NovelToon NovelToon
Sekretaris Pemikat Hati

Sekretaris Pemikat Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:5.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Clarissa icha

Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.

Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.

Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.

Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Annelise tampak fokus menatap layar laptopnya. Pagi ini dia di tugaskan untuk mengatur ulang jadwal Bryan selama 2 minggu ke depan, sebab Bryan ada kunjungan mendadak di perusahaan cabang miliknya yang ada di Batam. Selama 1 minggu ke depan, Bryan akan berada di Batam. Jadi jadwal mulai minggu depan harus di undur dan mengakibatkan semua jadwal di atur ulang. Annelise benar-benar sangat sibuk lantaran beberapa kali menghubungi klien dan meminta agar jadwal pertemuannya di atur ulang.

Sementara itu, Bryan kedapatan sedang melamun sembari memutar-mutar ponselnya di atas meja. Ponsel mahal itu berputar-putar dalam posisi terbalik. Seperti keadaan perasaan Bryan yang tidak jelas.

Baru kali ini Bryan di landa kegundahan, perasaan cemas itu tiba-tiba muncul begitu saja dalam hatinya. Sebab di usianya yang sudah menginjak 25 tahun, dia belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Hal itu membuat Bryan berfikir bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya. Seperti yang sering di katakan sang Kakak padanya.

Bukankah sangat aneh jika seseorang tidak pernah merasakan ketertarikan ataupun jatuh cinta pada seseorang.? Tapi bukan berarti Bryan tidak normal. Bryan meyakini bahwa dirinya sangat normal, dalam artian suka terhadap lawan jenis. Karna dia merasa tidak tertarik juga dengan lawan jenis.

"Ck.!! Memalukan sekali." Gumamnya ketika di benaknya terlintas untuk berkonsultasi dengan psikolog. Bryan merasa gengsi kalau harus menceritakan masalah pribadinya pada orang lain. Terlebih statusnya sebagai anak Shaka dan pengusaha muda cukup di terkenal di kalangan semua orang. Jika dia mendaftar menggunakan identitasnya untuk berkonsultasi, sudah pasti psikolog itu akan tau siapa dia.

Tangan Bryan berhenti memainkan benda pipih di atas meja. Dia lantas beranjak dari kursi dan berjalan ke arah dinding kaca yang menghadap ke luar gedung. Sejenak pikirannya teralihkan dengan pemandangan padat kota Jakarta. Detik berikutnya, Bryan kembali dihadapkan pada permasalahan yang entah harus dengan cara apa menyelesaikannya.

Bryan menyugar rambutnya ke belakang, dia benar-benar terlihat frustasi memikirkan masalah itu. Lebih frustasi di banding saat mengalami kerugian hingga menyentuh seratus milyar. Mungkin karna sejak kecil Bryan sudah berkecimpung di buku dan majalah bisnis, jadi ketika dia mengalami kerugian, Bryan tidak memusingkannya karna langsung memiliki solusi.

"Sial.!!" Bryan mengumpat kesal. Semakin lama dipikirkan, kepalanya semakin sakit dan tidak sanggup lagi menemukan solusinya.

Tok,, tok,, tokk

Suara ketukan pintu terpaksa membuat Bryan beranjak untuk menekan tombol membuka kunci. Dia tadi sengaja mengunci pintu ruangannya agar asisten pribadinya tidak asal masuk dan menganggu konsentrasinya.

"Permisi Pak,,," Pintu ruangan sedikit di buka dan kepala Annelise menyembul dari balik pintu. Posisi Annelise seperti sedang mengintip.

"Masuk." Titah Bryan. Tidak perlu di jelaskan lagi bagaimana wajah dan nada bicaranya. Bryan sudah langganan dengan kata datar dan dingin.

Annelise membuka pintu semakin lebar, dia masuk dan kembali menutup pintunya. Langkah Annelise berhenti di depan meja kerja Bryan. Di sana ada dua kursi mahal yang biasanya diduduki oleh tamu jika ingin bicara sebentar dengan Bryan.

"Saya ingin menyampaikan pesan dari Mr Tomas, Beliau menolak reschedule. Hanya di minggu ini Beliau memiliki waktu untuk datang ke Indonesia." Ujar Annelise. Dia sempat menatap mata Bryan yang memiliki tatapan tajam dan dalam. Bisa dibilang, mata Bryan menjadi daya tarik tersendiri selain wajahnya yang memang tampan. Meski begitu, Annelise tidak punya pikiran untuk tertarik pada bosnya yang super dingin dan menyebalkan.

"Tanyakan padanya, kapan dia memiliki waktu senggang selain minggu ini. Biar kita yang datang ke perusahaannya.!" Titah Bryan. Dia dengan santai duduk di kursinya tanpa mempersilahkan Annelise duduk lebih dulu.

"Baik Pak. Kalau begitu saya permisi." Annelise berbalik badan, dia tidak pernah lama-lama berinteraksi dengan Bryan karna bingung harus bicara apa lagi. Jadi memilih langsung to the point, setelah itu pamit undur diri.

"Annelise.!"

Suara bariton itu otomatis menghentikan langkah Annelise. Dia lantas berbalik badan menatap bosnya.

"Ya.?" Lirih Annelise dengan ekspresi takut. Annelise pikir, dia telah membuat kesalahan hingga Bryan memanggilnya lagi.

"Nanti temani saya makan siang. Tunggu di depan ruangan mu pukul 11.30." Bryan berkata cepat hampir tanpa jeda. Entah apa yang ada di pikiran Bryan sampai mengajak Annelise makan siang secara mendadak. Bahkan ekspresi Annelise tampak sangat terkejut saking tidak percayanya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Hah.?" Annelise melongo, mulutnya sedikit terbuka. "Maaf, Pak Bryan bilang apa barusan.?" Tanyanya. Annelise sepertinya takut salah dengar, jadi dia bertanya untuk memastikan lagi.

Annelise mungkin lupa kalau mulut bosnya sangat pedas. Bertanya seperti itu hanya membuatnya kesal karna jawaban Bryan.

"Bagaimana bisa Daddy merekomendasikan sekretaris yang memiliki gangguan pendengaran.!" Cibir Bryan pedas.

Kedua tangan Annelise mengepal. Kalau tidak ingat bahwa Bryan adalah atasannya, mungkin dia sudah mencakar-cakar wajah tampan itu dengan penuh emosi.

"Pak Bryan yang terhormat, saya hanya khawatir Bapak salah mengajak seseorang. Saya pikir Pak Bryan masih alergi dengan orang asing, jadi tidak mungkin meminta saya menemani makan siang." Ujar Annelise lirih, namun menekankan kalimatnya.

"Permisi." Annelise lebih dulu pamit sebelum Bryan menjawab perkataannya. Dia buru-buru keluar dari ruangan Bryan.

"Wanita itu.!" Desis Bryan kesal. Baru kali ini dia memiliki sekretaris yang berani menjawab dan mengajaknya berdebat.

...******...

Tepat pukul 11.30, Bryan keluar dari ruangannya dan berjalan ke ruangan Annelise. Kurang dari 3 detik saja, Annelise hampir terlambat kalau tadi belum keluar dari ruangannya. Jadi ketika Annelise membuka pintu, langkah Bryan berhenti tepat di depannya.

"Pak Bryan yakin mau di temani saya makan siang.?" Tanya Annelise ragu-ragu.

Bola mata Bryan melotot sempurna, dia tidak menjawab pertanyaan Annelise, tapi malah berlalu dengan langkah lebarnya. Annelise sampai. terburu-buru mengikuti Bryan, dua takut mendapatkan masalah kalau tidak menyusulnya.

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil. Bryan duduk di depan kemudi dan Annelise tepat di sampingnya. Untuk kedua kalinya, Bryan berada dalam satu mobil dengan wanita yang tidak termasuk anggota keluarganya.

Beberapa hari yang lalu, Bryan juga sempat berduaan dalam. satu mobil dengan Annelise karna harus mengantarnya pulang.

Bryan mulai melajukan mobilnya keluar dari halaman perusahaan. Sepanjang perjalanan, kedua ya hanya sling diam. Annelise juga memilih bungkam karna malas berdebat.

Kurang dari 15 menit, Bryan sudah memarkirkan mobilnya di depan restoran ternama. Keduanya lantas turun dan masuk ke dalam restoran.

Annelise tidak kaget ketika Bryan langsung di sambut ramah oleh pelayan dan di arahkan ke privat room.

Di ruangan tertutup itu, keduanya duduk berhadapan. Annelise sama sekali tidak takut di bawa ke ruangan tertutup seperti ini oleh Bryan, sebab dia sudah tau kalau bosnya tidak mungkin berbuat kurang ajar padanya. Paling-paling hanya perkataan pedas yang keluar dari mulutnya.

Berbagai makanan dan minuman sudah tersedia di atas meja. Jadi mereka tidak perlu memesan lagi. Bryan menyuruh Annelise agar segera makan. Mereka berdua makan dengan tenang tanpa mengatakan apapun.

Sampai pada suatu ketika, Bryan mengucapkan kata-kata yang membuat Annelise menyemburkan minuman dari mulutnya.

"Saya perlu melakukan kontak fisik dengan kamu selama 1 bulan Ke depan."

Minuman di mulut Annelise menyembur dan sedikit mengenai wajah Bryan.

1
Oktaviana
Luar biasa
Yusifree Tjahyo
sangat bagus
#ayu.kurniaa_
.
Lusiana_Oct13
Gk tamat2 ni novel
17_7B_ Maria Luvena P.W
Luar biasa
17_7B_ Maria Luvena P.W
Lumayan
Fitri Zalfa
Luar biasa
Sur Tini
ceritanya cukup menarik
Marda Wiah
kenapa sih ceritanya di bikin seperti ini, ko kita kaum perempuan seperti direndahkan harga dirinya walaupun ini SDH jaman milenial kata orang2 biassa tapi kan sedih juga bacanya, Anne ko di posisikan di pihak yg lemah ga bisa bertindak apa2 padahal pintar hanya karena status dg bos nya seperti bumi dg langit
Marda Wiah
coba Anne perkarakan itu rumah, itu kan haknya warisan orang tuanya yang telah meninggal, kan umur Anne SDH ga butuh wali karena bukan SDH umur 17 THN , SDH bisa menentukan masa depannya sendiri, daripada menanggung hidup bibi sekeluarga tinggal gratis, mending uangnya di kumpulin buat sewa pengacara,
Marda Wiah
ini soal harga diri, Anne sangat menjaga itu. setiap orang punya prinsip hidup dan Anne berprinsip tak ada kontak fisik yg ekstrim sebelum halal
Nur Siti Sa'adah
Lumayan
Agustina Sri Widyawati
ada lanjutannya gak ya....
A Z I Z A H
sama2 punya komunikasi yg buruk
wajar klo sll salah paham...
ariesta arung
Luar biasa
Vivo Tuba
sbnrnya ini yg harus di tuai dari tanaman yang di tanam.....sbg kakak hrsnya bs menjadi contoh yang baik untuk adiknya bukan mlah sllu membuat mslh untuk adiknya efeknya anaknya tdk mau diatur oleh orang tua nya perbuatan buruk tdk boleh di jadikan bercanda
Annie Aqila
ehhhh udah tamat kah ini 🤔
Yanti Hafiza
Kecewa
Yanti Hafiza
Buruk
KEN LUBIS
Kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!