.
" Kenapa aku tidak menyadari pakaian ku tidak bisa dibilang layak dikenakan? Sial sekali hidupku. Seandainya saja aku menikah karena cinta tidak masalah telanjang pun tidak apa-apa. " Gumam Cia yang masih memilah pakaian yang cukup tertutup.
" Lah ini, sudah menikah karena terpaksa cuman dijadikan ibu pengganti doang lagi! sungguh kejamnya dunia ini." batin Cia sedih.
KLEK....
bahagia selalu buat gua Azi, mba CIA dan keluarga 🤲🤲🤲🥰
udh qu kasih kopi nih,,,/Rose/
makin penasaran kan aku sama ceritanya,,,