Viola Maharani, wanita berusia 27 tahun ini terkenal karena profesi nya sebagai seorang wanita penghibur. Pekerjaan ini sudah di geluti nya sejak Vio, begitu panggilan nya, masih duduk di bangku kuliah..
Tidak main main, semua client nya bukanlah orang sembarangan. Selain di kenal sebagai primadona nya para kupu kupu malam, vio juga di kenal sangat selektif dalam menerima pelanggan nya. Wanita itu hanya akan menerima tawaran dari client yang bisa membayarnya dengan nilai yang fantastis..
Sebenarnya kenapa seorang Viola yang memiliki paras cantik dan hidup yang nyaris sempurna itu bisa terjerumus ke dalam dunia malam, lalu bisakah vio terlepas dari kehidupan nya yang kelam ini ??
💜
Hai..
Selamat datang di karya ke-7 dari Autor ratu_halu
Menerima kritik dan saran dengan bahasa yang sopan 🙏
Happy Reading 🥳
Enjoy 🔥
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratu_halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Setelah menemani zafi makan malam dan berbincang sedikit, vio pun pamit untuk kembali ke kamar nya di lantai 2..
Kegelapan malam menyelimuti di luar jendela. Viola sengaja tidak menyalakan lampu. Dan meski sudah sangat larut namun wanita itu belum juga bisa memejamkan kedua matanya untuk beristirahat..
Matanya yang kemerahan tidak menampilkan emosi berlebih. Dalam keheningan malam itu, viola memandang kosong pada langit langit kamar yang gelap..
Sulit untuk vio mengungkapkan bagaimana perasaan nya saat ini. Bahkan pikiran nya jadi kacau balau. Emosi yang rumit terpancar jelas dari mata nya..
"Ayah.... Ibu.... Apa kalian melihat ku dari atas sana ?" Vio bicara sendiri, namun terlihat di ujung matanya kristal bening perlahan mulai mengalir..
"Aku sangat merindukan kalian... Ayah.. Ibu.. Hari ini untuk pertama kali nya aku ingin bergantung lagi pada manusia.. Tapi aku takut, aku takut akan di tinggalkan lagi seperti kalian meninggalkan ku. Dia.... Laki laki itu... sejak awal, aku rasa aku sudah menyukai nya.."
"Aku harus bagaimana sekarang ? Trauma masa lalu yang kalian ciptakan membuatku menjadi terlalu takut di tinggalkan..." Suara tangisan vio semakin terdengar memenuhi setiap sudut kamar nya, beruntung di kamar nya terpasang peredam suara, jadi isakan yang memilukan ini tak bisa di dengar orang di luar..
Beberapa menit berlalu, vio menyeka air mata nya dan berusaha untuk kembali tersenyum..
"Tidak.. Ini bukan salah kalian, ayah, ibu.. Maaf, aku hanya sedang terbawa suasana.. Tenanglah di surga. Jangan pikirkan aku, karena disini aku akan selalu baik baik saja.. Selamat malam..."
Setelah menutup kalimat nya, vio memejamkan kedua mata nya. Namun air mata terus saja mengalir dari sudut matanya. Viola menangis dalam tidurnya..
🖤
Jarum jam tampak bergerak detik demi detik. Alarm di ponsel vio terdengar nyaring pagi itu..
Eughhh...
Dia melenguh sambil meraba raba ke sisi kasur. Setelag mematikkan alarm, vio pun bangun untuk segera membersihkan diri..
"Astaga.. Kenapa mata ku sembab sekali..." Vio melihat pantulan wajahnya di cermin kamar mandi. Karena menangis semalaman membuat wajah nya jadi bengkak, terlebih kedua mata nya pun masih tampak sembab dan kemerahan..
Selepas mandi dan memakai baju, vio duduk di meja riasnya. Tak seperti semalam yang wajah nya polos tanpa make up, justru pagi ini vio bersusah susah memoles wajah nya agar jangan sampai ada yang menyadari bahwa dia habis menangis..
Beep...
Bunyi notifikasi pesan masuk di ponsel nya. Vio langsung membaca pesan itu melalui jendela notifikasi..
"Aku tunggu kamu 5 menit lagi. Jika tidak turun juga, aku akan menyusul ke kamar mu.."
Setelah membaca pesan yang vio sangat tau siapa pengirim nya, wanita itu segera memberikan sentuhan terakhir pada wajah nya. Lipstik berwarna merah muda yang nampak membuat wajah nya terlihat segar..
Dengan langkah cepat, vio keluar dari kamar nya. Berlari menuruni tangga karena tak mau sampai zafi menyusul nya ke kamar. Setelah kejadian intim semalam, viola tak mau lagi sampai tersihir oleh kata kata manis yang zafi ucapkan..
"Hey... Kenapa berlari seperti itu, hem...?" Zafi menyambut vio dengan wajah khawatir..
"Aku terburu buru, ini semua karena kamu.." Terdengar vio susah payah mengatur deru nafasnya..
Zafi tersenyum ringan.. "Sebegitu takutnya kah kalau aku menyusul ke kamar mu ?"
"Ya! Aku takut.. Sangat takut.. Aku nggak mau sampai kejadian semalam terulang lagi.." Seloroh vio sambil berjalan menuju meja makan. Tak perduli dengan reaksi zafian, vio sibuk meneguk air di gelasnya..
Zafian tau bahwa sejak awal vio memang sulit di taklukan. Jadi dia tak lagi merasa sedih karena semalam sedikit banyak zafi sudah mengenal sifat dan karakter wanita itu..
Di mata zafi, viola itu wanita yang luar biasa hebat. Saking hebat nya viola lupa bahwa dia adalah makhluk sosial yang butuh orang lain juga. Dia terlalu mandiri hingga merasa tak perlu bergantung lagi pada siapa pun..
Zafi menghampiri viola..
"Ayo kita cari sarapan pagi di luar.."
Viola menggeleng pelan.. "Tidak. Pagi ini aku sudah ada janji.." Sambil mengambil kunci mobil dari dalam tas bahu nya, vio kembali bicara.. "Mbak devi sudah membuatkan sarapan, sayang kalau tidak ada yang makan. Jadi, kamu saja yang makan, ya.. Aku pergi..."
Tidak semudah itu viola bisa pergi. Zafian tak akan membiarkan nya..
"Aw...." Kaki vio tertahan, tubuh nya sampai terhuyung ke belakang saat tangan kuat zafi menarik kencang tali tasnya..
"Kamu ini apa-apaan, sih ? Kalau tadi aku sampai jatuh, bagaimana, huh ??" wajah viola memerah karena marah..
"Tidak akan! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu terluka. Sekarang jelaskan padaku, kamu mau kemana dan bertemu dengan siapa ?"
"Aku tidak akan menjelaskan apapun padamu karena aku tidak memiliki kewajiban apapun untuk itu. Sekarang lepaskan tangan mu!!"
"Kenapa ? Apa aku berbuat salah ? Kenapa sikap mu berubah ??" Zafi bingung dengan sikap viola yang tiba tiba kembali acuh. Ada rasa sesak yang menghimpit dada saat viola begitu dingin menatap nya..
"Tidak ada!! Aku hanya ingin kita tidak lagi saling melewati batas.."
Zafi menautkan alisnya. Wajahnya nampak kecewa dan sedih. Jika saja vio menyadari, hanya dengan wanita itu zafi bisa menunjukkan diri nya yang asli. Bagaimana setiap keadaan merubah ekspresi wajah nya yang selama ini terkenal dingin dan datar..
"Aku sudah terlambat! Permisi..." Vio membetulkan tali tas di bahu nya, kemudian berlalu, melangkah pergi meninggalkan zafian seorang diri..
"Maaf...." gumam vio dengan suara sangat kecil hingga tak mungkin sampai terdengar di telinga zafian..
Tapi bukan zafian nama nya jika mudah menyerah. Dia bisa sesukses sekarang pun karena kegigihan nya dalam bekerja. Pantang menyerah adalah moto hidup nya..
Zafi mengambil ponsel di saku nya, lalu segera menghubungi nomor orang kepercayaan nya. Beruntunglah zafi membawa serta mereka bertiga. Dengan begini dia tidak perlu repot lagi mencari orang untuk membantu nya..
"Sekarang kau jemput aku dan suruh anak buah mu untuk mengikuti kemana wanita ku pergi. Ingat, jangan sampai ketahuan!!"
Setelah berbicara di telepon, zafi langsung keluar untuk menunggu di jemput. Semalam zafi meminta mereka untuk mencari penginapan yang tidak jauh dari villa milik viola. Jika sudah mencintai wanita, zafi akan benar benar menjaga nya. Dan dulu zafi seperti itu pada Anna, namun wanita itu telah mengkhianati cinta nya..
Sekitar 5 menit, sebuah mobil innova berwarna hitam datang dan berhenti tepat di samping zafi berdiri..
Zafi tak membiarkan anak buah nya turun untuk membukakan nya pintu sebab akan lebih banyak memakan waktu, dia masuk di kursi depan di samping pengemudi..
"Tidak bisakah kau sewa mobil yang lebih baik dari ini ??" tanya zafi membuat pria berumur di samping nya tersenyum canggung..
"M-maaf, tuan.. Yang ada hanya ini! Ini pun saya sewa dari pemilik penginapan.."
"Sudahlah.. Cepat jalan!!" zafi memakai sabuk pengaman. Wajah nya serius menatap ke depan..
"Baik, tuan.."
Sambil terus terhubung di sambungan telepon dengan kedua anak buah nya, pria itu mengemudi dengan kecepatan sedang..
Beruntung karena menggunakan roda dua, kedua anak buah nya masih sempat mengikuti mobil vio dari belakang..
"Bos, mobil non viola berhenti di restoran tepi sawah.. Sepertinya non viola janjian dengan seseorang di restoran itu.."
Sengaja telepon itu di mode loud speaker, agar sang tuan bisa mendengar semua percakapan mereka..
"Non viola sudah masuk ke dalam, apa kami harus ikut masuk juga, bos ?"
Si pengemudi melirik ke arah zafian..
"Tidak usah! Biar aku saja yang masuk ke sana!!" Suara zafian terdengar berat..
"Baik, tuan.." Jawab keduanya bersamaa..
Sesampai nya di restoran itu, zafi segera turun dan berjalan tergesa gesa masuk ke dalam nya..
"Silahkan, tuan.. Untuk berapa orang ?" tanya pelayan yang menyambut kedatangan tamu nya dengan ramah..
"Satu.." Jawab zafi namun fokusnya kini sibuk mencari keberadaan viola..
Mata zafi membulat sempurna saat sorot tajam nya menangkap sosok viola yang duduk berhadapan dengan dua orang yang tidak dia duga sebelumnya..
"Baik, tuan.. Silahkan ikut saya kesebelah sini.." pelayan itu mau mengarahkan zafi untuk duduk di kursi dua yang ada di dekat kolam ikan. Namun zafi langsung mengangkat tangan nya ke atas..
"Disana... Dia kekasih ku! Aku akan duduk bersama nya.." ucap zafi pada pelayan itu sambil menunjuk ke arah meja di mana viola duduk..
"Oh, kalau begitu silahkan, tuan.." Pelayan itu tak bertanya lebih lanjut..
Zafi mempercepat langkah nya..
"Untuk apa kamu menemui mereka ??" tanpa basa basi zafi langsung melayangkan tanya pada viola..
"Z-zafi... Sedang apa kamu di sini ??" tanya vio, wajah nya terlihat gugup..
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu.. Sedang apa kamu di sini ? Dan kenapa kamu bertemu dengan mereka ?"
"A-aku... e.."
"CUKUP!! Sekarang ikut aku pulang!!" Zafi mengambil tangan vio yang ada di atas paha nya, kemudian menggenggamnya dengan erat..
"ZAFIAN!! Apa-apaan sih kamu ini ? Sudah jauh jauh mami datang ke sini untuk menemui perempuan m*rahan ini!! Jangan seenak nya kamu membawa dia pergi..."
Kilatan kemarahan terlihat jelas dari sorot zafian. Jika bukan mami nya, mungkin zafi sudah memberikan bogem mentah nya pada orang itu. Menghina wanita nya di muka umum sama saja seperti menghina diri nya..
Berbanding terbalik dengan zafian, viola nampak tenang menghadapi pedasnya lidah mami hani..
"Mami tidak punya hak mengatakan hal buruk tentang kekasih ku.. Aku sudah muak dengan kalian semua! Berhentilah mencampuri semua urusan ku!!" bentak zafi dengan tatapan nyalang.
"ZAFIAN! Jangan kekanak kanakan seperti ini! Kami ini kedua orang tua mu! Sudah seharusnya kami mengarahkan mu untuk kembali ke jalan yang benar.." Suara papa luki terdengar lebih tinggi lagi di banding suara zafi tadi..
Zafi tertawa sumbang.. "Sejak kapan kalian menjadi orang tua ku ? Oh.. Apa sejak aku sukses dan menjadi seperti sekarang ? Munafik!! Aku sudah lama mengganggap diri ku ini sebagai anak yatim piatu!! Jadi tidak usah berusaha menjadi sosok orang tua yang baik di hadapan ku! Aku muak!!"
Kedua orang tua zafian nampak sangat shock mendengar apa yang zafi katakan barusan. Mereka sampai tak bereaksi apapun selain menatap zafi dengan pandangan yang sama..
"Ayo..." Zafi menarik tangan viola. Membawa wanita nya untuk segera pergi dari tempat itu..
Saat sudah sampai di parkiran resto, zafi menadahkan tangan...
"Kunci mobil..."
Dalam suasana begini, vio tak lagi mengajak zafi berdebat. Dia hanya menurut, memberikan kunci mobil nya pada zafian..
Setelah memastikan vio duduk dengan aman, zafi pun mulai membawa kendaraan roda empat itu meninggalkan resto...
🖤
Jangan lupa kasih Like, Komentar, Vote dan juga bintang nya ya 🙏🫰