Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Pagi bunda.... Pagi nenek, pagi kakek." sapa Seorang gadis kecil berusia 7th dan berseragam merah putih, menuju meja makan.
"Pagi sayang." kompak mereka bersama.
"Pagi juga anak bunda, abang mana sayang?" tanya wanita cantik berusia 33th itu dengan senyum hangat kepada sang putri.
"Abang masih di kamarnya bun, paling sebentar lagi datang." sahut Arsy putri Kalandra, wajah gadis kecil itu memiliki perpaduan wajah Alisa dan Rafael.
Tujuh tahun yang lalu Alisa melahirkan bayi kembar laki laki dan perempuan yang di beri nama, Arsya Putra Kalandra, dan Arsyi putri Kalandra, walau bagaimana pun, Alisa tetap memberi nama belakang sang suami, menurutnya anaknya juga berhak menyandang nama itu, tanpa sedikit pun berharap mantan suaminya itu akan memberi anak anaknya warisan, Alisa tidak perduli tentang itu, karena dia sendiripun bisa membiayai anak anaknya.
Alisa mengangguk tanda mengerti.
"Hari ini bunda yang akan antar kalian ke sekolah." ucap Alisa.
"Yee..... Benaran, bun!" pekik girang Arsyi.
"Hm... Kapan bunda pernah bohong sama kalian hmm....." kekeh Alisa mencubit pipi cabi sang anak.
"Maafkan bunda ya, yang tidak punya banyak waktu bersama kalian." ucap Alisa menatap sendu sang anak.
"Bunda jangan sedih, kami tidak apa apa, kami tau bunda sangat sibuk mencari uang untuk kami, dan kami juga tau bunda juga bekerja untuk menolong masyarakat ramai, bunda ku memang terbaik." sahut Arsya dari belakang, bocah laki laki itu walau usianya masih kecil dia sangat pintar dan juga sangat pengertian kepada sang bunda.
"Benar kata abang, bun. Bunda jangan merasa bersalah, kami baik baik aja kok, kami di rumah tidak sendirian, di rumah ada kakek dan nenek yang selalu menjaga kami, bahkan kami bisa membantu kakek di toko." seru sang putri ikut berbicara.
"Ahhh.... Anak anak bunda memang sangat pengertian." ucap Alisa berkaca kaca.
*Maafkan bunda nak, belum bisa mempertemukan kalian dengan ayah kalian, bunda takut dia akan mengambil kalian dari bunda, bunda tidak mau itu terjadi.* gumam Alisa di dalam hati, Alisa tau anak anaknya merindukan ayahnya, walan pun tidak pernah bertanya sedikitpun kepada Alisa.
"Sudah, sudah ayo sarapan, nanti kalian terlambat loh." tegur bu Lastri, dia tau apa yang di pikirkan oleh putrinya itu.
Sementara di tempat lain, nampak laki laki dengan wajah tegasnya dan dingin, tidak ada senyum sedikitpun di bibirnya itu, dan pandangan mata sangat tajam, siapa pun akan takut melihat wajah laki laki itu, siapa lagi klau bukan Rafael, semenjak kehilangan sang istri, senyum di bibirnya pun ikut hilang, bahkan kini Rafael menjadi pria gila kerja, dia jarang pulang ke rumah, dia menjadikan kantornya tempat tinggalnya sekalian, andaikan dia merindukan suasana rumah, Rafael hanya akan datang kerumah mertuanya dan tidur di kamar sang istri.
"Sudah delapan tahun, sayang. Kamu meninggalkan mas sendirian di sini, apakah kamu tidak merindukan suamimu ini, kenapa kamu jahat sekali sayang, mas tersiksa di sini, pintar sekali kamu bersembunyi, sampai sampai mas dan anak buah mas tidak bisa menemukan kamu." gumam Rafael menatap sendu foto sang istri, tangannya tidak berhenti mengelus foto sang istri.
"Apa kabar dengan anak kita, sayang. Pasti dia sudah sekolah sekarang, bagaimana keadaan kalian di luar sana hm.... Mas merindukan kalian, pulang lah sayang, mas mohon." isak pilu Rafael, hanya saat dia sendirian Rafael akan berubah menjadi laki laki lemah, karena mengingat istrinya itu.
"Ayah, kami juga merindukan ayah, kami ada dua, Yah, aku abang dan Arsyi adik, sabar sedikit lagi, Yah. Kita pasti bertemu." gumam anak laki laki yang menatap sendu seorang laki laki matang yang sedang terisak pilu di tabnya, Arsya memang masih kecil, namun otaknya sangat cerdas, dan dia bisa meretas komputer, dan Arsyi juga bisa meretas cctv kantor sang ayah, dia bisa melihat kegiatan ayahnya sehari hari.
"Abang kenapa?" ucap Gadis kecil yang mempunyai wajah perpaduan ayah bunda mereka, sementara Arsya benar benar duplikat sang Ayah, Arsya benar benar foto copy Rafael.
Arsyi mengintip apa yang sedang di lakukan kembarannya itu.
"Ayah nangis ya?" lirih Anak perempuan itu sendu.
"Hmmm...." Sahut Arsya yang tidak lepas memandang wajah tidak terurus sang ayah.
Ke dua anak kembar itu sudah tau ayahnya dari dulu, bundanya pun bilang ayah mereka ada, namun berpisah dengan mereka, memang Alisa menceritakan keadaan mereka kepada sang anak, dan anak anaknya itu bukan lah seperti anak kecil pada umumnya, karena mereka terlalu pintar untuk anak seusia mereka, namun kepintaran itu di sembunyikan oleh ke dua anak itu, bahkan sang bunda pun tidak tahu anaknya yang selalu memantau ayah kandung mereka.
"Kasian ayah, tapi lebih kasihan bunda, klau nenek jahat itu belum berubah, apa lagi tante ular keket itu masih berusaha mendekati ayah, aku tidak sudi ayah bersamanya, ayah hanya milik kita dan bunda." cebik anak perempuan itu penuh kekesalan.
"Abang.... Kapan kita bisa memeluk ayah?" rajuk Arsyi menatap penuh harap kepada sang kakak.
"Entah lah, abang juga tidak tau, tapi sepertinya bunda mulai luluh mendengar wejangan dari nenek, semoga saja bunda luluh, kita berdo'a saja sampai waktunya tiba.
"Aku selalu berdo'a setiap malam, agar bisa memeluk ayah secara lansung." ucap Arsyi.
"Adek abang memang pintar." sahut Arsyi mengelus puncak rambut gadis cantik itu.
"Iya dong aku harus pintar, ayah ku pintar, bunda pintar, dan abang pintar, klau aku bodoh, nanti aku ngak di akui anak ayah bunda, dan abang pasti mikir aku bukan kembara abang." rajuk gadis cantik itu.
Arsya terkekeh mendengar ucapan kembaranya itu.
"Kalian sedang apa?" tanya sang bunda yang sudah rapi memakai baju kerjanya, baju kemeja dengan lengan sebatas siku, rok span hitam di bawa dengkul dan tidak lupa tas sandang di bahu kirinya dan juga jas putih di tangan kiri, sang bunda berjalan dengan langkah anggunnya menghampiri ke dua anaknya, yang sedang menatap penuh kagum kepada Alisa.
"Hai.... Kenapa kalian bengong." tegur Alisa melambaikan tangannya di depan wajah sang anak.
"Bunda kenapa selalu cantik, bikin Arsyi iri saja, pantas saja banyak om dokter yang menyukai bunda, bahkan om duda di seberang rumah kita juga naksir bunda." polos Arsyi.
Alisa menepuk dahinya, begitu lah anak perempuannya itu, yang akan mengungkapkan apa yang ada di hatinya kepada Alisa.
"Astaga, Arsyi juga cantik loh sayang, kamu itu lebih cantik dari bunda." puji Alisa.
"Ah.... Masa sih." seru Arsyi menangkup ke dua pipinya yang bersemu merah.
Bersambung.....
tapi kalo ambil spesialis biasanya gak ngampus kan ya..
oy tr ada kisah si kembar sm bintang ya thooor sepertiy seru