Tamara Lourine Aditama, biasa dipanggil dengan tama, dia seorang gadis yang lemah lembut dan cerdas. walaupun selalu di kucilkan keluarga dan tidak pernah di anggap sebagai anggota keluarga aditama tetapi Tamara selalu menjadi gadis yang ceria.
suatu ketika Tamara di fitnah oleh adik kembarnya Tamariska yang merasa iri dengannya. dia di fitnah dan terusir dari rumahnya, menjadi terluntah-luntah namun karena sikapnya yang baik hati dan suka melakukan kebaikan maka iyapun lantas menuai kebaikan itu dengan di tolong oleh sesilia yang merupakan seorang anak yatim piatu yang pernah di bantu Tamara, Sesilia mengajak Tama untuk tinggal dirumah kontrakannya itu.
bersama temannya seusai pulang sekolah mereka bekerja akan tetapi adiknya masih selalu menganggu dan meneror hidupnya bahkan selalu membuat iya di berhentikan dari pekerjaannya berulang kali.
Mampu kah Tamara menemukan kebahagiaannya ?
mampukah Tamara bertahan untuk menghadapi semuanya ?
yuk, ikuti kisahnya...............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hulwund, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mengapa Beda dengan yang lainnya
Sampai di kediamannya, Jemmy segera memerintahkan kepada asistennya untuk mencari tahu tentang Tamara. Jemmy sangat penasaran dengan sosok Tamara saat ini, dia sebenarnya sudah melihat data lengkapnya Tamara di berkas penerima beasiswa kemarin. Tapi dia sangat penasaran kenapa Tamara tidak seperti anak konglomerat lainnya dan memilih bersekolah dengan beasiswa.
"Saya minta kamu untuk menyelidiki gadis yang ada di foto ini!" perintah Jemmy pada asistennya yang bernama Ari.
"Siap tuan, kalau boleh tahu ada apa dengan gadis ini bos? Apa dia sudah menyingung perasaan anda?" tanya sang asisten penasaran.
"Nggak ada apa-apa saya hanya penasaran, karena dari biodata yang ada di sekolah dia putri tertua Robi Aditama, tapi mengapa dia lebih memilih bersekolah dengan mengandalkan beasiswa padahal saudari kembarnya di biayai orang tuanya, ya walaupun otak Tamara sangat briliant tapi rasanya ada yang ganjal saja" jawab Jemmy sambil menerawang jauh.
"Baik segera saya laksanakan tuan!saya akan segera mengabarkan kepada anda hasilnya dengan segera" ucap Ari sambil berlalu meninggalkan Jemmy yang masih duduk di ruang kerjanya.
"Kenapa Lo bikin gue penasaran begini Tam? Sebelumnya gue nggak pernah perduli dengan yang namanya perempuan tapi entah kenapa setelah bertemu dengannya, sosoknya selalu menyita waktuku" lirih Jemmy yang bingung dengan perasaannya sendiri.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Tak terasa waktu berlalu dengan cepat, kini sudah sebulan terhitung sejak Tamara di usir dari rumahnya, kini kehidupan Tamara jauh lebih baik dan lebih bahagia dari sebelumnya. Karena sekarang dia bekerja di restoran sambil terkadang membuat desain baju ataupun bangunan dan segera menjualnya pada perusahan dan butik yang membutuhkan. Jadi kini pundi-pundi rupiah pun kini semakin banyak yang masuk ke dalam rekeningnya.
Pagi ini adalah hari minggu dimana anak-anak sekolah pada libur dan tepat hari ulang tahun si kembar Tamara dan Tamariska. Tamara berencana mengunjungi kediaman orang tuanya dan menemui Bibi Surti di kediaman orang tuanya.
"Gue ingin banget ketemu sama Bibi Surti dirumah kira-kira gue bakal di ijinin atau nggak sih Sesil?" Tanya Tamara pada Sesilia yang kini sudah menjadi sahabatnya.
"Coba saja, semoga mereka mengijinkan,lagian ini kan hari ulang tahun Lo dan adek kembar Lo jadi udah pasti mereka kayaknya bakal ngijinin deh" jawab Sesil ragu.
"Tapi kok gue takut ya kalau ketahuam sama Papa dan Mama apalagi sama Tamariska bisa makin melebar kemana-mana" .
"Loh ngapain Lo mesti takut sih Tam, disini kan Lo hanya ingin mengunjungi orang yang sudah merawat Lo sejak kecil"
"Iya sih Lo benar Ses, tapi gue takut bagaimana kalau kedatangan gue justru akan menimbulkan masalah baru untuk mereka" ucap Tamara ketakutan.
"Nggak mungkin Tam, Lo harus yakin karena gue sangat yakin mereka nggak mungkin bakal melakukan hal itu"
"Itu kan karena Lo belum merasakannya"
"Udah Lo positif thingking saja, semoga mereka amnesia dengan kejadian kemarin dan mengizinkan Lo bertemu dengan Bi Surti di hari Ulang tahun Lo, gue yakin mereka nggak mungkin lupa dong dengan Ulang tahun Lo"
"Baiklah, kalau gitu gue berangkat sekarang ya assalamualaikum....." pamit Tamara
"Wa'laikum salam.... hati-hati di jalan ya, jika ada sesuatu yang terjadi segera telefon gue nanti gue bakal datang"
"Siap,makasih ya sesil"
Tamara keluar dari kontrakan dan menaiki motor matic yang baru di belinya dengan uang hasil menjual desain-desainnya. Dengan semangat empat lima Tamara berangkat menuju kediaman orang tuanya. Dua puluh menit telah sampai di kediaman orang tuanya.
"Huufttt... Bismillahirrahmanirrhim....semoga mereka mengizinkan aku bertemu dengan Bibi" lirih Tama.
Tok....
Tok....
Tok....
"Assalamualaikum..." sapa Tamara sambil mengetuk pintu rumahnya.
Ceklek....
"Masya Allah.... non Tama...! Apa kabar?" Seru Bibi Surti sambil membuka pintu.
"Alhamdulillah... kabarku baik-baik saja, Bibi sendiri gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah.... Bibi juga baik-baik non"
"Siapa yang datang Bi?" tanya Tamariska yang tiba-tiba muncul.
"Ini non yang datang...." jawab Bibi Surti terputus karena ucapan Tamariska.
"Oh...Cuihhh ...mantan kaka kembarku, masih ingat rumah juga ternyata Lo, atau mau datang ngemis belas kasihan karena ulang tahun ya" sinis Tamariska
"Gue bukan ingat rumah apalagi mengemis belas kasihan, gue ke sini murni karena gue cuman mau datang untuk menjenguk Bibi Surti! Jawab Tamara tegas.
"Hahaha....sombong banget sekarang Lo, oh iya sekarang tinggal di kolong jembatan mana lagi" tanya Tamariska mengejek.
Tamariska pun menajamkan penglihatannya untuk melihat motor matic baru di halaman rumahnya.
"Itu motor siapa Bi?"
"Gue nggak perlu tinggal di kolong jembatan, karena gue punya banyak teman yang siap membantu dan menolong gue, dan itu motor baru gue" ucap Tamara
"Oh bagus deh kalau gitu... ngomong-ngomong Lo jangan-jangan jadi wanita simpanan atau pun sugar dady makanya bisa beli motor baru?" tuduh Tamariska
"Jaga ya omongan Lo itu, gue nggak pernah ngelakuin hal serendah itu yang Lo tuduhkan, justru itu gue beli dengan hasil keringat gue, makanya punya ot ak itu di gunńhvbakan untuk bisa menghasilkan uang bukan hanya bisa merongrong dan morotin kekayaan orang tua doang" sarkas Tamara.
"Ada apa sih ribut di sini?" tanya Debora menghampiri sumber keributan.
"Ini mah, ternyata ada mantan keluarga yang datang berkunjung sambil memamerkan motor barunya, nggak tahu itu belinya halal atau nggak" jawab Tamariska sambil mengejek Tamara.
Tamara tidak perduli dengan ejekan Tamariska, tapi dia menangkap sesuatu dari sorot mata Debora, seperti sorot mata kangen dan kerinduan yang mendalam terpancar di sana. Namun Debora tidak berani menunjukannya di depan semua orang.
"Oh ternyata kamu Tama, kenapa kamu pulang? Apa kamu sudah nggak bisa hidup sendiri lagi tanpa kami?" Tanya Debora sinis.
"Maaf Ma, Mama salah menilai saya, kedatangan saya ke sini semata-mata hanya ingin mengunjungi Bibi Surti, orang yang sudah merawat dan memberihkan kasih sayang yang tulus untuk saya sejak kecil" jawab Tamara sambil memeluk Bibi Surti dan mencium kedua pipinya juga.
"Nah kebetulan banget kamu ke sini, mending Lo bantuan Bibi Surti gih untuk menyiapkan pesta ulang tahunku nanti malam" perintah Tamariska tanpa sungkan.
"Sorry gue nggak bisa lama-lama di sini, karena aku harus segera pulang dan mengerjakan pekerjaaanku yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah dari pada membuang waktuku untuk hal-hal yang nggak penting itu" jawab Tamara tegas.
"Dih sombong banget Lo" sinis Tamariska
"Dih suka-suka gue lah, inikan memang sifat gue dan itulah gunanya punya otak briliant seperti gue nih" jawab Tamara
"Bi suruh dia buat bantuin Bibi di dapur!" Perintah Tamariska dengan tidak tahu malunya.
"Nggak usah nyuruh-nyuruh orang dek, lagian jika Bibi memaksa gue untuk tinggal, gue nggak akan mau karena sampai kapan pun Lo itu adek gue jadi nggak ada aturannya gue harus nurut dengan perintah Lo" tegas Tamara.
"Dasar kurang ajar kamu Tama, benar-benar nggak punya adab dan sopan santun" murka Tamariska.
"Gue emang kurang di ajari adab dan sopan santun karena semua perhatian dan kasih sayang orang tua kita di rebut sama Lo semua dek, tapi masih mending gue dari pada Lo yang tumbuh dengan kasih sayang berlimpah tapi nggak tahu etika untuk menghormati kakak Lo sendiri" sarkas Tamara.
"Ya udah Bi, Tama pamit pulang dulu ya Bi, Tama akan selalu kangen sama Bibi" pamit Tamara sambil mencium tangan Bibi Surti.
"Iya non, non Tama hati-hati di jalan ya, dan juga selamat ulang tahun non semoga Allah segera memberikan kebahagaian untuk non" do'a Bibi Surti dengan tulus.
"Amiiinnn..."
Tamara pun segera meninggalkan kediaman itu setelah berpamitan dengan sang Bibi. Sedangkan Debora hanya bisa melihatnya dalam diam tanpa bisa mencegah atau melarangnya. Karena jujur saja dalam lubuk hati yang paling dalam Debora sudah sangat-sangat merindukan puteri sulungnya, rasanya Debora ingin berlari dan mendekapnya erat. Tapi apa boleh buat dia nggak punya keberanian untuk menunjukannya. Apa boleh buat, dia nggak punya pilihan selain diam.karena dia takut jika dia mendekati anak sulungnya maka dia harus bersiap untuk kehilangan anak bungsunya.
"Mama masuk dulu ke kamar ya sayang, Mama juga harus menyiapkan diri Mama untuk pesta ulang tahun kamu nanti malam" pamit Debora kepada anak bungsunya.
"iya Mama benar, Ya udah deh yuk kita kembali ke kamar masing-masing untuk persiapan sebentar malam nanti" jawab Tamariska sambil mengapit kedua lengan Debora Ibunya.
Bibi surti pun ke dapur kembali sibuk menyiapkan semuanya, sedangkan yang mempunyai pesta, sedang berpangku kaki sambil menelfon para sahabatnya. Setelah Debora memasuki kamarnya, dengan segera dia menutup dan mengunci pintu kamarnya, sambil berdiri di depan pintu Debora pun menangis sesegukan, dia berusaha menahan isak tangisnya sejak tadi, hingga tiba di kamar lantas dia tumpahkan keluarkan semuanya. Dibalik sikap cueknya, ada kerinduan yang mendalam untuk anak sulungnya.
ketika waktu dengan tepat menunjukan pukul tujuh malam, pesta ulang tahun Tamariska pun di mulai berbagai makanan dan aneka variasi kue juga berada di sana. Satu persatu tamu undangan mulai berdatangan, pesta tersebut bukan semata-mata hanya mengundang dari kalangan teman-teman Tamariska saja yang di undang melainkan seluruh relasi bisnis sang Papa pun di undang.
"malam Pak Robi....." sapa seseorang.
"wah Pak Jemmy terima kasih sudah datang mengadiri jamuan kami yang sederhana ini"
"sama-sama Pak,oh iya mana Si kembar yang berulang tahun hari ini? Dari tadi kayanya aku nggak melihat Si kembar" ucap Jemmy.
"oh sebentar ya Pak Jemmy, saya panggilkan dulu Tamariska, nah itu dia, Tamariska ayo ke sini sebentar sayang"
"ada apa Pa?" tanya Tamariska sambil berjalan menghampiri Papanya.
"Wah.... ganteng dan macho banget nih orang yang berdiri di samping Papa, sepertinya pria itu bukan hanya good looking tapi good rekening juga, coba aja gue bisa pacarin dia pasti bakalan akan senang banget hidup gue" monolog Tamariska sambil mencuri-curi pandang melihat ketampanan Jemmy.
"Tamariska kenalin ini tuan muda Granbelle, Jemmy Van Granbelle, dia adalah relasi bisnis Papa dan juga seorang pengusaha tersukses di negara ini di usianya yang terbilang muda dua puluh tiga tahun" ucap Robi memperkenalkan Jemmy kepada anak gadis bungsunya.
"Hai... tuan muda Granbelle, kenalin gue Tamariska" ucap Tamariska langsung"
"Namaku Jemmy, jangan terlalu mempercayai omongan Papa kamu karena beliau terlalu berlebihan menilai saya" seru Jemmy merendah.
"Hahahaha.... Pak Jemmy ini memang selalu merendah, padahal yang saya katakan adalah kenyataannya, anda memang sangat luar biasa dan hebat, saya sangat mengakui
kehebatanmu" bantah Robi.
"Pak robi bisa saja, oh iya Pak bukankah puteri bapak itu kembar ya? Dan karena kembar seharusnya pesta ulang tahunnya di rayakan sama-sama? Puteri sulung anda di mana kok sepertinya sedari awal tadi kedatangan saya,tidak sekalipun saya melihat keberadaan puteri kembar yang sulung?" tanya Jemmy tiba-tiba.
Sebenarnya Jemmy datang memenuhi undangan pesta ulang tahun tersebut semata-mata hanyalah agar bisa bertemu dengan Tamara. Namun sejak tadi matanya sibuk jelalatan mencari, namun sosok itu tak sedikit pun dia dapati.
"Puteri saya yang sulung nggak bisa datang karena berada jauh di luar kota, dia tinggal besama nenek dan kakeknya di Bali." Jawab Robi gugup karena harus berbohong.
"Oh gitu ya... kok bisa ya dia tidak sempatkan diri untuk menghadiri pesta ulang tahun bersama adek kembarnya, padahal ini ulang tahunnya mereka berdua" Ucap Jemmy.
"Puteri saya yang kedua ini memang orangnya agak sendikit pemalu Pak Jemmy, jadi dia nggak terlalu suka keramaian apalagi acara-acara pesta kayak gini"
"Iya Pak Jemmy, Kaka kembar saya ini nggak suka dengan keramaian, dia tipe orang introvet makanya dia lebih memilih tinggal sama kakek dan nenek aku yang ada di Bali." timpal Tamara.
"Begitu.. banyak waktu terbengkalai, aku membuang waktuku yang berharga untuk pesta yang nggak penting ini" gerutu Jemmy dalam hati
"Mohon maaf Pak Robi sepertinya saya harus pamit, karena saya masih ada urusan lain lagi" pamit Jemmy segera.
"Loh kenapa buru-buru sekali Pak"
"Iya sudah di tungguin juga, kalau gitu saya pamit Pak assalamualaikum...."
"Wa'laikum salam..... hati-hati ya Pak dan terima kasih Sudah hadir di pesta kami"
Jemmy segera berjalan keluar menjauhi Robi dan Tamariska, lalu menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobil.
.
seharusnya Tamara balas dong kelakuan adik kembarnya