Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 : Terkuaknya identitas
" Kau sengaja melakukannya kan?" Syifa berjalan di samping Zara, mereka menuju ke bangsal bedah orthopedi.
" Apa maksud mu?"
" Yang tadi, aku melihatmu memasukkan rambut dokter Ghina ke dalam tasmu."
" Benarkah kamu melihatku? Padahal aku sudah melakukannya secara sembunyi sembunyi." Ujarnya tersenyum tipis.
" Kamu kenapa? Tidak biasanya Kamu melakukan hal seperti itu. Kamu kesal sama dokter Ghina karena membuat mu susah setiap hari?"
" Tidak, kalau itu aku sudah biasa, asal dia tidak menyiksa fisikku, aku it's okay."
" Lalu apa yang membuatmu berbuat nekat seperti tadi?"
" Sudahlah jangan di bahas. Kita sudah sampai, ayo masuk."
Zara mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamar tersebut.
Dila nampak tersenyum melihat kedatangan Zara.
" Bagaimana kabarmu?" Tanya Zara.
" Alhamdulillah, berkat mu dan Zayn, hari ini aku sudah boleh pulang."
" Alhamdulillah. Oiya, kenalkan ini sahabat baikku. Namanya Syifa."
Dila dan Syifa berkenalan. Tidak butuh waktu lama hingga keduanya bisa akrab. Walau sedikit pendiam tapi Dila bisa menerima sifat Syifa yang lumayan cerewet.
" Sampaikan ucapan terima kasih ku pada dokter Izel. Aku dengar kamu sangat mengenalnya." Kata Dila terkekeh.
" Ya begitulah, meski sedikit menyebalkan, tapi aku sangat menyayanginya." Ujar Zara.
Syifa mengernyit." Dokter Izel siapa Ra? Namanya seperti tidak asing."
" Oo,,beliau dokter orthopedi yang mengoperasi Dila."
" Tapi dari ceritamu tadi, sepertinya kalian sangat dekat." Lanjut Syifa.
" Ya begitulah." Kata Zara sekenanya.
Bertahun tahun Syifa menjalin persahabatan dengan Zara, sampai detik ini, dia tidak mengetahui kalau Zara itu adalah anak dari pemilik Brawijaya.
Dila pun terlihat bingung, Zara mengatakan jika dia sudah berteman lama dengan Syifa, tapi kenapa Syifa bisa tidak tau siapa Zara? Tapi sebenarnya, dia pun baru mengetahui beberapa saat lalu, andai bukan dokter Izel sendiri yang mengatakan hubungan personalnya dengan Zara, Dila pun tidak akan tau.
Beberapa hari lalu.
" Kamu temannya Zara?" Tanya dokter Izel ketika datang melihat Dila sehari sebelum ia kembali ke Australia.
" Iya dok. Dokter mengenalnya?"
" Tentu saja, dia adalah wanita kedua yang paling cerewet di dalam rumah ku setelah istriku." Ujarnya terkekeh.
" Apa Zara anak anda dok?"
" Bisa di bilang begitu. Dia ponakan ku."
" Ponakan?"
Dila melirik jas dokter yang di kenakan Izel. Dan di sana ia temukan nama yang membuatnya sedikit jantungan. Nama di belakang nama Izel.
" Berarti, Zara, maksudku dokter Adam, beliau adalah ayahnya Zara?" Tanyanya dengan mata membulat sempurna
" Dia tidak memberitahumu?"
" Allahu Akbar." Ucap Dila seakan tidak percaya kalau selama ini yang selalu bersamanya itu adalah anak dari pemilik rumah sakit Brawijaya.
" Kenapa kaget begitu?" Tanya Izel tersenyum.
" Berarti Zayn juga.."
" Iya, mereka kan saudara kembar."
Dila termenung beberapa saat. Sungguh dia sangat terkejut. Ternyata gadis yang sangat sederhana itu adalah calon pewaris kerajaan bisnis Brawijaya.
Sampai akhirnya dokter Izel pamit setelah memberikan banyak pelajaran untuk progres pemulihan Dila ke depan.
*
" Kamu juga tidak tau?" Tanya Dila pada Syifa.
" Tau apa?" Syifa sudah seperti orang bodoh.
" Kalau teman mu ini adalah gadis yang sangat kaya raya." Ujar Dila meledek Zara.
" Tapi kan memang dia kaya." Kata Syifa belum mengerti perkataan Dila.
Dila terkekeh, begitupun dengan Zara.
" Sudahlah, aku mau keluar sebentar." Ujar Zara memotong pembicaraan tak berarti kedua temannya itu.
Zara melangkah keluar, namun berhenti dan berdiri sejenak di dekat pintu." Kamu tidak mau ikut?" Tanya nya pada Syifa.
" Tentu saja aku ikut."
Mereka pun akhirnya meninggalkan kamar rawat Dila.
" Kita mau ke mana?" Tanya Syifa ketika mereka berada di parkiran.
" Cari makan."
Syifa mematung di samping mobil mewah berwarna hitam yang baru saja pintunya di buka Zara.
" Sepertinya aku kenal mobil ini." Katanya terlihat berpikir.
" Hari ini, kamu sepertinya banyak berpikir, cepat naik." Ujar Zara.
Syifa mengikuti Zara. Namun dia seperti tidak nyaman saat mendudukkan tubuhnya di jok depan tepat di samping Zara. Padahal ini mobil mewah. Tapi banyak pertanyaan yang mengganjal dalam hatinya, apalagi ia sempat mencium bau maskulin menguar begitu ia membuka pintu.
" Seperti wangi parfum dokter Ezar mungkinkah ini mobilnya? Tapi kenapa Zara bisa memakai mobil dokter Ezar? Batin Syifa.
" Kamu mau makan apa?" Tanya Zara tidak peduli dengan raut Syifa yang terlihat kebingungan.
" Hah...kamu bilang apa barusan?"
Zara tertawa. " Kamu itu kenapa sih?"
" Aku seperti tidak mengenalmu. Terlalu banyak rahasia yang kau sembunyikan dariku."
" Lalu apa yang ingin kau tau dariku?"
" Pertama, katakan apa hubungan mu dengan dokter Izel?"
" Dokter Izel dan umi ku bersaudara."
" Berarti dia paman mu?"
Zara mengangguk." Aku memanggilnya uncle. "
" Sepertinya aku pernah mendengar nama itu." Syifa yang di penuhi rasa penasaran membuka ponselnya dan mulai melakukan pencarian.
Begitu menemukannya apa yang dia cari, Syifa seketika menutup mulutnya.
" Ja..jadi kamu.." Syifa seperti tidak percaya, melihat keseharian Zara yang sederhana, dia tidak pernah menyangka kalau di balik kesederhanaan itu tersimpan kekayaan yang sangat fantastis." Oh my God. Kenapa kamu tidak pernah mengatakannya padaku?"
" Kamu tidak pernah bertanya." Singkat Zara.
" Aku tau kamu kaya, kendaraan yang biasa kamu gunakan itu sudah bisa menandakan seberapa kaya dirimu. Tapi aku tidak pernah membayangkan kalau kekayaan mu itu jauh lebih banyak dari perkiraan ku." Jujur Syifa masih terlihat syok.
"Sudahlah, kenapa membahas masalah yang tidak penting seperti itu? Sekarang pikirkan, kamu mau makan apa."
" Kau bilang ini tidak penting Ra..Hei..ayahmu dokter Adam, dan kamu punya darah Brawijaya dalam tubuhmu. Keluargamu sangat terkenal Zara, kau tidak boleh mengesampingkan itu."
" Yang terkenal kan opa, uncle dan abi ku. Aku..siapa? Hanya anak perempuan cengeng yang masih selalu merepotkan orang tuanya. Sudahlah, aku malas membalasnya."
" Kamu itu, apa kamu tidak pernah merasa bangga lahir di tengah keluarga Brawijaya?"
" Bangga dalam hal apa? Kalau tentang masalah keuangan , biasa saja, harta itu titipan Allah, dan sewaktu waktu jika Dia berkehendak, Dia bisa merenggut semuanya dalam sekejap mata. Tapi kalau kamu membahas tentang kedua orangtuaku, jelas aku sangat bangga memiliki mereka." Ujarnya tersenyum sumringah.
" Orangtuamu berhasil mendidikmu Ra. Kamu tidak sombong sama sekali."
" Mau menyombongkan apa? Nyawa saja hanya titipan, apalagi kekayaan. Tidak ada yang mati membawa hartanya Ifa, semua akan kembali kepadaNya hanya dengan sehelai kain kafan penutup tubuh. Jadi jika Allah memberimu kekayaan, itu hanyalah bonus, dan melalui keluarga kami yang kamu bilang kaya itu, Allah titipkan harapan besar agar kami mau berbagi dengan orang yang membutuhkan, bersedekah akan menambah berat timbangan amal kebaikanmu di akhirat kelak."
Syifa terdiam. Tidak ada yang salah dengan perkataan Zara. Bahkan dia merasa tertampar dengan kalimat kalimat pengingat yang Zara ucapkan.
Sedang sibuk merenungi diri, kembali Syifa di kejutkan dengan sebuah kenyataan yang hampir saja membuatnya berkata kasar.
Sebuah panggilan yang masuk ke dalam ponsel Zara yang langsung terhubung di Audi virtual kokpit dengan layar display yang menampilkan nama penelpon, membuat Syifa menatap Zara dengan tajam. Beberapa saat lalu, dia memang sudah curiga tentang hubungan Zara dengan sang penelpon.
Zara pun sempat terkejut, karena tidak punya persiapan sama sekali ketika Ezar menelponnya, apalagi bukan hanya ada dirinya saja, tapi ada Syifa yang sudah menatapnya dengan berbagai macam pertanyaan.
Mau tidak mau, Zara harus mengangkat panggilan itu.
" Assalamualaikum." Salam Ezar.
" Waalaikumsalam." Balas Zara terdengar sungkan.
" Kamu di mana?"
" Ini lagi di jalan mau cari makan."
" Alhamdulillah, jangan terlalu lama ya, aku sudah lapar."
" Iya."
" Kenapa bicara mu kaku sekali?"
" Masa sih, itu hanya perasaan dokter saja."
" Dokter? Kamu mau di hukum?"
" Hmmm.." Zara sudah memberi Ezar kode agar mengakhiri saja panggilannya, tapi sepertinya itu tidak berguna.
" Aku hampir tiba, telponnya aku matikan ya dok."
" Tunggu."
Zara jadi salah tingkah, apalagi Syifa tidak mengalihkan pandangannya dari Zara.
" Katakan saja pada temanmu tentang hubungan kita. Atau biar aku saja yang mengatakannya."
" Sudah ya dok, aku sudah di parkiran restoran."
Ezar tidak menggubris, justru ia sangat bersemangat membongkar hubungan rahasia nya dengan Zara. "Halo, kamu Syifa temannya Zara kan?"
Syifa terkejut." I..iya dok."
" Kamu jangan salah paham dengan teman mu itu. Sekedar kamu tau,hubungan kami tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku tidak menjalin kasih dengannya, kamu tau sendirikan kalau Zara di larang berpacaran."
" I..iya dok."
" Bisa kamu tebak?"
" Mmm,, sebagai teman mungkin dok."
" Menurut mu, apa dia punya teman laki laki?"
Syifa terlihat berpikir." Tidak ada dok."
" Jadi kira kira hubungan apa yang kami miliki?"
Meski terlihat ragu, Syifa tetap mengatakan apa yang ada di dalam benaknya.
" Suami istri dok?"
" Ternyata, kamu pintar juga."
" Aku matikan telponnya ya sayang..Ingat aku pesan sayurnya yang banyak. Assalamualaikum."
" Waalaikumsalam." Ucap Zara.
Panggilan berakhir, tapi tidak dengan Syifa, sepertinya dia punya segudang pertanyaan untuk Zara.
" Wah,,, hari ini kamu membuat banyak kejutan untukku Ra."
Zara nyengir kuda lalu memilih segera keluar dari mobil menghindari pertanyaan Syifa yang tidak akan habis hingga esok hari.
...****************...
kini tinggal menanti kisah cinta abang zayn di tunggu ya uv nya mbk lala kesayangan akuuu
btw jgn lupa kak, emi dilanjut 🤭🤭😁
ku tunggu karya selanjutnya ya