Menceritakan tentang Anis yang pindah rumah, Karena di tinggal kecelakaan oranf tuanya.Rumah tersebut milik tante Parmi yang ada di kampung. Banyak kejadian yang di alami Anis di rumah tersebut
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KERTAS PENA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pameran Cinta dan Seni
Setelah merencanakan dengan penuh semangat, Anis dan Arman siap untuk menggelar pameran seni yang akan berlangsung di Taman Kenangan. Tema pameran kali ini adalah "Cinta dalam Karya", di mana setiap peserta diundang untuk menampilkan karya seni yang terinspirasi oleh cinta. Baik itu lukisan, patung, puisi, atau musik—semua bentuk seni yang mencerminkan pengalaman cinta akan disambut.
Bersama Fina, mereka membagikan undangan kepada penduduk desa dan seniman lokal. Selama beberapa minggu, suasana di Taman Kenangan dipenuhi dengan kegembiraan. Setiap hari, Anis dan Arman terlihat mengatur pameran, mempersiapkan tempat, dan berbicara dengan para seniman yang akan berpartisipasi.
Ketika hari pameran akhirnya tiba, taman itu dikelilingi oleh dekorasi yang meriah. Lampu-lampu berkilauan menggantung di antara pepohonan, sementara berbagai karya seni dipajang dengan indah. Anis merasa bersemangat dan sedikit gugup, tetapi saat dia melihat semua orang berkumpul, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan.
Saat acara dimulai, Anis berdiri di samping Arman. “Aku tidak percaya kita sudah sampai di sini. Ini semua terasa seperti mimpi,” kata Anis, senyumnya lebar.
Arman tersenyum balik. “Semua ini berkat kerja keras kita dan semangat yang kita bawa. Semua orang di sini mencintai seni dan cinta, dan kita memberikan mereka kesempatan untuk berbagi.”
Sebagai pembuka acara, Anis mengucapkan kata sambutan. Dia bercerita tentang perjalanan mereka, bagaimana Taman Kenangan telah menjadi tempat berkumpulnya banyak cerita cinta, dan bagaimana seni dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan perasaan yang mendalam.
“Cinta ada di mana-mana, dan hari ini kita merayakannya melalui karya seni. Mari kita nikmati semua keindahan yang telah diciptakan oleh hati,” ujarnya dengan bersemangat.
Setelah sambutan, berbagai penampilan dimulai. Seorang penyair lokal membacakan puisi yang mengisahkan tentang kehilangan dan harapan. Kemudian, seorang musisi menyanyikan lagu tentang cinta yang tidak tergantikan. Setiap penampilan diakhiri dengan tepuk tangan meriah dari para pengunjung.
Anis merasakan suasana hangat dan penuh kasih. Dia bisa melihat bagaimana setiap orang terhubung melalui seni, dan ini membuatnya merasa bangga dengan apa yang telah mereka capai. Di antara keramaian, Arman mengambil tangan Anis, menggenggamnya dengan lembut.
“Ini luar biasa, Anis. Aku tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya. Kau telah menciptakan sesuatu yang lebih besar dari sekadar pameran seni,” katanya dengan tulus.
“Semua ini tidak mungkin tanpa bantuanmu. Terima kasih telah bersamaku dalam perjalanan ini,” balas Anis, terharu oleh dukungan Arman.
Pameran berlanjut dengan berbagai karya seni yang dipajang, dan setiap orang berkesempatan untuk berbagi cerita di balik karya tersebut. Anis dan Arman berkeliling, mendengarkan cerita dari seniman yang berbeda-beda, dan terinspirasi oleh keindahan cinta dalam setiap bentuk.
Di tengah kesibukan, Anis merasa teringat pada neneknya. Dia tahu bahwa nenek akan sangat bangga melihat bagaimana semua orang merayakan cinta dan saling mendukung. Rasa kehilangan yang sempat menghantuinya kini terasa lebih ringan, seolah nenek selalu ada di sampingnya, mendukung setiap langkah yang diambil.
Saat sore menjelang malam, Arman dan Anis kembali ke panggung untuk menutup acara. Arman mengajak semua orang untuk berbagi pesan terakhir.
“Cinta adalah sesuatu yang tidak pernah mati. Ia terus hidup dalam seni, dalam kenangan, dan dalam hati kita semua. Mari kita jaga cinta ini dan terus berbagi,” katanya dengan penuh semangat.
Semua orang bertepuk tangan dan bersorak. Anis merasa terharu melihat betapa banyak orang yang bersatu dalam semangat yang sama. Dia tahu bahwa apa yang mereka lakukan bukan hanya untuk merayakan cinta, tetapi juga untuk membangun komunitas yang saling mendukung.
Malam semakin gelap, dan lampu-lampu di taman semakin bersinar. Anis dan Arman berjalan-jalan di antara karya seni yang dipajang. Mereka berhenti di depan sebuah lukisan besar yang menggambarkan dua tangan yang saling menggenggam, dengan latar belakang bunga yang mekar.
“Lukisan ini indah sekali,” kata Anis, terpesona oleh detailnya. “Itu menggambarkan cinta yang kuat dan saling mendukung.”
“Seperti kita,” balas Arman, menatap Anis dengan serius. “Aku ingin kau tahu, bahwa aku berkomitmen untuk saling mendukungmu dalam setiap langkah yang kau ambil.”
Anis merasakan jantungnya berdegup kencang. Dia menyadari bahwa perasaannya terhadap Arman telah berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam. “Aku juga merasa sama. Aku ingin kita bersama dalam perjalanan ini.”
Mereka berdua tersenyum satu sama lain, dan dalam momen kecil itu, dunia di sekitar mereka seolah menghilang. Anis merasakan kehangatan yang dalam di hatinya, seolah-olah cinta yang selama ini dia cari telah berada di depan matanya.
Seiring malam semakin larut, acara pameran berjalan dengan sukses. Semua orang merasa senang dan puas, membawa pulang kenangan indah dan harapan baru. Anis dan Arman mengucapkan selamat tinggal kepada pengunjung satu per satu, saling berbagi kebahagiaan atas kesuksesan mereka.
Di tengah kerumunan, Anis melihat Fina yang tersenyum lebar. “Kau berhasil, Anis! Acara ini luar biasa!” teriak Fina sambil memeluk Anis dengan erat.
“Terima kasih, Fina! Tanpa dukunganmu, kami tidak akan bisa mencapai semua ini,” jawab Anis, merasa bersyukur memiliki teman sepertinya.
Setelah semua pengunjung pergi, Anis dan Arman tetap di taman untuk membereskan beberapa barang. Ketika mereka berdua bekerja, Anis merasa bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang baru. Hubungan mereka semakin kuat dan terasa semakin dalam.
“Anis, aku ingin menanyakan sesuatu,” Arman tiba-tiba berkata, membuat Anis menatapnya. “Apakah kau mau menjadi pasanganku? Aku ingin berjalan bersamamu dalam setiap langkah ke depan.”
Anis tertegun, terharu oleh kata-kata Arman. “Ya, aku ingin sekali. Aku sangat senang bisa berjalan bersamamu.”
Mereka saling tersenyum, dan Arman meraih tangan Anis, menggenggamnya dengan lembut. Dalam momen itu, Anis merasakan bahwa dia telah menemukan cinta yang tidak hanya mengisi kekosongan di hatinya, tetapi juga memberikan harapan baru untuk masa depan.
Saat mereka meninggalkan Taman Kenangan, Anis tahu bahwa hidupnya telah berubah. Dia telah mengatasi rasa kehilangan, merayakan cinta yang ada, dan menemukan cinta baru yang penuh harapan. Dengan Arman di sampingnya, dia siap untuk menjalani setiap tantangan yang akan datang.
Di luar taman, langit malam dihiasi dengan bintang-bintang yang bersinar terang. Anis merasa bahwa setiap bintang adalah simbol cinta dan harapan, mengingatkannya bahwa meskipun hidup mungkin penuh dengan kehilangan, cinta akan selalu menemukan jalannya untuk bersinar.
Mereka melangkah pergi, berpegangan tangan, dengan hati yang penuh cinta dan semangat untuk masa depan yang lebih cerah.