Seorang pemuda biasa saja yang sama sekali tidak menonjol namun pintar dan bercita cita menjadi dokter, tiba tiba di datangi oleh hantu teman sekelasnya yang cantik, indigo dan terkenal sebagai detektif di sekolahnya dari masa depan. Menurut sang hantu, dirinya akan meninggal 50 hari dari sekarang dan dia minta tolong sang pemuda menjaga dirinya yang masih hidup.
Sang pemuda menjadi bingung karena gadis teman sekelasnya sebenarnya ingin mengusir hantu adik kembar sang pemuda yang selalu duduk di pundaknya. Akhirnya karena dia tidak mau melihat teman sekelasnya meninggal dan dia sendiri juga menaruh hati kepada sang gadis, akhirnya dia memutuskan untuk membantu. Di mulailah petualangan mereka mengungkap dalang di balik kematian sang gadis yang ternyata melibatkan sebuah sindikat besar yang jahat.
Keduanya menjadi pasangan detektif dan asisten yang memecahkan banyak kasus sambil mencari informasi tetang sindikat itu.
Mohon komen dan likenya ya, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
45 menit kemudian, “sreeg,” Tino membuka pintu kamar rawat inap di rumah sakit, dia masuk ke dalam bersama Amelia, namun di dalam tidak nampak ada Erika dan Nadia, hanya ada seorang ibu paruh baya yang duduk di sebelah Bella. Wajah Bella yang sedang menoleh melihat keluar jendela nampak sangat kurus walau tetap cantik, tubuhnya juga jauh lebih kurus dari ketika dia masih bersekolah. Tino melirik pergelangan tangannya nya di taruh di atas selimut, ada perban yang menyelimutinya, sepertinya Bella benar benar menyayat pergelangan lengannya semalam. Melihat Tino dan Amelia datang, ibu paruh baya itu langsung menghampiri keduanya,
“Oh kalian teman teman Bella, seragam kalian sama seperti Erika dan Nadia, saya Susi, saya mama nya Bella,” ujar Susi.
“Apa kabar tante Susi, benar kita berdua teman Bella satu angkatan, Erika dan Nadia kemana tante ?” tanya Tino.
“Mereka baru saja pulang, sekitar 10 menit lalu, mereka sudah bilang sih katanya ada Tino dan Amelia mau datang menjenguk, apa itu kalian ?” tanya Susi.
“Benar tante, saya Tino dan ini Amelia,” jawab Tino memperkenalkan diri dan Amelia sekalian.
“Salam kenal tante,” tambah Amelia.
“Tino ? Amelia ?” tanya Bella sambil menoleh melihat Tino dan Amelia.
“Halo Bel, apa kabar,” sapa Tino sambil mengangkat tangannya.
“Eh bener elo Tin, gue ya kayak gini, lo gimana ?” ujar Bella tersenyum.
“Gue baik baik aja, lo kenal dia kan ?” tanya Tino sambil menunjuk Amelia.
“Kenal, apa kabar Mel,” jawab Bella sambil menoleh melihat Amelia.
“Baik, terima kasih sudah bertanya,” balas Amelia.
Bella menoleh melihat ibunya, “ma, boleh keluar sebentar dulu ga, aku mau ngomong ama merka,” ujar Bella kepada ibunya.
“Oh ya udah, mama tunggu di depan ya,” balas Susi.
Susi berdiri dan mengambil smartphone nya di meja, dia berjalan keluar dari kamar dan menutup kembali pintunya, setelah pintu tertutup rapat,
“Mel, sori ya, Erika dan Nadia salah sangka ama lo, gue ga benci lo tapi emang gue pernah marah ama lo, kenapa lo bohong dan tidak mengatakan yang sebenarnya pada polisi, kak Lisa yang jadinya di tangkap, harusnya kan gue,” ujar Bella.
“Waktu itu, kak Lisa mengakui semua sebelum gue ngomong, dia ga mau lo yang sudah jadi korban di tangkap dan di penjara, waktu dia di bawa, dia bilang makasih sama gue,” balas Amelia.
“Kak Lisa emang gitu, padahal gue yang mukul orang itu dan dia cuman bantu gue buat ngegantung orang itu karena badan nya berat, sekarang malah dia yang di penjara, gue bener bener nyesel,” ujar Bella menunduk.
“Gini Bel, setelah gue baca hukuman kakak lo, ternyata hukumannya hanya 2 tahun dari seharusnya 5 tahun yang di putuskan di pengadilan, alasannya karena guru itu terbukti melecehkan murid muridnya, selain lo, banyak korban yang lain dan dari sekolah lain tempat dia sebelumnya, begitu hukuman kakak lo di putuskan, mereka semua angkat bicara, jadi kakak lo tahun depan udah keluar,” ujar Amelia.
“Gitu ya...syukurlah kalau begitu, gue bener bener sedih karena kakak gue yang nanggung perbuatan gue,” balas Bella.
“Lo ga salah Bel, lo korban, kalau ada yang salah di sini, ya guru bejat itu yang salah,” ujar Amelia memegang tangan Bella.
“Makasih Mel, ngomong ngomong....lo pacaran ama Tino ?” tanya Bella.
“Hmm...gue detektif dan dia asisten seumur hidup....jadi ya...kita pacaran hehe,” jawab Amelia.
“Hehe bagus deh, kalian berdua cocok, pinter ketemu pinter, (menoleh melihat Tino) Tin, lo masih mau jadi dokter ?” tanya Bella.
“Iya dong, cita cita gue masih sama dan sampai kapan pun tetap sama,” jawab Tino.
“Trus lo sampai kayak gini kenapa Bel ?” tanya Amelia.
“Tadi Erika dan Nadia kesini, mereka bilang mereka udah cerita sama lo berdua, yang mereka ceritain emang bener,” jawab Bella.
“Lo beneran ketemu sama orang yang ngasih lo obat ?” tanya Amelia.
“Iya, kemarin gue ragu ragu mau masuk ke rumah sakit karena gue takut, apalagi di dalem banyak polisi, ya gue maju mundur, tapi tau tau polisinya pada keluar kayak terburu buru gitu, jadi gue pengen masuk, nah pas gue mau masuk ga sengaja gue nabrak cowo itu, trus cowo itu malah ngajak gue masuk bareng ama dia, ya gue pikir gue takut juga kalau sendirian, ya udah aja bareng,” jawab Bella.
“Ciri ciri cowo itu gimana ?” tanya Tino.
“Hmm...gue lupa lupa inget tapi yang pasti rambutnya panjang trus di iket di bealakang gitu, dia pake kaca mata hitam dan masker hitam, pakai kaos rock hitam di lapis jaket hitam, trus celana jeans hitam nya juga rada belel bagian dengkulnya, kayak pemain band gitu soalnya bawa gitar,” jawab Bella.
“Trus dia nanya apa ?” tanya Tino.
“Mau jenguk ya mba, ya gue jawab iya, trus dia nanya siapa, gue jawab kakak gue...oh dia langsung sebut nama sih,” jawab Bella.
“Sebut nama ?” tanya Amelia.
“Dia nanya kakak gue namanya Hendra Sanjaya bukan, ya gue jawab bukan, kakak saya Lisa Rukmana,” jawab Bella.
Amelia langsung menoleh melihat Tino di belakangnya dan kemudian keduanya kembali melihat Bella,
“Trus dia ngomong apa lagi ?” tanya Tino.
“Abis gue bilang gitu, dia langsung berarti lain orang ya, trus dia berbalik aja gitu, tapi sebelum pergi dia ngeliat gue dulu, trus dia ngomong gini, mba kayaknya cape dan banyak pikiran ya, minum ini mba, dijamin tidurnya enak dan besok seger, abis itu dia pergi, gue ke customer servis dan ternyata kakak gue ga ada di sana, karena kesel dan ngerasa di kerjain gue nelpon Nadia buat curhat,” jawab Bella.
“Hmm....trus lo minum ?” tanya Tino.
“Ng...Nadia sih nyuruh buang, tapi gue bandel, begitu sampe rumah gue tenggak karena gue pikir bener....ga taunya,” Bella menghentikan ucapan nya.
Bella langsung terlihat seperti orang menggigil dan gemetaran, dia memeluk dirinya sendiri dengan kedua tangannya. Amelia berdiri dan memeluk Bella, beberapa saat kemudian setelah Bella tenang kembali,
“Abis minum pil itu, semua kejadian yang gue alami terulang, coba aja lo bayangin gue bisa ngeliat orang itu di atas gue, gue ngerasain lagi apa yang dia perbuat ke gue dari tangannya yang meraba gue sampai gue mengalami sakit yang paling dahsyat ketika itunya masuk ke gue, bahkan gue bisa mencium aroma tubuhnya yang menjijikkan itu, semua rasanya sangat nyata sampe gue ga kuat dan hampir aja gue membuat keputusan yang salah,” ujar Bella gemetar dan menangis.
Amelia kembali memeluk Bella dan Bella juga memeluk Amelia sambil menangis tersedu sedu, Tino merasa geram, tangannya mengepal, efek pil itu sangat berbahaya sebab dia sendiri juga merasakan nya. Mei dan May yang berada di pundak Tino mengangkat tangan mereka seakan akan mereka berusaha menenangkan Tino yang terlihat geram, Tino menoleh melihat hantu Amelia yang melayang di sebelahnya, hantu Amelia terlihat kaget dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya setelah mendengar cerita Bella.
“Gue ga akan membiarkan Amelia merasakan hal yang sama dengan Bella, dia masih hidup atau sudah mati tidak ada hubungannya, gue harus cegah sebelum semua terjadi 46 hari lagi,” gumam Tino di dalam hatinya.