NovelToon NovelToon
Berondong Bayaran

Berondong Bayaran

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Anak Yatim Piatu / Beda Usia / Romansa
Popularitas:10.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Sakit hati sang kekasih terlibat Cinlok (Cinta Lokasi) hingga berakhir di atas ranjang bersama lawan mainnya, Ameera bertekad menuntut balas dengan cara yang tak biasa.

Tidak mau kalah saing lantaran selingkuhan kekasihnya masih muda, Ameera mencari pria yang jauh lebih muda dan bersedia dibayar untuk menjadi kekasihnya, Cakra Darmawangsa.

Cakra yang memang sedang butuh uang dan terjebak dalam kerasnya kehidupan ibu kota tanpa pikir panjang menerima tawaran Ameera. Sama sekali dia tidak menduga jika kontrak yang dia tanda tangani adalah awal dari segala masalah dalam hidup yang sesungguhnya.

*****
"Satu juta seminggu, layanan sleep call plus panggilan sayang tambah 500 ribu ... gimana?" Cakra Darmawangsa

"Satu Milyar, jadilah kekasihku dalam waktu tiga bulan." - Ameera Hatma

(Follow ig : desh_puspita)


------

Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara dll)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 - Kamu Nahkodanya

"Bulu matamu jatuh, sebentar."

Ameera memejamkan mata, seperti biasa agaknya dia memang terlalu berharap dalam segala sesuatu yang Cakra lakukan. Entah karena usianya yang terlalu dewasa hingga semua tindakan Cakra justru ditanggapi berbeda, atau cara Cakra memperlakukannya memang wajar menjadi alasan Ameera salah menduga.

Sudah kali kesekian, dan yang malu jelas Ameera sendiri. Terbukti dengan Cakra yang tampak santai memperlihatkan bulu mata Ameera, bahkan sempat memuji kecantikan mata Ameera. "Nih simpen, biasanya ada yang kangen," tambah Cakra kemudian, mau tidak mau Ameera menerima pemberian Cakra dengan senyum kaku.

"Mitos."

"Fakta, waktu aku kecil mamaku pernah bilang begitu."

Sedikit saja tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan jika Cakra salah tingkah setelah saling menatap dengan jarak sedekat itu. Menyadari hal itu, Ameera hanya menghela napas kasar kemudian meraih ponselnya sebagai cara untuk menutupi perasaannya.

Niat hati hanya berusaha menghilangkan kegugupan, hati Ameera justru kembali tersayat begitu membaca ujaran kebencian yang masih terus menerus tertuju pada Cakra. Padahal, terhitung mulai hari ini isu miring terkait Julio sudah menyebar ke seluruh media.

Harusnya, dengan berita itu sudah sangat cukup untuk membuat Cakra bebas dari sanksi sosial yang dia terima. Sayang, beberapa pihak masih terus memojokkan Cakra dan menganggap bahwa pria itu tidak ada bedanya seperti Julio.

"Kamu lihat apa?"

Cakra yang tampak penasaran kini mendekat bahkan tidak segan bersandar di bahu Ameera, seakan sengaja membuat jantung Ameera kembali bergelora setelah sebelumnya sempat mereda.

"Hm, bukan apa-apa, tidak perlu dilihat." Secepat mungkin Ameera menutup ponselnya, dengan alasan ingin menjaga hati Cakra.

Selemah itu Cakra di mata Ameera, padahal bullyan dan ujaran kebencian adalah hal biasa, bahkan makanan sehari-hari sejak Cakra duduk di sekolah dasar. "Oh iya? Coba lihat kalau bukan apa-apa."

"Cakra, jang_"

Selain tidak banyak bicara, Cakra juga kerap bertindak tanpa bertanya. Seakan tidak peduli diizinkan atau tidak, Cakra santai saja membuka ponsel Ameera sedikit memaksa dengan cara yang terlampau halus.

Terpaksa, Ameera yang tidak bisa bertindak banyak hanya bisa pasrah dengan harapan Cakra tidak akan tertekan setelahnya. Sedikit saja tidak pernah dia melepaskan Cakra dari pandangan demi memastikan bagaimana ekspresi Cakra setelahnya.

"Sudah kukatakan tidak perlu dilihat, Cakra ... mereka memang tidak berhati jika sudah menghakimi."

Jauh dari dugaan Ameera, pria itu justru tersenyum tipis kemudian mengembalikan ponsel Ameera. Tidak ada kesedihan di sana, yang ada hanya senyum hangat dan wajah tenang Cakra di sana.

Bukannya bahagia, Ameera justru megerutkan dahi dan dibuat bingung sendiri "Kok santai? Nangis kek, kamu sedang dihujat, Cakra ... sadar?"

Cakra tergelak, pertanyaan Ameera terlalu lucu hingga membuat perutnya sakit. "Memang harus begitu? Kamu dengar, Ameera ... ketika dijatuhkan, satu-satunya cara yang bisa kita lakukan hanya diam. Bukankah kamu sendiri yang mengatakan padaku jangan membenarkan anggapan mereka?" tanya Cakra menatap Ameera lekat-lekat hingga wanita itu bergeming seketika.

"Jika aku selemah itu hanya karena ketikan, maka sama saja aku membenarkan tuduhan mereka bukan?" tambah Cakra lagi kemudian kembali bersandar di pundak Ameera.

Ameera menghela napas panjang, mental Cakra yang diserang, tapi hati Ameera yang sakit. "Kamu tidak marah pada mereka? Apa perlu salah-satunya kujebloskan ke penjara juga?"

"Tidak perlu, Meera. Biarkan saja mereka, nanti juga lelah sendiri," ucap pria itu kemudian. Sesederhana itu Cakra menghadapi masalah, sama sekali dia tidak pusing walau beberapa penggemar Ameera memberikan julukan tak senonoh padanya.

"Sampai kapan? Aku benar-benar muak melihatnya." Ameera mengepalkan tangan. Sebelum ini dia biasa saja, tapi melihat Cakra terlihat santai dan mengampuni orang-orang itu Ameera seolah tidak terima, sungguh.

"Sampai nanti, besok-besok juga berhenti, tidak akan selamanya, Sayang."

Mendengar ucapan Amera, dia semakin sebal lagi. Bagi Cakra mungkin hal ini bukan masalah, tapi bagi Ameera sangat-sangat masalah. Dia tidak setulus itu, mana bisa dia biasa saja kala Cakra dihina dengan kata-kata tak pantas semacam itu.

Terlebih lagi, hinaan tentang status Cakra dan anggapan bahwa Cakra adalah pria modal tampang yang hanya menjadi beban Ameera. Tanpa meminta izin lebih dahulu, Ameera kembali membeberkan kepada publik terkait hubungan mereka.

Sudah jelas dengan maksud agar orang-orang yang mengusik kehidupan pribadi Cakra agar segera berhenti. Tidak tanggung-tanggung, Ameera mengancam akan menindak tegas siapapun yang masih berani menilai buruk kekasihnya.

"Pinter banget ngancemnya, dari dulu kamu begini ya?"

Terlalu fokus memikirkan caption yang pantas untuk klarifikasi keduanya, Ameera sampai tidak sadar jika Cakra memantau aktivitasnya. Dia gelagapan sementara Cakra hanya tersenyum tipis seraya menatapnya.

"Jangan protes, kamu mungkin bisa santai saja, tapi aku tidak, Cakra."

"Hm, kamu nahkodanya, Ameera aku ikut saja." Ucapan Cakra mengandung sejuta makna tersirat yang tidak bisa Ameera simpulkan, hendak bertanya juga percuma karena kini Cakra tampak lelah dan memejamkan mata di pundaknya.

.

.

Salah-satu candaan Cakra yang terdengar mustahil sejak lama ialah dinafkahi seseorang yang sudi mengangkatnya sebagai anak. Ya, harapan berbalut canda seorang anak yang lelah dengan kerasnya dunia dan kejamnya ibu kota itu sama sekali tidak pernah Cakra duga akan menjadi kenyataan.

Bukan orangtua angkat, tapi Cakra sendiri bingung hendak menyebut Ameera apa. Dibilang sugar mommy terlalu berlebihan, dibilang kakak angkat juga tidak tepat karena jika sedang berdua yang justru terlihat lebih dewasa adalah Cakra.

"Kamu dari mana saja? Kok telat jemputnya." Seperti hari ini contohnya, Cakra telat dua menit dan Ameera sudah cemberut seakan Cakra telat dua jam.

"Masa iya? Cuma dua menit juga."

"Kamu tahu tidak? Dalam kamus orang pacaran, telat satu menit itu artinya ada yang berbeda ... kenapa? Rasa sayangmu mulai berkurang?" tanya Ameera berkacak pinggang, sementara Cakra hanya menghela napas panjang seraya menggigit bibir lantaran tak kuasa menahan gemasnya.

"Mana ada."

Cakra mengedipkan mata. Pria itu kian mendekat dan tanpa ragu menarik Ameera dalam pelukan, jelas saja tindakan semacam itu membuat Jihan yang sejak tadi menemani Ameera memilih pergi sebelum nanti malu sendiri.

Tidak mau kalah manisnya, Ameera membalas pelukan Cakra. Tatapan Ameera tertuju pada Anita yang duduk tidak jauh di antara mereka, kebetulan sekali Cakra datang dan ini adalah kesempatan untuk menari-nari di atas luka Anita, selingkuhan mantan pacarnya.

"Kasihan, montok-montok begitu tidak ada yang peluk!!" Dari kejauhan Ameera membatin, semakin Anita kesal semakin dia bersemangat hingga tanpa sadar pelukannya terlalu kuat.

"Ssshh, aah!! Meera sebentar."

Andai Cakra tidak meringis, mungkin dia tidak akan sadar jika pelukannya terlalu erat. Setelah mendengar keluhan Cakra, barulah Ameera sadar dan sontak melonggarkan pelukannya. "Kamu kenapa? Apanya yang sakit? Hm?" tanya Ameera panik melihat Cakra yang menekan dadanya kuat-kuat.

"Cakra bilang!! Apanya yang sakit?"

"Ra, aawwh ya, Tuhan aku belum mau mati, Ra." Cakra menggigit bibir, jelas saja Ameera semakin panik bahkan beberapa orang di lokasi kini menjadikan mereka pusat perhatian.

"Cakra please jangan bercanda!! Apanya yang sakit?"

"Sarangheo," ucapnya seraya memberikan telunjuk dan ibu jari yang berbentuk simbol cinta khas negeri gingseng tersebut.

"Basi!!"

Bukan hanya senyum, tapi gelak tawa Cakra terdengar begitu nyata. Ameera yang sempat pucat pasi lantaran khawatir dengan keadaannya mendadak kesal lahir batin hingga tanpa sadar mencubit perut Cakra sekuat-kuatnya .

"Rasain, mau kucubit sampai beneran mati?"

"Hahaha cubit saja kalau tega, dimana lagi kamu bisa dapetin pacar begini, Ameera," tantang Cakra lantaran yakin Ameera tidak akan tega, tanpa terduga Ameera justru menjawab tantangan Cakra hingga pria itu merasakan sakit dan pedas luar biasa di bagian perutnya. "Sssh, Sayang jangan di sini ... banyak orang, malu."

Ameera frustrasi, dia mengusap kasar wajahnya dan kini memijat pangkal hidung usai Cakra berhasil menarik perhatian dengan caranya melepaskan diri. "Kenapa? Sini cubit lagi, biar kamu ditangkap atas kasus penganiayaan anak dibawah umur!!"

"Anak dibawah umur apanya? 23 tahun itu dewasa, Cakra."

Melihat Ameera yang memerah, Cakra semakin tertantang dan dia gemas sendiri melihatnya. "Kalau 23 dewasa, lalu 31 apa? Tua ya?"

"Fosil! Puas kamu?!"

.

.

- To Be Continued -

1
Telik sandi Megantara
mau ditarik kemasa manapun, baik madani dan darmawangsa sama salahnya, sedih inget cakra terlunta², sampai hal yg menyakitkan terjadi membunuh ayah kandungnya. hal seburuk itu tak kan terjadi jika jedua kakek² itu tidak egois
Nursani
Luar biasa
Siti Indayanti
kalo boleh tau papa Mikail novelnya yg mana ya
Redmi 13c
Luar biasa
eka wati
seketika teringat rice cooker 🤣🤣
Andreas Siagia
Luar biasa
eka wati
bisa-bisanya pengacaranya juga yg iya iya 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Andreas Siagia
Luar biasa
Andreas Siagia
Lumayan
Ana Aiztstyana Mahendrouw
Luar biasa
Meyyy
Kan bisa sma cwo loh cakra, knpa harus cwe buat bantuin. Mana di apartemen lagi haduh.
Meyyy
Ngga lucu sih klo mau bkin kejutan tp jngn sama cwe lah kan bisa kka cwo mera yg lain. Udh tau ada trauma masih aja begitu
Meyyy
Udah pasti udh tau santai aja.
Meyyy
Jalan tol indo ga mulus juga kak. Bnyak tambahan udh gitu tambalan nya lebih tinggi dari yg asli nya jadi gejleg2 😭😂
Irma Wangsa
kualat sama kiyai ini mah 🤣🤣
Borahe 🍉🧡
Cu banget /Drool//Drool//Drool/
Irma Wangsa
aku mampir thor baru beres lengkara sekarang ameeraa
Nasi Goreng songo
gummmussss
Erry Shintia
hahahahaha.. sampe ngekek nangis aku bacanya
Raja Rosnenty
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!