Kisah seorang pria yang terikat hutang dengan sistem karena di tolong oleh sistem ketika dia di khianati, di fitnah dan di bohongi sampai di bunuh di penjara untuk membalas dendam, sekarang dia berjuang untuk melunasi nya dengan membuat aplikasi yang melayani jasa balas dendam bagi pengguna nya, baik yang masih hidup atau sudah meninggal, bisakah dia melunasi hutang nya ? atau hutang nya semakin membengkak karena banyaknya "partner" di samping nya ?
*Mengandung kekerasan dan konten yang mengganggu, harap bijak dalam membaca dan maaf bocah tolong minggir.*
Genre : Fantasi, fiksi, drama, misteri, tragedy, supranatural, komedi, harem, horor.
Kalau berkenan mohon di baca dan tolong tinggalkan jejak ya, like dan comment, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Keesokan harinya, subuh pagi, Rei mengantar Febi dan Bianca kembali ke rumahnya, Irene juga pulang ke rumahnya sendiri dan akan langsung ber teleport ke rumah Febi setelah selesai ganti pakaian mengenakan seragam sekolah. Setelah sampai rumah Febi,
“Fiuuuuh,” Rei melepas lelah dengan duduk di sofa.
[Hmm menarik.]
“Apanya lagi ?” tanya Rei.
[Ah tidak, nanti saja.]
“Tolong ya, masih pagi nih,” ujar Rei.
[Hohoho ya ya apa kata mu lah.]
Tak lama kemudian Bianca dan Febi turun ke bawah dari kamar mereka, Bianca mengenakan celana panjang jeans dan kaus putih, dia bersiap pergi ke kampusnya sementara Febi mengenakan seragam sekolah yang sama dengan Rei.
“Masih ada satu jam lagi nih,” ujar Febi.
“Makan dulu aja gimana ? aku buatkan,” ujar Bianca.
“Boleh aja,” balas Rei.
“Aku juga mau kak,” tambah Febi.
Akhirnya Febi berdiri membantu Bianca, Rei menoleh melihat keduanya dan tersenyum, dia menaikkan kakinya,
[Kenapa ?]
“Yah gue ga sangka aja hidup gue bisa kayak gini,” gumam Rei.
[Oh ingat kejadian semalam ?]
Otak Rei langsung mengulang kejadian semalam, ketika Laila dan Angel sudah tidur, tiba tiba “blugh,” Rei kaget dan melihat Irene merangkul lengan kirinya, Febi menindih di atas nya, Bianca merangkul lengan kanan nya, mereka tidur di ranjangnya bersama sama, pada akhirnya Rei tidak tidur lagi karena semalaman menahan hasrat untuk tidak menyentuh ketiga gadis yang lengah dan terlihat semuanya karena memakai pakaian tidur.
“Grrrrrr...jangan di ingetin,” ujar Rei.
[Sebenarnya tidak salah juga kok kalau kamu menyentuh mereka.]
“Hah apanya ? gue bukan orang semacam itu, lagipula mereka gue anggap anak anak bahkan cucu, lo kan tau kalau gue masih hidup dulu, usia gue udah 50 tahunan malah sudah hampir 60 tahun,” ujar Rei.
[Sudah ku bilang kan, hilangkan masa lalu, kamu hidup di masa sekarang, lihat ke depan dan jangan menoleh ke belakang. Gimana sih ? mau ku bantu untuk menghilangkan ingatan mu ?]
Rei menoleh sekali lagi melihat Bianca dan Febi yang terlihat riang, “blugh,” tiba tiba seseorang turun di sebelahnya, “cup,” Rei menoleh melihat siapa yang mengecup pipinya,
“Pagi sayang,” ujar Irene.
“I..iya, pagi,” balas Rei.
“Wah mereka lagi bikin sarapan ya, aku ikutan ya,” ujar Irene yang langsung berdiri dan menghampiri keduanya.
Melihat Irene sekarang bergabung bersama Bianca dan Febi di tambah ketiganya terlihat ceria, Rei sedikit berpikir,
[Mereka kuat, wajar saja mereka berjiwa spesial, walau sudah mengalami hidup yang berat, mereka bisa segera bangkit dan menatap ke depan.]
“Gue ngerti, mereka juga mengalami hal yang sama dengan gue, malah lebih parah, tapi mereka sudah bisa tersenyum (berpikir sejenak) lo bener SS, gue terlalu terikat dengan masa lalu, sudah saat nya melihat ke depan,” ujar Rei.
[Nah gitu dong, bangkit, jangan terpuruk terus, lihat di sana, mereka itu soul partner kamu, mereka istri kamu yang mencintai kamu apa adanya, sebenarnya kontrak soul partner itu tidak mempengaruhi perasaan mereka, perasaan mereka itu timbul sendiri walau dalam waktu yang sangat singkat, itu yang dari pertama ingin ku katakan sama kamu, tapi kamu terpaku dengan hutang dan masa lalu mu, sekarang lupakan semuanya dan terima mereka apa adanya, mereka akan bersama mu selamanya dan tidak akan pernah mengkhianati kamu, aku berani jamin itu.]
“Hahaha gue ngerasa bodoh selama ini karena masih berkutat dengan perasaan gue, makasih SS, lo ternyata baik juga ya,” ujar Rei.
[Semua demi kesejahteraan karyawan.]
“Haha dasar tsun tsun, udahlah, gue bantu mereka dulu,” ujar Rei.
Rei bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah ketiga gadis yang sedang menyiapkan sarapan, dia langsung berdiri di belakangnya dan masing masing dari mereka menyuapi nya.
Setelah itu, mereka sarapan bersama sama dan berangkat ke sekolah. Karena rumah Febi dekat, mereka semua berjalan kaki menuju ke sekolah.
Di perjalanan, banyak siswa siswi yang menoleh melihat Rei yang di gandeng oleh Irene dan Febi berjalan berdampingan dengan Bianca.
Seorang preman beranting yang berjalan di sebelah mereka bersama seorang siswa culun, menatap mereka,
“Oi Jim, kakak itu kan yang waktu itu ya ?” tanya Oki sang preman beranting.
“Iya Ki bener, loh cewe itu kan siswi pindahan di kelas gue ya, kalau ga salah namanya Irene, astaga dia cewe kakak itu ya, waduh gawat dong yang pada ngincer dia,” jawab Jimmi.
“Iya, masih serem aja tuh orang, tapi gila, cewenya cakep cakep semua, itu yang mahasiswi bohay banget lagi,” ujar Oki.
“Dah merem aja Ki, daripada di mutilasi lo,” ujar Jimmi.
“Iye lo bener Jim, mending menghindar dari psikopat kayak dia, cari cewe yang lain aja, aman, namanya masih belom inget ya lo,” balas Oki.
“Belom, lupa total,” balas Jimmi.
Setelah sampai di depan gerbang sekolah dan ketika mau masuk ke dalam, tiba tiba Bianca merangkul Rei dari depan,
“Aku pergi ya,” ujar Bianca.
“Iya, hati hati ya,” balas Rei.
“Irene, Febi, jagain dia ya,” ujar Bianca.
“Beres kak, aman,” balas Febi.
“Tenang aja kak, yang penting kakak hati hati di kampus,” ujar Irene.
“Sip, dadah,”
Langsung saja Bianca mengecup bibir Rei dan melepaskan pelukan nya, setelah itu Bianca berjalan menuju ke arah halte bis untuk naik bis menuju ke kampusnya.
Rei langsung merangkul Febi dan Irene masuk ke dalam, semua yang melihat terpana dan tidak bisa berkata apa apa.
“Jrit, pagi pagi di cium, mantep amat,” ujar siswa kelas 12.
“Gila cewenya seksi abis, yang di rangkul juga cakep cakep, kacau dah, tampangnya kayak bintang gitu sih, kaga heran lah,” ujar siswa di sebelahnya.
Setelah sampai di dalam kelas, Rei duduk bersama Febi, langsung saja Kevin duduk di depannya,
“Lo bikin harem ya kuya,” ujar Kevin tersenyum meledek.
“Denger dari mana lo ?” tanya Rei tersenyum.
“Hahaha banyak kali yang liat, gue sih emang kagak liat,” jawab Kevin.
“Rese lo ya, kalau ga liat ga usah negor,” balas Rei.
Kevin menatap wajah Rei yang nampak berbeda karena hari ini Rei nampak sedikit ceria dari biasanya,
“Bagus deh, setidaknya lo bisa tersenyum sekarang, seneng gue ngeliatnya,” ujar Kevin.
“Hah...apa maksud lo ?” tanya Rei bingung.
“Enggak, iya ga Feb,” jawab Kevin sambil menoleh ke Febi.
“Hehe iya,” balas Febi yang merangkul lengan Rei.
Setelah itu, Kevin mengobrol dengan Febi di sebelah Rei, dia menoleh melihat keluar jendela dan menatap ke langit yang biru di atasnya, tanpa sadar senyumnya muncul di wajahnya,
“Baiklah, mungkin sudah saatnya gue menikmati hidup gue,” ujar Rei dalam hati.
Tak lama kemudian, speaker pengumuman berbunyi yang mengatakan kalau para siswa harus berkumpul di lapangan karena ada upacara dan penyuluhan dari kepolisian.
Setelah selesai upacara, seorang polisi wanita yang memakai blazer hitam dan dalaman putih berjalan ke depan, para siswa terpana karena polwan itu sangat cantik dan masih muda, tubuhnya tegap dan nampak sedikit kekar walau seksi, dia menatap seluruh siswa di depannya sambil tersenyum,
“Selamat pagi semuanya, perkenalkan saya detektif Irma Kosasih dan saya di tugasi oleh satuan untuk memberikan penyuluhan bagi sekolah ini, mohon kerja samanya,” Irma memperkenalkan diri.
[Hmmm menarik.]
“Apa lagi ?” tanya Rei.
[Ah tidak, nanti saja.]
mampir juga ya kak di cerita akuu