"Hanya satu tahun?" tanya Sean.
"Ya. Kurasa itu sudah cukup," jawab Nadia tersenyum tipis.
"Tapi, walaupun ini cuma pernikahan kontrak aku pengen kamu bersikap selayaknya istri buat aku dan aku akan bersikap selayaknya suami buat kamu," kata Sean memberikan kesepakatan membuat Nadia mengerutkan keningnya bingung.
"Maksud kamu?"
"Maksud aku, sebelum kontrak pernikahan ini berakhir kita harus menjalankan peran masing-masing dengan baik karena setidaknya setelah bercerai kita jadi tau gimana rasanya punya istri atau suami sesungguhnya. Mengerti, sayang!"
Loh, kok jadi kayak gini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Araya Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit Cemburu
"Semua keluargaku tau gimana Sean sangat menyayangi Arumi lebih dari apapun. Bisa dikatakan hidup Sean telah sepenuhnya milik Arumi, tapi wanita kejam itu malah khianatin Sean," kata Senja mulai bercerita. "Arumi ketahuan berpacaran dengan lawan mainnya di salah satu proyek yang ditangani Sean. Saat itu Arumi gak tau kalau Sean yang pegang proyek itu karna Sean emang sengaja pengen ngasih kejutan. Sean ingin melamar Arumi," Senja menghela napas berat sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Tapi malah Sean yang terkejut lihat Arumi tidur dengan pria lain."
Nadia hanya mampu terdiam mendengar cerita Senja. Ternyata kisah cinta Sean cukup tragis juga. Nadia jadi merasa kasihan dan prihatin. Sikap ceria dan tengil yang selama ini Sean tunjukkan padanya mungkin hanya sekedar pengalihan agar Sean bisa melupakan Arumi. Baiklah kalau begitu Nadia harus membantu partnernya tersebut agar bisa lepas dari masa lalunya.
Karena malam sudah semakin larut setelah mereka makan malam yang lalu dilanjut dengan mengobrol, akhirnya keluarga Senja dan Sean memilih untuk menginap di rumah orangtua mereka malam ini.
Senja yang lebih dulu beranjak karena harus menidurkan anaknya. Disusul oleh Nadia sementara para pria memilih mengobrol di ruang kerja Antoni. Indira sendiri malah menghabiskan waktu mengobrol dengan Arumi. Ya, wanita itu masih bertahan di sana entah untuk apa.
Saat masuk ke dalam kamar, Nadia disambut oleh aroma maskulin yang sama persis dengan aroma parfum yang biasa Sean gunakan. Jujur Nadia menyukainya. Terasa menyejukkan dan menenangkan. Ditambah dengan suasana kamar Sean yang didominasi oleh warna putih dan abu-abu, menambah suasana tenang dalam kamar itu.
Nadia memilih membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum beranjak tidur. Tubuhnya cukup lelah hari ini. Perjalanan dari Alatha ke Eligra itu lumayan jauh. Nadia baru saja akan membaringkan tubuhnya ketika dia mendengar suara samar dari arah luar kamar. Benar-benar dari luar alias dari arah jendela.
Perlahan Nadia mendekat ke arah jendela yang sedikit terbuka tersebut. Pantas saja dia bisa mendengar suara dari luar meski itu samar. Wanita itu cukup terkejut ketika melihat dua pribadi sedang mengobrol di taman belakang rumah tersebut.
Itu Sean dan Arumi.
Seharusnya Nadia berbalik dan tidak penasaran dengan apa yang sedang keduanya bicarakan. Jarak antara jendela kamar dengan tempat keduanya berdiri cukup jauh. Nadia pikir dia tidak tidak akan bisa mendengar apa yang suaminya bicarakan dengan mantan kekasihnya. Entahlah Nadia juga tidak tahu, apakah sungguh Arumi sekarang benar-benar telah menjadi mantan kekasih Sean atau bukan namun ternyata dia masih bisa mendengar sebagian kecil apa yang mereka katakan.
"Aku tahu kalo kamu itu masih cinta sama aku, Sean," ujar Arumi sembari memasang wajah memelas di depan Sean. "Kenapa sih kamu harus nikah sama orang lain kayak gini?"
Nadia masih bertahan di sana meski suara Arumi semakin diredam oleh suara angin Eligra.
"Kamu gak perlu ngelakuin hal sampai sejauh ini cuma buat aku kembali. Aku bakalan kembali sama kamu, Sayang," kata Arumi lagi dan kali ini sepertinya Nadia harus beranjak dan menutup jendela kamar tersebut.
Seharusnya Nadia tidak merasakan sesak di dalam dadanya hanya karena melihat Arumi memeluk Sean. Status Sean sebagai suaminya telah mempengaruhi perasaan Nadia.
Tidak. Hal itu tidak boleh terjadi.
Cklek!
Nadia yang tadinya duduk di ujung tempat tidur seketika menoleh saat mendengar pintu kamar terbuka. Entah berapa lama wanita itu melamun begitu larut dalam pikirannya. Dia pun tersenyum tipis sementara Sean yang masih berdiri di ambang pintu menatap Nadia dengan tatapan bingung.
"Loh, kok kamu belum tidur?" tanya Sean entah untuk basa-basi atau memang niat bertanya. Nadia tidak tahu.
"Aku nungguin kamu," jawab Nadia jujur.
Sean yang sedang membuka jaket yang dia kenakan merasa bingung dan terkejut juga. Tumben Nadia menunggunya. Senyum miring pun terbit di wajah tampan Sean. Dia yang saat ini mengenakan t-shirt berwarna hitam dan celana kain berjalan mendekat ke arah Nadia.
"Nungguin aku? Ada apa?" tanya Sean dengan tatapan nakalnya.
"Ayo duduk dulu," ajak Nadia sembari menepuk sisi kasur yang kosong di samping kirinya. Sean pun tanpa banyak bertanya duduk di samping Nadia. Dia tak mengalihkan pandangan dari wajah istrinya yang cantik itu.
"Aku mau tanya sama kamu, apa jadwal operasiku bisa dipercepat?" tanya Nadia setelah mereka duduk berhadapan.
Sean mengerutkan keningnya bersamaan dengan tangannya yang menggenggam tangan Nadia. Skinship lagi dan Nadia sudah mulai terbiasa. Wanita itu pun sudah membiarkan saja. Seperti kata Sean, setidaknya setelah berpisah mereka jadi tahu bagaimana rasanya punya suami dan istri yang sebenarnya. Meski mereka sendiri pun tidak tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai hal tersebut.
"Memangnya kenapa kamu pengen jadwal operasimu dipercepat? Apa sakitnya makin parah?" Sean balik bertanya dengan nada sedikit khawatir. Dia harus tahu alasan dibalik permintaan sang istri.
"Enggak sih," jawab Nadia sambil menggidikkan bahunya sama. "Aku cuma pengen cepet sembuh aja," lanjutnya.
Itu alasan paling masuk akal kan?
Sean pun mengangguk pelan lalu tertawa kecil mendengar jawaban Nadia.
"Berarti setelah operasi aku harus cepat-cepat bikin kamu hamil dong?"
Nadia ikut tersenyum di sana. Jika biasanya dia akan kaget dengan ucapan kelewat vulgar Sean, sekarang hal itu justru jadi hiburan dan tanpa Sean duga tangan yang tadinya saling menggenggam kini naik ke leher. Nadia mengalungkan tangannya di sana membuat jarak mereka begitu dekat.
"Itu kan memang tujuanku menikah sama kamu," jawab Nadia sambil menatap lekat wajah suaminya yang begitu tampan.
Si4lan!
Kenapa Nadia jadi merasa kesal mengingat Arumi tadi baru saja memeluk suaminya. Dan tanpa mengatakan apapun, Nadia menarik tubuh Sean ke dalam pelukannya seakan wanita itu tengah menghapus jejak tubuh wanita lain dari tubuh suaminya. Tanpa sadar Nadia telah cemburu pada Arumi.
Dan ketika kesadaran itu kembali Nadia reflek melepaskan pelukannya pada Sean.
'Astaga, Nadia! Kamu ngapain?' Jerit batin Nadia mengutuk perbuatannya.
"Maaf, aku gak bermaksud---"
"Kenapa dilepas?"
"Eh?"
Nadia memasang raut wajah bodoh di sana membuat Sean memutar bola matanya.
"Ya udah kalo gitu gantian aku yang meluk kamu," ujar Sean tak membiarkan Nadia berpikir sebab dalam hitungan detik saja tubuh keduanya telah menempel kembali dalam sebuah pelukan yang membuat tubuh keduanya hangat. Atau mungkin panas.
"Aku kan suami kamu jadi kamu bebas mau ngelakuin apa aja. Begitu pun sebaliknya," ujar Sean tepat di telinga Nadia membuat tubuh wanita itu seketika merinding.
Jangan seperti itu Sean karena bisa saja kamu benar-benar mendobrak pertahanan Nadia.