Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2_Apa Maksud Papa?!
Seorang pria tampan, tinggi, gagah nan berkarisma sedang memandangi kota New York dengan santainya.
Berada di gedung tertinggi pria itu bisa melihat semua seluk-beluk kota yang tidak pernah tidur itu.
TOK TOK TOK
Sedang menikmati pemandangan tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu ruangannya.
"Masuk." ucap pria itu.
Dia adalah Bara Gabriel Anderson, pria campuran Indonesia dan Amerika itu sedang menjalankan salah satu bisnis keluarga di Amerika, sekalian dia menyelesaikan S2 nya di salah satu universitas terkemuka di sana.
"Permisi tuan, nyonya besar menelepon saya katanya telepon tuan tidak bisa di hubungi." ucap Max asisten sekaligus tangan kanannya.
"Hm kau boleh pergi, oh ya max jangan lupa buat persiapkan semuanya karena aku akan berangkat nanti malam." ucap bara dan langsung di angguki oleh Max.
^^^Bara: [Halo ma.]^^^
Wina Anderson dan Brian Anderson beliau adalah mama dan papa dari bara, dia juga memiliki adik bernama Bianca yang sekarang berada di kelas dua SMA.
Mama Wina: [Akhirnya kamu angkat juga telepon mama, kamu mau buat mama meninggal cepat heh dengan mengabaikan telepon mama!]
Mama Wina terus memarahi sang anak, karena dari tadi beliau sudah menelepon bahkan sudah hampir 20 kali namun tidak juga ada sahutan dari seberang.
^^^Bara: [tadi bara gak lihat hp.]^^^
Mama Wina: [Kamu mah alasan doang, bilang aja kalau gak mau bicara sama mama.]
^^^Bara: [Ya bukan gitu ma, kenapa mama telepon Bara mana nya jam segini lagi. Biasa nya kan malem?]^^^
Mama Wina: [Mama cuma mau masti-in kalau kamu bakalan pulang kan nanti?]
^^^Bara: [Iya ma, Bara pulang kok.]^^^
Mama Wina: [Oh ya udah syukur deh kalau gitu.]
Setelah mengatakan hal itu mama Wina pun langsung mematikan sambungan telepon tersebut, sedangkan Bara hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurd mama nya itu.
.
Malam harinya Bara sudah siap untuk melakukan penerbangan dari New York ke jakarta, dia akan meninggalkan kota yang selama ini dia tempati hampir lima tahun ini.
Ada rasa sedih namun dia juga rindu akan tanah kelahirannya, tanah di mana semua keluarganya berada di sana, dia rindu sang papa dan mama nya, dia juga rindu adik kecil yang selalu manja kepadanya itu.
Hampir dua puluh satu jam lebih perjalanan dan akhirnya bara pun sampai di jakarta, udara yang akhirnya dia hirup juga.
Setelah itu Bara pun menuju ke mobilnya di mana max juga ikut, karena Max juga mengelola beberapa cabang perusahaan namun dengan Bara yang mengontrol.
Setelah beberapa saat akhir mobil tersebut pun sampai di sebuah rumah besar layaknya istana megah, sudah dia tinggal selama lima tahun namun tidak ada perubahan yang signifikan.
"Sayang." teriak mama Wina yang menunggu kedatangan sang anak di ruang tamu.
"Mama," balas Bara di mana mama nya yang memeluk dirinya.
"Mama tuh kangen banget tahu, lama banget kamu gak pernah pulang." seru mama Wina kesal sendiri dengan sang anak.
"Maafin bara ya ma," ucap Bara.
"Mama bakalan maafin kalau kamu mau ikut mama makan malam sekarang." ucap mama Wina dan di angguki oleh bara, karena memang dia dari tadi belum makan, bahkan di dalam pesawat tadi bara juga belum makan.
"Son." sapa papa Brian setelah sang istri puas dengan sang anak itu.
"Pa." balas Bara.
"Bagaimana keadaan mu?" tanya papa Brian.
"Bara baik baik aja kok, gimana papa sama mama?"
"Papa sama mama juga baik baik saja."
"Ya udah sekarang kita ke meja makan, mbok Surti sudah masak makanan kesukaan kamu loh." seru mama Wina menarik lengan sang anak menuju ke meja makan.
"Kakakkkkk!" teriak seorang gadis yang turun dari tangga dengan berlari saat melihat Bara yang duduk di meja makan.
Yap dia adalah Bianca sang adik, adik kecilnya yang sekarang sudah tumbuh besar.
"Loh adik kakak udah gede aja ya." ucap Bara.
"Ya iya lah, ini Bianca udah mau kelas tiga loh terus nanti kuliah." seru gadis itu.
"Udah mending sekarang kita makan, dan Bara nanti kamu ke ruangan papa ya ada yang ingin papa bicarakan ke kamu." seru papa Brian dan di angguki oleh Bara, dia berfikir sang papa sedang ingin membahas perusahaan.
Setelah makan selesai saat ini Bara dan papa Brian berada di ruang kerja papa Brian, mereka saling diam tanpa ada yang memulai pembicaraan.
"Pa ada apa? Katanya mau ngomong sesuatu," ucap Bara.
"Begini Bar ada seseorang yang sedang berhutang dengan papa." ucap papa Brian membuat Bara mengerenyitkan dahi nya.
"Terus pa?"
"Tapi pria itu tidak bisa melunasi di waktu yang tepat, dan pria itu malah menawarkan anak nya untuk di tukar dengan hutang nya." ucap papa Brian.
"Kenapa papa mengatakan hal itu ke Bara?" tanya Bara merasakan sesuatu hal yang aneh.
"Dan papa menyetujui hal itu Bar, kami sudah beberapa kali bertemu dengan keluarga dan wanita nya juga cantik." ucap papa Brian.
"APA MAKSUD PAPA?!" teriak Bara tidak terima dengan apa yang baru saja dia dengar itu.
"Bukankah sudah jelas, papa sama mama akan menikahkan kamu Bara. Itu adalah satu-satunya syarat supaya kamu bisa mendapatkan warisan dari papa, kalau kamu menolak maka tidak ada apapun yang bisa kamu dapatkan." ujar papa Brian membuat bara mendelikkan matanya mendengar syarat dari sang papa.
"Terserah papa." ucap Bara, toh dia tidak akan bisa kalah dari ucapan sang papa.
"Besok adalah hari pernikahan kamu jadi papa harap kamu datang tepat waktu." ucap papa Brian sebelum Bara benar-benar meninggalkan ruangan tersebut dan menuju ke kamarnya.
Entah dia mimpi apa hingga harus menikah seperti ini, dia memang lama menjomblo tapi bukan dengan begini dia menikah.
"Awas saja, aku jamin bahwa siapa pun yang akan menjadi istri ku akan menjadikan pernikahan ini sebagai neraka baginya." tegas Bara dengan sorot mata tajamnya.
"Bagaimana pa?" tanya mama Wina yang datang ke ruang kerja sang suami menanyakan tentang rencana mereka.
"Dia mau ma, tapi ingat ya ma ini adalah pernikahan karena hutang jadi bisa saja hubungan ini tidak berjalan dengan baik." ucap papa Brian memberikan pengertian.
"Papa kok malah ngomong begitu sih bukannya doain yang baik buat anak nya." ucap mama Wina yang awalnya senang karena Bara menerima pernikahan ini.
"Papa hanya mengingatkan ma, ingat Bara itu berwatak keras dan mama juga tahu sendiri kalau wanita yang akan bara nikahi itu seperti apa. Mama lihat sendiri bukan waktu pertemuan terakhir dia terlalu frontal dan juga tidak ada sopan santun." ucap papa Brian seperti tidak terlalu suka dengan calon sang anak.
"Ih papa mah emang gak asyik." balas mama Wina kemudian pergi dari sana.
Mama Wina sebenarnya juga tidak suka dengan gadis yang menjadi pelunas hutang orang tua nya itu yang terlihat sangat menor dan juga tidak sopan, namun mama Wina juga ingin agar sang anak segera menikah sehingga mama Wina mempunyai ide gila tersebut.
.
.
Bersambung.....
.bìar cpt jd dan segera launcing bara junior