Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
Karena tidak ingin membuat acara yang tengah berlangsung di kediaman orang tua nya berantakan, Abian pun memutuskan untuk masuk ke dalam rumah tanpa mempedulikan sikap Alena. Tidak lupa dia juga membawa Sekar bersamanya, karena tidak ingin mantan kekasihnya itu menjadi korban kegilaan Alena Ricardo.
"Bi kau mau kemana?" Alena ikut berjalan menyusul langkah suaminya. "Tunggu aku Bi!" langkah kakinya terhenti, saat tiba-tiba saja ibu mertuanya berdiri tepat dihadapannya.
"Jangan ganggu Abian! Dan jangan rusak kebahagiaannya lagi!" Ayuning menatap tajam pada Alena. Dia benar-benar tidak suka dengan wanita murahan itu, yang melakukan cara licik hanya untuk merebut kekasih saudara kembarnya sendiri.
"Ibu ini bicara apa? Jelas-jelas kebahagiaan Abian itu hanya ada padaku, bukan pada wanita lain."
"Ck.. ck.." Ayuning menggelengkan kepalanya. "Kau tahu betul putraku menderita menikah denganmu." Setelah mengatakan hal tersebut Ayuning berlalu meninggalkan Alena begitu saja.
Sementara Alena yang menatap kepergian ibu mertuanya, hanya bisa tersenyum sinis. Dengan mengangkat wajahnya penuh percaya diri, Alena pun berjalan masuk ke dalam rumah untuk menyusul Abian. Namun saat melihat pria itu yang lagi-lagi sedang tertawa bersama Sekar, ia pun memilih untuk menjauh dan memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
Alena pulang bukan karena mengalah dan membiarkan Abian dekat dengan Sekar, tapi karena Alena merasa tubuhnya sedang tidak enak badan. Mungkin karena hampir seharian ini dia berdiri di bawah teriaknya matahari, dengan perut yang belum terisi. Lalu tadi sebelum pergi bersama Abian, Alena hanya mengisi perutnya dengan sedikit makanan.
Lagi pula untuk apa Alena bertahan di kediaman Atmajaya, kalau kehadirannya saja tidak diinginkan. Kini ia tahu kenapa Abian membawanya ke tempat tersebut, yang tidak lain dan tidak bukan hanya untuk membuatnya sakit hati, dengan kedekatan pria itu bersama mantan kekasihnya.
"Kenapa lama sekali?" Alena menatap ke kiri dan ke kanan mencari taksi online yang di pesannya. Karena sudah sepuluh menit lamanya dia berdiri di depan gerbang kediaman Atmajaya, namun taksi yang dipesannya belum juga datang.
"Nona, jika Anda sedang menunggu jemputan, lebih baik menunggu di dalam sana!" orang yang bertugas menjaga keamanan di kediaman Atmajaya, menunjuk pos satpam yang berada tepat di samping kanan.
Alena tampak berpikir sesaat, lalu menerima tawaran tersebut. Karena memang tubuhnya sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri. Namun saat Alena hendak duduk di kursi yang ada di pos satpam tersebut, dia melihat mobil Abian yang hendak keluar dari gerbang.
Dengan tersenyum, Alena pun segera berdiri ingin menghampiri mobil yang tengah berhenti itu, karena Abian sedang berbicara dengan penjaga gerbang. Namun langkah kakinya terhenti saat melihat sosok yang duduk di samping suaminya, seorang wanita cantik yang tidak lain dan tidak bukan adalah Sekar.
"Bodohnya aku yang berpikir kau mengetahui kepergian ku dan hendak menyusul," Alena tersenyum sinis sambil mengepalkan kedua tangannya. Rasa sesak kembali menghantam luka yang belum mengering di hatinya, karena lagi-lagi Abian menorehkan luka tersebut lebih dalam lagi. "Hari ini kau bebas pergi bersama wanita itu. Tapi hanya hari ini! Karena aku tidak akan membiarkan kau pergi bersama wanita lain lagi." Alena menatap mobil Abian yang semakin menjauh.
"Nona, sepertinya jemputan Anda sudah datang," penjaga keamanan itu menunjuk sebuah mobil hitam yang berhenti tepat di depan gerbang.
Alena menatap mobil tersebut, lalu segera pergi setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih, karena sudah di perbolehkan untuk menunggu di pos tersebut.
ni othronya yg terlalu mengada". cinta aja dia gak tau.🙃
gak konsisten amat..kalau cinta langsung bilang gak usah pake mikir.🤦♀️🥱😪
kalau mereka tulis, seharusnya rasa itu mulai ada sejak alena masoh bersama mereka.