Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Pelaku?
Pagi harinya Ratu, Reyza, Panca dan tiga temannya sudah mulai berangkat sekolah kembali ke asal sekolah mereka. Ketika Panca memasuki kelasnya di lantai kedua, ia melihat seseorang yang sedang berbicara melalui telepon.
"Ah, soal itu mah gampang bagi gue. Nanti gue transfer secepatnya, sekarang gue masih di sekolah, Bang. Oh iya, pokoknya gue gak mau tahu, si cowok yang sok mahal sama Ninda itu harus dikasih pelajaran setimpal! Enak aja, rebut Ninda dari gue! Harusnya si cowok bernama Reyza itu mati! Kenapa masih lo kasih hidup sih, Bang?" kata seorang laki-laki se-angkatan dengan Panca.
Panca yang melihat itu sudah merekam suaranya, ia bersembunyi di balik tembok depan kelasnya. Sedangkan laki-laki itu sedang berdiri di koridor menghadap ke lapangan bawah.
"Yaudah, intinya hari ini lo harus bisa sekap dia. Kalau bisa, buang dia ke jurang!" ucap laki-laki tersebut tersenyum menyeringai.
Begitu berbalik badan dan ingin masuk ke dalam kelas, Panca yang nyaris ketahuan langsung berubah seolah tidak mengetahui apa-apa.
Oh, jadi dia pelakunya. Yang udah bikin Reyza celaka semalem. Ternyata jiwanya hanya berani main belakang, tidak pernah berani memakai tangan sendiri. Dasar licik! Tunggu permainanku. Batin Panca, lalu menempatkan diri di kelas.
Pada jam istirahat pertama Reyza sedang berjalan menuju kantin, tapi tiba-tiba ia disapa oleh laki-laki seumuran Panca.
"Eh, lo yang namanya Reyza ya? Kenalin, gue Radit. Gue cowok yang dari dulu dekat sama Ninda, dia temen lo 'kan?" kata seorang siswa itu bernama Radit.
Reyza mengangguk sambil memberi senyuman tipis. Ada sebuah rasa tak suka yang muncul dalam benaknya. Apalagi ketika ia mendengar nama Ninda.
"Oh, oke, Mas. Saya Reyza, adik kelas Mas Radit. Ninda itu hanya sekedar teman kembaran saya, kami tidak lebih dari hubungan pertemanan." jawab Reyza begitu santai.
Reaksi Radit justru ada sedikit rasa terkejut saat melihat tanggapan Reyza yang sama sekali tidak marah ataupun bersikap sinis kepadanya.
"Kalau tidak ada urusan lagi, saya izin duluan ya, Mas. Assalamualaikum," kata Reyza langsung pergi.
Radit memegang dagunya sembari berkacak pinggang. "Adek kelas gue macam apa begitu? Punya sopan santun aja enggak," ujarnya.
"Yang gak ada sopan santun itu lo. Udah salam tapi gak dijawab. Mana ada kakak kelas ngajak saingan sama adik kelasnya sendiri." celetuk Panca dari belakang Radit.
Dengan kesal Radit nyaris ingin menghajar Panca. Namun, belum juga menyerang, Radit sudah dibuat tak berdaya oleh Panca
"Jangan sesekali lo ikut campur sama kehidupannya. Atau kehidupan lo juga gue hancurin?" tegas Panca tak main-main.
"Emangnya kenapa, hah?!"
"Gak perlu tahu kenapa, jangan jadi orang sok berkuasa."
Radit ingin kembali menyerang Panca, tapi sebelum mendaratkan pukulan, murid songong itu terserang oleh sesuatu.
"Sial!" umpat Radit kemudian berlari kesakitan.
Panca tersenyum miring. "Udah gue bilang jangan berani-berani."
Di sisi lain Ratu bersama Ninda dan Intan masih berada di kantin. Mereka tengah memakan bakso.
Sementara Bisma juga bertemu Reyza, kemudian mereka menuju ke kantin.
"Nin, lo yakin suka sama Reyza?" tanya Ratu ingin memastikan.
Satu temannya itu mengangguk. "Iya. Eh, sebenarnya Reyza semalem kenapa sih? Dia ada cerita ke lo gak?"
Ratu menggeleng.
"Belum mau ngejelasin katanya, menurut gue juga dia agak aneh dari kemarin." kata Ratu.
"Aneh gimana maksudnya, Rat?" Kali ini Intan ikut nimbrung.
Sambil menusuk bakso menggunakan garpu, tatapan Ratu masih di sebuah mangkuk penuh makanan.
"Dia kayak habis ketemu sama seseorang. Yang gue duga dia belum mau kasih tahu sampai sekarang, biasanya dia tuh terbuka ke gue. Tapi, gak tahu kenapa untuk sekarang dia agak tertutup." jelas Ratu.
Intan dan Ninda saling bertukar pandangan.
"Hai, Kak,"
"Rey?"