Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan Hati
"Kami bermaksud mengikuti sayembara yang Nyonya gelar. Itulah kenapa kami berdua bisa berada di rumah ini sekarang," ucap Arina tanpa sungkan menyampaikan maksud tujuannya kepada si empunya rumah. Tak ada lagi kecanggungan untuk dia menunjukkan keserakahan demi bisa menjadi bagian dari rumah tersebut.
(Apapun caranya Hanum harus berhasil memenangkan hati Tuan Lionel dan juga Nyonya Kinara. Dengan begitu aku bisa menikmati puncak kebahagiaan ini dengan penuh suka cita. Oh Tuhan, betapa megah isi rumah keluarga Bellin. Aku tak sabar ingin segera dipanggil nyonya oleh para calon pelayanku nanti. Hehe)
"Apa kau menguntitku?" tanya Kinara to the point.
"Menguntit? Maksudnya Nyonya apa ya?"
"Kabar itu ku buat di akun media sosial. Kalau tidak menguntit, darimana kalian bisa tahu tentang sayembara itu?"
Arina tersenyum kikuk. Sedangkan Hanum, dia merasa ketar-ketir sendiri melihat cara Nyonya Kinara bicara dengan mereka. Sorot mata wanita ini seperti rubah kelaparan yang siap memangsa. Tajam, juga penuh waspada. Hanum merasa kedatangan dia dan ibunya tidak diterima di rumah ini.
"Hmm, karena sudah terlanjur datang kemari, kualifikasi apa yang putrimu miliki sehingga tertarik untuk mengikuti sayembara. Em Nyonya .... "
"Arina, Nyonya. Namaku Arina," cepat-cepat Arina menyebutkan namanya saat Nyonya Kinara kebingungan. Setelah itu dia menoleh, menatap penuh maksud pada Hanum. "Sayang, cepat perkenalkan dirimu pada Nyonya Kinara. Jangan membuatnya menunggu."
"Baik, Ibu."
Hanum segera memperkenalkan diri di hadapan Nyonya Kinara. Tak lupa juga dia menyebutkan dari universitas mana berasal serta pekerjaan yang dijalaninya saat ini. Hanum juga melebihkan beberapa informasi tentang kepribadiannya yang diyakini bisa mengambil hati wanita mengerikan tersebut.
"Mereka siapa?"
Lionel penasaran. Jadi dia ikut mengintip bersama Lisa yang menempel seperti cicak di tembok. Yang penasaran dengan keberadaan Richard, Lionel telah memintanya melakukan suatu pekerjaan. Sengaja agar dia bisa mempunyai banyak waktu berduaan dengan Lisa. Hehe.
"Sepertinya mereka adalah orang yang ingin ikut sayembara, Tuan," jawab Lisa.
"Sayembara?"
"Iya. Sayembara yang kau dan Nyonya ingin lakukan demi bisa menangkapku. Kok bingung?"
Lisa menoleh. Dia sedikit kaget saat wajah Tuan Lionel berada tepat di depan wajahnya. "Isshh, kenapa dekat sekali sih. Mundurlah. Nanti dikira kita sedang berbuat macam-macam di sini,'
"Memangnya siapa yang berani berpikir seperti itu tentang kita?"
"Tentu saja orang. Tidak mungkin setan, apalagi siluman."
Hampir saja Lionel tergelak mendengar jawaban nyeleneh Lisa. Masih penasaran dengan maksud kedatangan dua wanita yang sedang duduk bersama ibunya, dia mengajak Lisa untuk kembali menguping percakapan mereka. Rasanya agak sedikit aneh. Orang yang dia cari sudah diketemukan, tapi sayembara tetap berjalan. Ini ibunya yang lupa menghapus postingan atau bagaimana?
"Jika seandainya wanita itu diterima oleh Nyonya dan dijadikan menantu ... apa reaksimu, Tuan?" tanya Lisa penasaran. Dia sengaja tak memberitahu Tuan Lionel kalau tamu yang sedang bertandang adalah ibu dan saudari tirinya. Lisa tak ingin nama baiknya tercoreng karena mempunyai keluarga tiri yang tidak tahu malu.
"Cemburu, euh?"
Sedetik setelah berkata seperti itu, wajah Lionel tiba-tiba memerah dengan sendirinya. Entah apa yang dia pikirkan sehingga bisa beranggapan kalau Lisa sedang cemburu. Benar-benar memalukan. Lionel tidak tahu kenapa sekarang dirinya jadi mudah hilang kendali saat sedang bersama gadis ini.
"Yang serius kalau menjawab, Tuan. Aku tidak sedang bercanda," omel Lisa kurang paham dengan kata cemburu yang dimaksud barusan.
"I-iya maaf maaf," Lionel menggaruk tengkuk. Dia berdehem sebelum meralat jawaban. "Em reaksiku mungkin akan lebih ke menolaknya saja. Karena bagaimana pun juga yang akan menjalani pernikahan adalah aku. Jadi kalau aku merasa tidak nyaman dengan calon pasanganku, lebih baik tidak diteruskan daripada hanya menjadi beban di kemudian hari."
Lisa tampak mengangguk-anggukkan kepala setelah mendengar jawaban Tuan Lionel. Itu yang paling benar. Lebih baik tidak memulai sesuai jika diawali dengan keraguan. Hanya akan berujung banyak masalah dan ketidaknyamanan saja.
"Kau ... tidak ingin mendaftar sayembara itu? Siapa tahu kau yang menjadi pemenang," tanya Lionel iseng sambil menatap Lisa dari atas. Gadis ini mengapa bisa begitu memikat? Apa kelebihan yang dimilikinya? Lionel penasaran, tapi terlalu sungkan untuk mencari tahu.
"Memang aku yang menjadi pemenangnya, Tuan. Kan sayembara itu dibuat untuk menangkapku. Iyakan?" jawab Lisa kemudian mendongak. Dia lalu berdecak saat tak sengaja beradu pandang dengan Tuan Lionel. "Kenapa suka sekali sih menatapku. Kalau suka bilang saja, Tuan."
"Ya, aku memang suka. Aku menyukaimu."
Kriik kriik krriikk
Baik Lisa mau pun Lionel, keduanya sama-sama diam dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Selang beberapa detik, Lisa tiba-tiba mendorong dada Lionel kemudian mengomel pelan sambil berjalan pergi dari sana. Ditinggal begitu saja, membuat Lionel jadi serba salah harus melakukan apa.
"Yang barusan namanya pengakuan cinta ya?" ujar Lionel bertanya-tanya sendiri. "Singkat sekali. Harusnya aku membawa bunga dan juga coklat sebagai simbol ketulusan cintaku. Lisa pasti syok."
Sementara itu Lisa yang kini sudah kembali melanjutkan pekerjaan, tampak mengomel panjang sambil sesekali menoleh ke belakang. Dia sungguh tak menyangka kalau Tuan Lionel ternyata tipe laki-laki yang suka menggoda.
"Apa yang dia pikirkan sehingga berani bicara sefrontal itu di hadapan gadis enam belas tahun? Sudah gila kali ya. Suka padaku? Astaga, orang setua dia bisa-bisanya mengatakan kalimat tak senonoh begitu. Kurang ajar sekali," kesal Lisa.
"Siapa yang kurang ajar?"
Lionel mendekat. "Siapa yang mengatakan kalimat tak senonoh padamu?"
Alih-alih langsung menjawab, Lisa malah memutar bola matanya karena jengah melihat kemunculan Tuan Lionel.
"Jawab, Lis. Siapa orang yang kau maksud?"
"Kau, Tuan. Kau orangnya. Kau orang yang sudah mengatakan kalimat tak senonoh, kau juga orang yang kurang ajar. Sudah paham?"
"Aku?"
"Ya. Kau."
"Kenapa aku?"
Lisa mendengus. "Jangan berlagak amnesia, Tuan. Belum ada sepuluh menit kau mengatakan menyukaiku. Kau kira kalimat itu tidak kurang ajar apa?"
Sudut bibir Lionel berkedut saat mengetahui kalau Lisa telah salah memahami ucapannya. Syukurlah, pikiran gadis ini masih terlampau polos. Jadi dia tak harus menanggung beban malu karena sudah kelepasan bicara.
"Apa yang sedang kau tertawakan? Aku ya?" Lisa semakin jengkel saat tak sengaja melihat bibir Tuan Lionel berkedut menahan tawa.
"Tidak ada yang menertawakanmu. Aku hanya ingin tersenyum saja," jawab Lionel berkilah.
"Mana ada orang normal yang punya keinginan untuk tersenyum. Hanya orang-orang tidak waras yang melakukan."
"Ya sudah kalau begitu anggap saja aku orang tidak waras. Kebetulan aku butuh waktu untuk istirahat dari kenormalan."
"Cih, alasan."
Lionel betah menemani Lisa yang tetap mengomel sambil terus mengatainya ini dan itu. Baginya, ini adalah hiburan alami yang bisa membuat suasana hati menjadi jauh lebih baik. Bahkan tanpa disadari, pikiran Lionel tak lagi terkungkung oleh rasa bersalah akibat kecelakaan enam tahun lalu. Tidak mungkin lupa, hanya sedikit melupakan momen paling mengerikan yang juga menjadi kesalahan fatal pertama yang terjadi selama dia hidup di dunia. Lisa ... membuatnya seperti mendapatkan hidup baru. Gadis ini berwarna.
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara