Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keakraban
" So beautifull.. " Ucap Shopia
" Ini indah sekali Rangga.. " Disusul Wilona pun berucap yang ditunjukkan pada Rangga.
" Keindahan yang terlihat di ufuk sana tidak sebanding dengan keindahan senyumanmu, Wilona. " ucap Rangga.
" Hhhmm, kamu selalu berhasil membuat aku tersanjung Rangga. " Wilona tersipu. Keduanya pun saling melempar senyum bahagia.
Disamping mereka ada Shopia menatap kagum keindahan sunset di ufuk barat. Pandangannya berselang menatap kearah Wilona dan Rangga, menyaksikan kebahagiaan mereka, tentunya hal itu menumbuhkan sebuah kebahagiaan untuk dirinya, dia pun sangat menyukai sosok gadis yang bernama Wilona, bukan soal kekayaan yang orang tuanya miliki, tapi tingkah lakunya yang sopan, pastinya Wilona pun akan setia untuk Rangga.
Keindahan sunset pun berganti dengan suasana gelap, walau masih ada sedikit bias kemerahan, seperti hanya semburat yang pastinya akan hilang seiring waktu berganti dengan malam.
" Kalau begitu sekarang waktunya kita pulang? Nanti Wilona akan pulang atau menginap dirumah kembali? " Setelah melewati jam 7 malam, Shopia mengajak mereka untuk pulang. Rangga dan Wilona saling memandang, seperti ingin diberikan jawaban. Akhirnya Rangga bisa menyimpulkan apa yang ada dihati Wilona dengan melihat matanya.
" Kita antar Wilona pulang dulu, untuk membawa beberapa pakaian ganti dan juga untuk memberitahukan ke papahnya kalau kita besok berencana untuk memulai pencarian mamahnya Wilona yang sudah lama hilang. Nanti setelah itu Wilona menginap lagi dirumah, karena keadaan masih terlalu genting jika Wilona ditinggal sendirian. " Ucap Rangga. Wilona yang mendengar penuturan Rangga tersenyum lebar sampai terlihat gigi putih yang berbaris rapih, itu percis sama apa yang Wilona mau dihatinya.
" Benar Rangga, sekalian mamah juga ingin berkenalan dengan papahnya Wilona. " Shopia terlihat bersemangat.
Akhirnya setelah check out dari resort, mereka pun bergerak menuju panthouse milik keluarga Wilona. Hanya perlu waktu satu jam saja, mereka pun sudah sampai digerbang panthouse, disambut ramah oleh security yang tengah berjaga di pos.
" Sepertinya papah sudah dirumah. " Ucap Wilona seraya pandangannya menyelusuri keseluruh bangunan panthouse dari dalam mobil, yang bergerak perlahan masuki teras panthouse.
Terdengar dari security yang berjaga memberitahukan pelayan yang berada didalam panthouse yang mengabarkan dengan kata sandi melalui handy talkie jika Wilona telah tiba dipanthouse.
Tepat mobil didepan pintu megah dibagian depan panthouse, pintu itu perlahan terbuka dan keluarlah dua pelayan untuk menyambut kedatangan Wilona.
" Papah sudah pulang ya? " Wilona bertanya saat dirinya sudah didepan pintu mobil yang sudah terbuka, lalu menutup mobil itu pelan.
" Sudah non, malah tuan sudah dari tadi sore ada dirumah. " Jawab satu dari dua pelayan yang menyambut Wilona.
" Terima kasih bik, tolong bantu bawakan barang barang di bagasi ya, bik. "
" Baik non. " Mereka menjawab dengan sedikit membungkukkan badan, lalu berjalan menuju bagasi mobil.
Saat memasuki panthouse, Shopia tak berhentinya dibuat takjub oleh keadaan panthouse yang begitu sangat mewah.
" Hey, sayang kamu sudah pulang. " Ferdinand terlihat menuruni tangga yang setengah melingkar dibagian dalam panthouse.
" Papah...! " Wilona pun langsung memburu Ferdinand dan memeluknya.
" Hai Rangga, bagiamana kabar kamu oh, ini mamah kamu Rangga? " Ferdinand yang sadar kalau Wilona tak pulang sendiri, setelah memeluk anak kesayangannya, lalu menoleh kearah dua orang yang berdiri dibelakang Wilona.
" Baik pah, iya ini mamah aku pah. " Ucap Rangga dengan sopan.
" Wah senang sekali bertemu dengan... "
" Shopia mas, eee panggil apa yaa? " Shopia sedikit terlihat kikuk.
" Oh seperti umur kita tidak berbeda jauh bukan? Iya biar lebih akrab saling panggil nama saja, bagaimana? " Ferdinand mengurai senyum untuk mengurangi rasa kikuk shopia hal itu dapat terbaca oleh Ferdinand.
" Iya boleh saja. Oh ya sebelumnya turut bersedih atas menghilangnya istrimu fer. " Shopia berkata dengan ala ala gesture pertemuan dengan pejabat penting.
" Terima kasih Shopia, iyaaa, karena dari itu aku meminta Rangga untuk membantu mencarinya. Sama sekali tidak keberatan bukan? " Senyum lebar terukir dari Ferdinand.
" Tidak sama sekali merasa keberatan, hanya saja kita perlu membantu mereka dengan doa bukan. " Shopia tersenyum lebar.
" Ohh itu pastinya Shopia, sebagai orang tua memang sudah seharusnya mendoakan anak anak. Kalau begitu kita lanjut ngobrolnya sambil minum teh bagaimana? "
" Iya boleh. "
Wilona dan Rangga yang melihat mereka mudah akrab, keduanya saling melepas senyum, ini adalah jalan yang baik untuk mereka mendapatkan restu tentunya.
Tak lama kemudian mereka sudah berada dimeja tamu mewah yang terdapat banyak ukiran yang terlihat rumit, pastinya dengan kerumitan ukiran itulah yang membuat meja itu punya nilai kemewahan yang tinggi.
Didepan mereka sudah dihadapkan dengan 4 cangkir teh Da-Hong Pao yang konon katanya teh termahal didunia dan beberapa kue kue lezat lainnya.
" Suamimu tidak diajak sekalian kesini Shopia? " Ferdinand kembali membuka obrolan.
" Kebetulan suami aku sedang ada dinas kerja diluar negeri. Iya 6 bulan sekali pulang ke Indonesia. " Jawab Shopia.
" Oh ya! Kerja dimana Shopia? "
" Di Amerika Fer, di Washingnton DC. "
" Di perusahaan apa kalau aku boleh tahu? "
" Fallens Industries. "
" Fallens Industries! " Ferdinand sedikit terkejut mendengar nama perusahaan dimana suami shopia bekerja.
" Kamu mengenal perusahaan itu? " Shopia yang melihat Ferdinand sedikit terkejut merasa tertarik untuk bertanya lebih lanjut.
" Iya, perusahaan itu punya sahabat dekatku. Tapi yang mengelola itu istrinya. " Ucapnya, tanpa memberi tahu nama dari sahabat deketnya.
" Wah sangat kebetulan sekali ya. "
" Benar, apa jabatan suamimu disana? "
" Suamiku menjabat sebagai kepala industri. "
Ferdinand terlihat mengangguk ngangguk kecil, mendengar jawaban dari Shopia. Perusahaan itu memang cukup besar. Kenapa perusahaan itu bisa tumbuh dengan cukup besar, karena ada suntikan dana dari dirinya, mengingat yang punya perusahaan itu adalah sahabat karibnya yang sama sama merintis dari bawah.
Rangga dan Wilona hanya menyimak obrolan dari mereka, setelah dirasa tidak ada obrolan lagi dari keduanya, akhirnya Rangga mencoba untuk membicarakan niatnya itu.
" Begini pah, selain memang mamah aku ajak kesini untuk berkenalan dengan papah, ada yang Rangga akan sampaikan ke papah. " Ferdinand yang tengah menyeruput teh, menaikan bola matanya, kemudian menaruh kembali cangkir teh.
" Tentang apa? "
" Besok rencananya aku dan Wilona akan memulai pencarian keberadaan mamah Wilona, sesuai petunjuk yang didapat, Rangga akan berangkat kesuatu gunung, nama gunung itu adalah Arjuna. "
" Bukan gunung itu sangat jauh dari sini Rangga. " Wajah Ferdinand terlihat berpikir.
" Iya, maka dari itu aku minta doanya, sekaligus ijin untuk membawa serta Wilona. Ya, papah pastinya dengar dari Wilona kemarin saat camp dia sempat mau dibawa dengan sekelompok orang yang sepertinya jumlahnya lebih banyak dari kemarin di taman kota itu. Aku khawatir mereka akan datang lagi dan berusaha membawa Wilona. " Rangga menoleh kearah Wilona, terlihat gadis itu hanya menyunggingkan senyum manis.
" Papah pernah bilang sama kamu tempo hari, jika papah memang sudah sangat mempercayai kamu, pastinya bersama kamu, Wilona akan merasa aman. Pastinya papah mengijinkan hal itu. " Ucapan Ferdinand lepas seperti tidak ada beban, dirinya memang sudah sangat percaya sama Rangga, walau pemuda itu baru dikenalnya.
" Aku minta satu hal saja pah, kalau pun ini dibolehkan, ada beberapa orang orang papah yang membantu menjaga mamah selama kita pergi, ini untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan saja. " Ucap Rangga.
" Baik, tentunya hal itu papah akan kabulkan permintaanmu itu Rangga. Jaga anak papah ya Rangga. Setelah misi ini bisa dijalani dan istri papah bisa diketemukan dengan selamat, papah akan memberikan hadiah yang sangat istimewa untukmu Rangga. " Ferdinand diakhir ucapannya itu mengulum senyum.
" Tidak perlu terlalu berlebihan juga pah, Rangga menjalani tugas ini dengan tulus. Tidak berharap hadiah yang istimewa dari papah. " Rangga berujar sedikit menarik nafasnya, dia kemudian menoleh ke Wilona. Lalu kembali mengarahkan pandangannya ke Ferdinand. Karena baginya hadiah teristimewa adalah gadis yang tengah duduk disampingnya.
" Kamu yakin tidak menginginkan hadiah istimewa dari papah Rangga? "
" Tidak sama sekali pah, keistimewaan itu mungkin saat ini sudah didepan mata. "
" Kamu mencintai Wilona, Rangga? " Tatap Ferdinan mengarah tajam kewajah Rangga. Ferdinand sangat paham dengan ucapan Rangga.
Mendapat pertanyaan seperti itu tentunya Rangga sedikit terkejut. Takut hal itu adalah sebuah kesalahan untuknya.
" Kalau aku boleh jujur, aku bukan lagi mencintai Wilona pah, tapi lebih menyayangi Wilona, mungkin rasa sayang itu melebihi menyayangi diriku sendiri. " Wilona yang duduk disamping Rangga merasa sangat tersanjung, ungkapan itu bukan saja diutarakan pada dirinya sendiri, tapi ungkapan itu diutarakan dengan tanpa ragu didepan papahnya.
" Bukan kalian baru saja saling mengenal, kenapa secepat itu menyayangi Wilona? " Ferdinand ingin lebih tahu kalau memang Rangga itu menyayangi putri satu satunya itu.
" Jujur aku tidak punya alasan untuk hal itu pah, karena aku sendiri tidak tahu kenapa semua itu bisa dirasakan secepat itu, aku menyayangi Wilona bukan melihat siapa orang tuanya, karena jika itu ada terlintas dipikiranku, aku sudah mundur untuk mendekati Wilona dari awal bertemu. Satu hal pah, rasa sayang ini tidak bisa punya alasan untuk diterangkan, rasa sayang ini hanya ada dalam sebuah pembuktian, aku janji akan membuktikan hal itu didepan papah. " Rangga berkata tanpa sedikit pun ada keraguan, jelas dan lugas. Semua berdasarkan apa yang memang dirasakan.
" Kalau begitu papah ingin segera menikahkan kalian setelah kamu berhasil mendapatkan istri papah. Karena ketulusanmu yang memang ada, papah yakin kamu akan mudah menjalani misi ini dengan selamat. "
Baik Wilona dan Shopia mendengar hal itu tentunya merasa sangat senang.
" Terima kasih pah. " Ucap Rangga.
Obrolan mereka terus berlanjut, setelah akhirnya Wilona berpamitan untuk menginap kembali dirumah Rangga dan esok harinya akan berangkat dari sana, sebelum matahari selepas subuh Supaya sampai disana tidak sampai langit gelap.