Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Fajar mulai menyingsing dan angin berhembus lembut membelai lembut tubuh mungil dan ramping Putri Ana yang sedang berdiri di balkon kamarnya, sambil memandang ke luar istana dengan memegang surat yang Dominict kirim untuknya.
"Ana... Jika suatu saat, ini akan menjadi tugas terakhirku, aku ingin kau tahu... Bahwa, kau adalah orang paling berharga dalam hidupku. Dan maafkan aku, selama ini aku selalu membuatmu marah dan kesal. Tapi... Aku ingin kau tahu melihat dirimu yang selalu marah-marah padaku, aku tahu bahwa kau baik-baik saja. Aku harap kau bisa menjaga dirimu dengan baik karena aku tidak akan selalu berada di sampingmu.
Dominict "
Putri Ana tak bisa menyembunyikan kesedihannya karena surat yang Dominict kirim untuknya, memperlihatkan keadaan Dominict yang sebenarnya.
Tak lama, Sebastian masuk kedalam kamar Putri Ana.
"Yang Mulia, Pangeran Benedict ingin bertemu dengan anda." Ucap, Sebastian.
"Iya..." Jawab, Putri Ana singkat.
Kemudian Sebastian mempersilakan Pangeran Benedict untuk menemui sang putri. Dengan lembut, Pangeran Benedict mendekati Putri Ana di balkon dan berdiri di samping sang Putri.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Ana? Akhir-akhir ini, aku perhatikan kau selalu sedih. Mau cerita?" Ucap, Pangeran Benedict lembut.
Pangeran Benedict mencoba menghibur Putri Ana yang tampak bersedih.
"A...aku merasa bersalah..."
Diam-diam, Pangeran Benedict memperhatikan setiap reaksi dan mimik wajah Sang Putri.
"Bersalah? Apa ini tentang Dominict?"
Putri Ana, hanya mengangguk singkat saat memberikan jawaban pada Pangeran Benedict.
Ekspresi wajah Pangeran Benedict tiba-tiba berubah, yang awalnya tampak tampak lembut berumah menjadi kesal, namun Pangeran Benedict masih berusaha menyembunyikan rasa kesalnya dan mencoba agar tetap tetap tenang.
"Anastasya, jangan salahkan dirimu. Dominict bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Kita akan menyelesaikan masalah ini bersama, aku akan selalu mendukungmu." Lanjut, Pangeran Benedict sambil menyentuh lembut tangan Putri Ana.
Pangeran Benedict, masih berusaha menjaga ketenangan dirinya di hadapan Putri Ana, padahal dalam hati ia sudah merasa sangat kesal dan jengkel, karena Putri Ana begitu terpaku pada Jendral Istananya sendiri.
"Tapi... Dominict tidak melakukan kesalahan apapun... Aku... Aku sangat khawatir..."
Dengan lembut Pangeran Benedict menyentuh wajah Putri Ana dan mengusap lembut air matanya.
"Aku tahu ini sulit bagimu. Tapi Ana, aku ingin kau fokus pada hubungan kita, aku sangat berharap padamu... Ana... Aku mencintaimu..."
Pangeran Benedict menatap lembut gadis pujaannya ini dengan penuh kasih.
"Aku akan berikan waktu sebanyak yang kau mau, sampai kau siap menerimaku. Aku tidak peduli apa yang terjadi malam itu denganmu dan Dominict. Aku akan tetap menerimamu apa adanya, Anastasya." Kata, Pangeran Benedict lagi.
Terdengar dari kata-katanya, Pangeran Benedict sangat tulus dengan perasaanya pada Putri Ana. Dengan lembut Pangeran Benedict meraih dagu Putri Ana, dengan lembut Pangeran Benedict mendekatkan wajahnya pada Putri Ana. Kemudian dengan lembut Pangeran Benedict memberikan kecupan manis di bibir Sang Putri.
Namun, belum sempat bibir keduanya bersentuhan, Putri Ana memalingkan wajahnya dari pangeran Benedict dan dengan lembut Putri Ana menolak ciuman dari Pangeran Benedict.
"Jadi... Kau juga berpikir Dominict melecehkan ku? Dan melakukan itu padaku?"
"Ana... Aku tidak bermaksud mengatakan itu... Aku... Aku peduli padamu." Pangeran, Benedict mengusap lembut wajah Putri Ana kemudian memeluk Putri Ana lembut.
"Maafkan aku..." Ucap, Pangeran Benedict lembut.
akan tetapi, di dalam hatinya Pangeran Benedict menyimpan dendam terhadap Dominict.
...~o0o~...
Sementara itu, di perbatasan, setelah Dominict mendapatkan perawatan, Thadeus segera mengikat tubuh Dominict pada dirinya di atas kuda tanpa membuang waktu. Ia membawanya kembali ke istana, di mana kondisi Dominict semakin memburuk akibat luka dan racun yang memperparah keadaannya.
"Bertahanlah, Jendral!" Batin, Thadeus cemas dan khawatir.
Sementara itu Elara yang mengikuti bersama dengan seorang prajurit di belakang Thadeus.
Elara, terus menerus menyalahkan dirinya karena ia termakan hasutan dari anak buah Lazarus beberapa waktu yang lalu.
"maafkan aku, Jendral... Seharusnya aku lebih berhati-hati, semuanya Karen aku." Batin, Elara menahan tangisnya.
Dominict, yang terlihat lemah di punggung Thadeus, terus-menerus mengeluarkan darah kental dari mulutnya, menandakan kondisinya yang semakin kritis. Meskipun begitu, ia tetap berusaha bertahan, meski keadaannya sudah sangat memprihatinkan.
Thadeus memacu kudanya semakin cepat, hingga akhirnya ia berhasil sampai di ibu kota pada saat tengah hari.
"Minggir dari jalanku!!" Teriak, Thadeus keras.
Memperingatkan orang-orang di alun-alun kota untuk menyingkir dari jalannya. Thadeus terlihat terburu-buru karena ia tahu Dominict tak memiliki waktu banyak.
Sesampainya di gerbang istana, beberapa penjaga membatu Tadeus untuk membawa Dominict ke Unit Medis Istana.
"Cepat! Rawat luka Jendral Dominict!" Thadeus memberi perintah dengan tegas.
"Dan kau... Ikut mereka ke Unit Medis Istana." Lanjut, Thadeus tegas menunjuk Elara untuk ikut ke Unit Medis Istana.
"Aku harus menemui Putri Anastasya."
Dengan langkah cepat, Thadeus menyusuri istana mencari Sang Putri. Thadeus bertanya pada para pegawai istana tentang di mana keberadaan Sang Putri.
Setelah bertanya dengan beberapa pegawai istana, Thadeus meliat Sebastian di koridor istana.
"Sebastian! tunggu!" Ujar, Thadeus.
Dengan langkah setang berlari Thadeus menghampiri Sebastian di ujung koridor.
"Tuan Blackwood? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya, Sebastian begitu ia meliat Thadeus menghampirinya.
"Dimana Tuan Putri?"
"Eh?! Tuan Putri... Tuan Putri ada di taman... Ada apa?"
"Cepat! Aku membutuhkan bantuan Tuan Putri segera! Jendral Dominict dalam keadaan kritis."
"Apa?! Baik, ikuti saya." kemudian Sebastian membawa Thadeus menemui Putri Ana di taman istana.
Di taman istana, Putri Ana sedang duduk di bangku taman sambil mengumpulkan beberapa bunga kering koleksinya. Ternyata Sang Putri juga memiliki kebiasaan mengumpulkan bunga kering sebagai koleksi selain hobinya menggambar.
Thadeus, yang melihat Sang Putri di taman, dengan cepat menghampiri Sang Putri.
"Yang Mulia!"
Putri Ana, yang melihat kedatangan Thadeus yang tampak terburu-buru. dengan cepat Putri Ana bangkit dari duduk dan menghampiri Thadeus.
"Thadeus?! Dominict!.. Dominict, bagaimana dengannya?" Tanya, Putri Ana khawatir.
"Yang Mulia, saat ini... Jendral Dominict dalam keadaan kritis, Jendral mengalami luka yang cukup parah, dan saat ini Jendral sedang di rawat di Unit Medis Istana." Ucap, Thadeus.
Putri Ana yang mendengar itu jadi semakin khawatir dengan keadaan Dominict.
"Thadeus, antar aku ke sana!"
"Baik, Yang Mulia."
Dengan segera, Thadeus mengantar Putri Ana ke Unit Medis Istana. Sementara itu di Unit Medis Istana, Dominict masih di tangani oleh Dokter Kerajaan.
Di dalam ruangan perawatan, terlihat para Dokter Kerajaan berusaha keras agar Dominict bisa melewati masa kritisnya.
"Lewati sini, Yang Mulia!"
Thadeus mengarahkan Putri Ana ke ruangan perawatan. Terlihat jelas di wajah Sang Putri raut kekhawatiran dan cemas begitu jelas di wajahnya.
Putri Ana, berjalan cepat menyusuri koridor istana menuju ke ruang perawatan istana.
Selama perjalanan dari taman istana menuju ke ruangan perawatan Unit Medis Istana, sesekali Putri Ana bertanya tentang Dominict pada Thadeus.
"Seperti yang saya katakan sebelumnya, Yang Mulia. Jendral mengalami luka parah dan memerlukan perawatan segera, dan... Itu hanya anda yang bisa melakukannya."
"A... Apa?! Tapi... Apa yang bisa akulakukan? Aku tidak memiliki keahlian dalam bidang medis."
"Yang Mulia, anda memiliki kemampuan untuk mengenali racun, dan saat ini Jendral Dominict membutuhkan kemampuan anda, Yang Mulia."
"Tapi... Aku belum pernah mencobanya apa pada manusia." Putri Ana terlihat ragu dengan kemampuannya.
"Yang Mulia, saya yakin anda bisa melakukannya, kita tidak memiliki banyak waktu Yang Mulia." Thadeus mencoba meyakinkan Putri Ana.
sesampainya mereka di ruangan perawatan Unit Medis Istana. Putri Ana terkejut melihat keadaan Dominict yang memperhatikan. Dengan beberapa luka di tubuhnya dan terlihat jelas wajah Dominict pucat dan luka bekas tikaman pedang di dadanya.
Dengan segera Putri Ana mendekati Dominict yang sedang terbaring lemah. Di saat yang sama Elara memperhatikan Putri Ana yang masuk ke dalam ruangan, Putri Ana menggeser posisi Elara di dekat Dominict, yang membuat Elara menjauh dari samping Dominict.
Dan sikap Putri Ana ini telah membuat Elara merasa tersinggung, namun ia masih berusaha tetap tenang dan tak memperlihatkan emosi apapun.
Bersambung.....
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung