Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kondisi Ane Semakin Memburuk
Allard dan Ayuna bisa mengobrol dengan baik karena Ayuna sendiri orangnya kalem dan tidak sulit untuk diajak bicara. Allard lebih respect pada Ayuna, tapi dia tidak bisa mendekati Ayuna, dan merasa dirinya tidak pantas buat Ayuna.
"Dokter Ayuna! Aku minta maaf ya? Karena ulah adikku, dokter disakiti seperti ini. Dia memang sudah sangat keterlaluan," ucap Allard dengan menatap sendu pada Ayuna.
"Iya, aku nggak papa kok kak, semua orang berhak untuk memilih pasangannya masing-masing. Aku pun sama, aku juga punya hak untuk milih pasangan yang benar-benar tepat untuk masa depanku, karena cinta juga nggak bisa dipaksakan," jawab Ayuna dengan senyuman getir.
"Iya, aku tahu itu," ucap Allard dengan menganggukkan kepalanya.
"Tapi, kalian bisakah membantu saya? Dokter Ayuna, dengan hati yang tulus, saya mohon sekali lagi, tolong bantu saya. Selamatkanlah nyawa orang tua saya," ucap Mega penuh permohonan.
"Ibu, saya sudah berusaha semaksimal mungkin menolong orang tua ibu. Tapi kami hanya manusia biasa. Kami hanya berharap ada mukjizat datang menolong nyonya AneAne," ucap Ayuna.
"Pasti ada keajaiban Dokter. Kalau saja Dokter sedia bantu saya untuk membuatnya kembali sembuh," ucapnya lagi.
"Maksudnya bantu gimana bu? Saya tidak mengerti," jawab Ayuna.
"Iya Ma, bicaralah yang jelas, yang bisa dicerna oleh Dokter Ayuna," sambung Allard.
Mega menoleh pada Allard dan Ayuna secara bergantian.
"Begini Allard, dokter Ayuna. Keinginan terakhir nenek itu cuma satu. Ingin menjodohkan Steven dengan Dokter Ayuna. Tapi karena Steven tidak mau, bagaimana kalau kalian saja yang Mama jodohkan."
"Apa?"
Ayuna refleks terkejut mendengar penuturan dari Mega.
Allard tidak terkejut, karena dia sudah tahu rencana dari Mamanya.
"Tapi kenapa begitu? Bagaimana dengan perasaan kak Allard? Saya sudah tidak diinginkan oleh putranya ibu, dan sekarang ibu masih bersikeras untuk menjodohkan saya dengan putra ibu yang lain. Tidak bu, saya nggak mau. Hati saya sudah hancur karena hinaan dari putra ibu," jawab Ayuna.
"Iya dokter, saya paham, saya mengerti dengan perasaan dokter Ayuna. Tapi dokter, apa saya bisa tenang dengan keadaan Mama saya yang seperti itu. Permintaan terakhirnya hanya ingin dokter Ayuna yang menjadi menantu kami," ujar Mega sembari menangis.
Ayuna bertambah bingung. Menoleh pada Allard yang juga menggelengkan kepalanya.
Di saat kebingungannya makin kacau, datanglah suster memanggil Ayuna.
"Permisi. Dokter Ayuna! Pasien mengalami Kejang-kejang."
"Apa? Lekaslah ambil tindakan."
Tanpa babibu, Ayuna langsung berlari menuju ruang ICU tempat Ane dirawat.
"Mama! Jangan tinggalkan aku Ma."
Mega seperti tidak berdaya, rasa sesak di dada takut akan kehilangan orang tuanya.
Allard, kumohon lakukan sesuatu. Bujuk Ayuna untuk menikah denganmu," pinta Mega.
"Ini bukan waktu yang tepat Ma. Aku janji akan bujuk Ayuna, tapi nggak sekarang. Yang paling penting, nyawa nenek tertolong. Apapun yang akan terjadi, Mama harus tegar, aku ada di samping Mama, buat Mama."
Allard langsung menghamburkan dirinya memeluk Mamanya.
Mega pun menangis dipelukan anak bungsunya.
"Allard! Gimana dengan kondisi nenek kamu. Mama benar-benar sangat ketakutan. Mama takut Allard," gumam Mega dengan isakan tangisnya.
"Ma! Kita serahkan saja pada sang Pencipta. Apapun yang terjadi, Mama harus kuat, nggak boleh lemah gini.
Semoga saja, nenek bisa segera melewati masa kritisnya," tutur Allard.
"Yaudah kalau gitu, Mama istirahat dulu aja ya?" Allard melepas pelukannya pada sang Mama.
"Enggak Allard! Mama ikut. Mama ingin tahu, bagaimana kondisi nenek kamu. Tolong jangan halangi Mama buat ketemu sama Nenek kamu ya?"
Mega langsung beranjak turun dari brankar dan ikut keluar menuju ICU bersama dengan Allard.
"Mama yakin, kuat jalan. Ini Mama gemetaran loh. Atau aku ambilkan kursi roda dulu," celetuk Allard.
"Nggak usah nak, Mama kuat kok," jawab Mega.
"Yaudah ayo? Kita jalan perlahan. Kalau nggak kuat bilang ke aku ya?" Allard menuturkan.
Mega pun menganggukkan kepalanya dengan tangannya ditautkan di lengan Allard.
Allard berjalan pelan menuju ke ruang ICU untuk mendengar kabar tentang kondisi neneknya.
"Di dalam ruang ICU. Ayuna dibantu oleh Mahendra melakukan penanganan pada pasien tua yang sudah menjadi tanggung jawabnya.
Mahendra hanya ingin membalas budi atas perlakuan orang tuanya yang sudah membuat Ane dengan kondisi memburuk.
"Papa! Bagaimana Pa?" tanya Ayuna melihat kondisi pasien yang semakin memburuk.
Mahendra hanya menggeleng lemah, menatap Ayuna dengan keringatnya yang mengucur deras.
"Yuna! Keadaan pasien sekarang kritis. Papa tidak tahu lagi dengan cara apa bisa bantu dia, sekali lagi untuk bisa tersenyum, sebelum benar-benar meninggalkan dunia," ucap Mahendra.
Mata Ayuna pun berkaca-kaca, bingung apa yang akan dia lakukan untuk menolong perempuan renta tersebut.
"Ini semua salah oma dan juga opa Pa. Kalau saja mereka mengenyampingkan untuk tidak marah dan mendorong nyonya Ane, mungkin saja, nyonya Ane kondisinya baik-baik saja. Setidaknya tidak seburuk ini Pa," jawab Ayuna.
"Kasihan sekali, diusianya yang sudah renta, masih harus mendapatkan masalah yang rumit. Semoga saja beliau bisa damai, kita cuma manusia Ayuna, tidak bisa melakukan apapun untuk bisa mempertahankannya," ungkap Mahendra.
"Iya Pa," jawab Ayuna.
"Keinginan terakhirnya, hanya ingin menikahkan dirimu dengan cucunya. Namun, cucunya sendiri yang sudah menghinamu di tempat umum, di depan oma dan juga opamu. Papa tidak sepenuhnya menyalahkan oma dan opamu, karena biar bagaimanapun juga, mereka itu tidak ingin cucunya dihina, tidak ingin kamu sakit hati karena ulah cucunya nyonya Ane yang sombong itu," celetuk Mahendra.
"Aku benar-benar bingung Pa. Aku akan merasa sangat bersalah kalau sampai melihat nyonya Ane meninggal, karena perbuatan keluarga kita yang egois," gunam Ayuna sembari menangis.
Mahendra mendekat pada Ayuna dengan menepuk bahunya perlahan, "Nak, kita bisa apa? Kita sudah keluarkan kemampuan kita, tapi nyonya Ane tidak ada responnya. Lebih baik kamu kasih tau saja keluarganya, agar mereka bisa melihat keadaannya saat ini. Biar mereka nggak terlalu menyesal nak," tutur Mahendra.
"Baik Pa! Aku akan menemui bu Mega sekarang," jawab Ayuna dengan melepaskan baju dinasnya.
Ayuna bergegas untuk menemui Mega dan juga Allard di ruang rawat Mega.
Namun saat membuka pintu ruang ICU, Ayuna mendapati Mega dengan Allard yang berdiri menunjukkan muka khawatir.
"Dokter Ayuna! Bagaimana dengan keadaan nenek saya?" tanya Allard.
"Kak Allard! Bu Mega, ayo? Mari saya tunjukkan pada pasien. Anda berdua harus memakai pakaian yang steril," ucap Ayuna.
Allard dan Mega saling menatap bingung dengan Ayuna yang kembali masuk tanpa mengatakan tentang kondisi Ane.
Allard dan Mega memutuskan untuk segera masuk, karena tidak ingin membuat Ayuna marah.
"Al! Ada apa ini?" tanya Mega.
"Aku juga tidak tahu Ma, sebaiknya kita ikuti saja dokter Ayuna," jawab Allard.
Setiba di dalam ruang ICU, Allard dan Mega langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah sakit yang sudah di steril.
"Dokter! Gimana keadaan nenek saya?" tanya Allard panik menatap pada Mahendra dan juga Ayuna.
"Ini siapa? Apa keluarga pasien?" tanya Mahendra.
"Iya dokter, saya keluarga pasien. Bagaimana dengan kondisi nenek saya dok?"
Allard mengulangi pertanyaannya kembali.
"Kondisinya sangat buruk. Baru sadar sebentar langsung koma lagi. Hanya mukjizat yang dapat menolongnya. Kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi.... "
"Tapi apa dokter? Apa yang harus kami lakukan. Sedangkan kami belum bisa melaksanakan tugas kami, dia menginginkan Ayuna dokter, tapi kami belum bisa mengabulkannya," sahut Mega.
"Anak Anda sendiri yang sudah menolak anak saya. orang tua mana yang tidak sakit hati?"