Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.
Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LIKA LIKU LDR
Baru Beberapa jam berpisah dengan wanitanya, Giorgio sudah seperti cacing kepanasan. Bahkan sejak tadi pria tampan itu terus menanyakan jam pada sang asisten, Roby.
Melihat perangai sahabatnya itu pun membuat Roby akhirnya bertanya.
"Kenapa sih loh, Bro? Baru juga beberapa jam ninggalin, Marissa sudah rungsing kayak gini. Jangan bilang nanti saat kita sampai di Denmark kau malah minta pulang," ledek Roby terkikik.
Giorgio menatap tajam ke arah sahabatnya itu dengan lekat. Seakan sedang mencerna apa yang dikatakan pria itu padanya.
"OH NOOOOO!! Berhenti menatapku seperti itu. I will kill you, Gio!"
Roby melontar sebuah ancaman saat melihat tatapan mata Giorgio padanya. Dan ia tahu dengan pasti isi kepala sahabatnya itu sekarang.
"Ayolah, kamu belum merasakan sensasinya jatuh cinta. Bahkan jika aku memiliki sayap saat ini aku akan—" Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, namun sudah di sela sang sekretaris.
"Kau akan terbang ke sana saat ini bukan! I know that. Aku tahu isi pikiranmu itu, kawan. Tapi syukurlah kau bukan burung jadi kau tidak akan bisa lari ke manapun saat ini." potong Roby seraya menepuk pundak sahabatnya itu.
"Dan saat sampai di sana pun kau tidak boleh seenaknya sendiri mengatur schedule meeting hanya karena ingin pulang cepat, karena semua schedule mu sudah diatur sedemikian rupa. Ingat itu," pungkas Roby pada pria yang saat ini tengah bucin akut pada kekasih hatinya.
"Pergilah. Kau sangat berisik, hush!" Usir Giorgio dengan gerakan tangan. Pria itu kesal pada sang sahabat yang nilai tak mendukung rencananya seperti biasa.
"Huufft … memang susah bicara sama orang yang sedang kasmaran akut sepertimu," gerutu Roby kemudian pergi meninggalkan pria yang sedang falling in love itu menuju kamar yang ada di dalam pesawat.
*
*
Sementara di negara lain. Tampak Marissa sedang berada di gazebo. Setelah mengantar Giorgio ke Bandara, wanita itu tak langsung masuk ke dalam kamar melainkan berjalan ke arah taman belakang.
Suasana hatinya tiba-tiba menjadi melankolis sepulang dari Bandara. Ia merasa sedih tiba-tiba dan wajahnya menjadi muram saat mengingat waktu-waktu yang mereka lalui bersama selama beberapa bulan terakhir.
"Aku merindukanmu, pria arogan," lirih wanita sedih seraya menatap intens kolam renang yang sempat menjadi saksi bisu percintaan mereka tadi pagi.
"Non … Nona!" panggil Pedrosa beberapa kali saat sang Nona muda tidak bergeming.
"Ya, ada apa?" sahut Marissa cepat saat lamunannya dibuyarkan oleh seseorang.
"Maaf, Nona. Tadi sebelum pergi, tuan berpesan untuk membersihkan kolam hari ini, jadi saya akan membersihkan kolamnya sekarang," kata Pedrosa memberitahu.
"Membersihkan?" ucap Marissa mempertegas dan pria tua itu mengangguk.
"Benar, Nona. Sebaiknya Anda kembali ke dalam mansion karena mesin vakum kolam ini sangat ribut dan keras. Saya khawatir jika Nona akan terganggu karena suara bisingnya," balas Pedrosa menjelaskan.
Pedrosa tahu jika sang nona mudanya saat ini sedang bersedih hati karena ditinggal tuannya keluar negeri.
*
*
Hari demi hari berlalu dan tak terasa sudah dua Minggu lamanya Giorgio berada di Denmark dan selama itu pula mereka menghabiskan waktu bersama dengan menelpon atau melakukan video call untuk mengungkapkan kerinduannya.
Perbedaan waktu dua belas jam tidak menyurutkan semangat kedua insan yang dimabuk cinta itu. Bahkan keduanya menyempatkan diri disela waktu mereka seperti saat ini misalnya. Giorgio menelepon sang kekasih hati saat sudah berada di kantor cabang AG Company yang berada di negara Denmark sedang Marissa yang tengah tertidur harus terbangun karena mendengar panggilan dari prianya.
"Hem, halo!" seru Marissa menjawab panggilan telepon seluler miliknya.
"Sayang, apa kau sudah tidur? Apakah aku mengganggumu?" tanya Giorgio saat mendengar suara parau Marissa.
"Tentu saja kau tidak menggangguku, Sayang. Maaf karena aku ketiduran tadi," sahut wanita itu cepat.
"Nyalakan lampunya agar aku bisa melihat wajah cantikmu," pinta Giorgio saat tidak bisa melihat jelas karena cahaya temaram di layar ponselnya.
KLIK
Lampu menyala. Seketika layar ponsel milik pria itu kembali terang dan bisa melihat wajah mempesona Marissa saat bangun tidur.
"I Miss you, Baby. Really really miss you," tukas pria itu dari seberang telepon.
"Mee too. Kau tahu, aku sering berandai jika aku memiliki pintu ke mana saja saat ini, aku pasti akan langsung menyerang mu saat ini," kekeh wanita itu.
"Benarkah? Kenapa pemikiran kita sama? Aku pun sering berandai jika aku punya sayap, aku pasti akan langsung terbang ke sana memelukmu dengan erat, mencium bibirmu tanpa ampun dan langsung memakanmu saat itu juga," ucapnya dengan menggebu setelah itu terdengar suara hembusan napas panjangnya.
"Membayangkan hal itu seperti membuatku menyesal karena tidak bisa memaksamu lebih kuat lagi."
Terdengar suara kekehan wanita itu dari seberang telepon.
"Jika pekerjaanku di sini sudah selesai, aku akan langsung pulang segera mungkin. Dan saat itu terjadi, aku tidak ingin lagi ada penolakan saat aku memintamu resign dari RG Company," tutur Giorgio yang tidak ingin dibantah lagi.
"Hem.. akan aku lakukan apa yang kau inginkan nanti," jawab Marissa pasrah.
"Benarkah? Berjanjilah!" balas pria itu bersemangat.
"Hem, aku berjanji," sahut Marissa seraya tersenyum mendengar prianya yang begitu bersemangat. "Dan ya ... aku juga ingin memberikan hadiah kecil untukmu."
"Hadiah? Hadiah apa? Ayolah katakan sekarang. Kau jangan membuatku penasaran dengan hadiahmu itu. Rasanya aku ingin pulang saat ini juga!" seru Giorgio.
Marissa tertawa kecil mendengar rengekan pria itu.
"Sabarlah.. tinggal seminggu lagi dan kita akan bertemu," bujuk wanita cantik itu.
"Jangankan seminggu, sehari saja tanpamu di sisiku rasanya sudah begitu lama rasanya. Aku benar benar tersiksa berpisah darimu, Honey," pungkas pria itu yang lagi-lagi membuat Marissa berbunga-bunga.
"Apa kau tidak memakai baju saat ini?" tanya Giorgio saat matanya tidak sengaja menangkap dada Marissa saat selimut yang digunakan wanita itu tersingkap saat mencari posisi yang nyaman saat bervideo call.
Lagi-lagi Marissa terkekeh mendengar pertanyaan konyol Giorgio. Bisa-bisanya mata pria itu melihat sampai sedetail itu.
"Ya, saat ini aku tidak berpakaian sama sekali, apa kau ingin lihat?" goda wanita itu namun sayang bukannya tergoda, pria itu malah memicingkan mata saat mendengar perkataan wanita itu.
"Apa yang sudah kau lakukan sampai tidak berpakaian seperti itu?" tanya pria itu dengan wajah serius.
"Oh ya Tuhan astaga … jangan katakan kau sedang mencurigai ku, Sayang," ucap Marissa seraya menatap layar ponselnya.
Giorgio menggantung ucapannya saat akan menjawab pertanyaan wanitanya.
"Tidak apa? Tidak salah lagi, begitu? Kau mau katakan itu bukan?" cecar Marissa pada Giorgio
"Bukan, bukan seperti itu. Aku hanya bertanya kenapa kau tidak memakai baju saat tidur, bagaimana jika ada orang yang masuk ke dalam kamar dan melihatmu bertelanjang bulat seperti itu?" seloroh pria itu.
"Oke oke, akan aku jawab agar kau tidak curiga lagi padaku. Pertama, aku tidak memakai baju karena aku ketiduran saat menunggu telepon darimu. Dan yang kedua, orang lain tidak akan bisa masuk karena aku sudah mengunci pintu kamar dan satu hal lagi dan ini yang paling penting. Orang lain tidak akan bisa masuk ke dalam mansion karena kau sudah menyiapkan beberapa orang yang berjaga ketat di gerbang utama dan beberapa pria berbadan tegap yang juga menjaga pintu depan mansion. Jadi tidak mungkin ada celah orang lain masuk ke dalam mansion. Sekarang kau sudah jelas bukan?!" Marissa mencebik kesal.
"Baiklah, aku minta maaf jika kau tersinggung dengan ucapanku tadi. Kau memaafkan ku bukan?" sesal pria itu karena sudah sempat mencurigai Marissa .
"Hem," jawabnya singkat tanpa melihat ke arah Giorgio
"Hei, tolong tersenyumlah, Sayang," rayu pria itu dengan wajah lucu saat melihat wajah wanitanya tertekuk. Marissa tidak kuasa untuk tidak tertawa saat melihat wajah lucu Giorgio.
"Aku suka melihatmu tertawa seperti ini," celetuk Giorgio saat melihat tawa wanitanya.
"Benarkah? Maka aku akan terus tertawa agar kau bisa bahagia terus," ujar Marissa dengan kata-kata manisnya.
"Ya Tuhan … kau sudah pandai menggombal rupanya," balas Giorgio mengulas senyumnya.
"Siapa, Gio? Apakah Roby!" seru Marissa saat mendengar ketukan pintu.
"Ya, pria pengganggu itu sudah datang," sahut Giorgio seraya menatap wajah Roby di balik pintu kaca.
"Kalau begitu bekerjalah, aku juga ingin tidur karena besok akan ada meeting pagi di kantor," tukas Marissa.
"Baiklah, cepat tidur tapi jangan menutup teleponnya. Biarkan tetap tersambung seperti ini, aku ingin melihatmu lebih lama lagi," wanita itu lantas menyimpan ponsel miliknya di atas meja samping tempat tidur agar Giorgio bisa melihat dirinya lebih leluasa.
"Selamat malam, Sayang. Mimpi yang indah and i love you," ucap pria itu dan Marissa tersenyum mengangguk.
TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼